Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketika bertemu orang narsistik atau ada teman atau anggota keluarga yang mengalaminya, Anda pasti ingin tahu pemicunya. Sebuah penelitian belum lama ini di Journal of Personality mengungkapkan penolakan sosial di masa kecil bisa memicu perilaku ini. Studi tersebut menjelaskan rasa kesepian yang dialami di masa kecil kelak bisa berubah menjadi narsisisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikoterapis Brianna Paruolo menjelaskan penolakan sosial sendiri bisa menjadi sumber pemicu narsisisme. "Penolakan bisa berkontribusi pada narsisisme pada sebagian anak, sementara yang lainnya bisa menghadapi penolakan itu dan tidak ada masalah," ungkapnya kepada Daily Mail edisi 19 Maret 2025.
Pentingnya Peran Orang Tua
Lalu, apa yang membedakan anak yang menjadi narsisis dan yang tumbuh normal? Paruolo mengatakan banyak kaitannya dengan sistem pendukung yang dimiliki anak tersebut. "Anak yang memiliki setidaknya satu orang dewasa yang membantunya memahami penolakan tersebut bisa bangkit lagi dengan baik. Anak yang tak punya dukungan bisa membentuk perlindungan diri seperti narsisisme," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paruolo menekankan cara orang dewasa merespons perasaan kecewa anak bisa membuat perubahan besar. Hal penting yang perlu diingat, narsisisme tak hanya disebabkan satu peristiwa pemicu tapi kombinasi dari beberapa hal, kebanyakan adalah hubunga anak dengan orang tua. Ia mengklaim orang tua yang tak bisa diprediksi sepertinya menjadi faktor utama anak tumbuh menjadi orang dewasa yang narsistik.
"Penyebabnya perubahan sikap orang tua dalam mengasuh anak, di satu saat menganggap anak sempurna dan istimewa dan di kesempatan lain mengkritiknya," ujar Paruolo. Menurutnya, yang terjadi anak belajar untuk mempertahankan perasaan istimewa untuk menghindari rasa tak berharga. Karena usahanya terlalu keras maka berakhir dengan kepribadian yang mendominasi.
Kenali Cirinya
Anda bisa melihat jika anak menunjukkan kecenderungan narsistik. Paruolo menjelaskan bila anak bertingkah berlebihan, kurang peduli pada perasaan orang lain, tak bisa dikritik, itu adalah tanda awal narsisisme. Tanda lainnya termasuk sikap agresif berlebihan ketika kecewa, bersikap perfeksionis dan sangat rapuh ketika gagal, dan tentu saja tak mau mengakui kesalahan sendiri.
Namun tanda-tanda itu tak berarti anak pasti tumbuh menjadi narsisis ketika dewasa. Paruolo menjelaskan orang tua bisa bertindak dan membantu anak mengatasi emosinya. "Validasi perasaannya tanpa membuat penolakan tampak sulit dilakukan tapi penting untuk mengajarkan anak mengatasi kekecewaan dengan cara sehat," sarannya.