SELAMA dua dasawarsa terakhir industri rokok terus-menerus
terpojok oleh hasil-hasil penelitian. Memang, dari situ
ditunjukkan bahaya rokok terhadap kesehatan. Di Jerman Barat,
misalnya, orang yang duduk dekat dengan seorang yang mengisap
sigaret malahan pernah dibuktikan bisa ikut menanggung risiko
penyakit.
Tapi sekarang industri tembakau tampaknya agak dapat angin
--melalui sebuah penelitian 14 tahun, bermodal $ 15 juta, yang
dilaksanakan oleh Gio Batta Gori, wakil direktur Lembaga Kanker
Nasional di Amerika Serikat dengan bantuan perusahaan rokok.
Ahli virus dan penyakit-penyakit akibat virus itu pertengahan
bulan lalu mengungkapkan -- secara hati-hati -- bahwa rokok yang
mengandung getah-rokok (tar) rendah boleh diminum dan risikonya
bisa ditolerir. Secara lengkap hasil penelitiannya itu akan
dimuat dalam majalah kedokteran The Journal of the American
Medical Association.
Gori sebenarnya sudah sejak lama bekerjasama dengan
perusahaan-perusahaan rokok, dalam usaha untuk merendahkan kadar
getah-rokok ataupun nikotin. Caranya: mengembangkan pemakaian
filter, penggunaan kertas-berpori-besar dan perbaikan dalam
pengolahan tembakaunya.
Kesimpulan Gori tentu saja mengundang reaksi keras dalam
masyarakat yang sudah bertahun-tahun berjuang melawan kebiasaan
merokok. Yang menarik, atasan Gori sendiri, Dr Arthur Upton,
direktur Lembaga Kanker Nasional, buru-buru memberikan
keterangan untuk memperjelas persoalan. "Berdasarkan bukti-bukti
yang ada," ia memperingatkan, "mengisap rokok apapun mereknya,
dan dalam jumlah berapa saja, bisa membawa risiko penyakit."
Adapun penelitian Gori didasarkan pada data, bahwa orang yang
merokok sebelum tahun 1960 mengisap rokok yang kadar getah-rokok
dan nikotinnya jauh lebih tinggi daripada beberapa merek rokok
yang sekarang dijual. Gori dan ahli statistik Cornelius Lynch
menyimpulkan bahwa beberapa rokok dengan merek baru, boleh
diisap tanpa bahaya yang berarti terhadap kesehatan. Asal jangan
berlebihan. Di antara rokok yang dikatakannya sip itu terdapat
Pall Mall, True, L&M.
Gori bukanlah seorang dokter. Dasar kesimpulannya dianggap
lemah. Dr. Arthur Upton dengan keras mengecam metode penelitian
bawahannya itu. Perokok dua batang sigaret saban hari sebelum
tahun 1960 samasekali tak bisa diperbandingkan dengan sekarang
sekalipun dengan metode statistik yang amat sensitip. "Rokok
yang rendah kadar getah-rokoknya belum cukup lama digunakan,
karena itu tak cukup alasan untuk memilihnya sebagai pengganti."
Sementara kepala peneliti kesehatan seluruh Amerika Serikat,
Julius Richmond menasihatkan bahwa penelitian tadi sebagai "tak
bisa dijamin".
Kelompok masyarakat yang selama ini tak henti-hentinya
mengkampanyekan bahaya rokok, benar-benar kaget dengan
kesimpulan Gori. "Pukulan terbesar yang pernah diderita dalam
peperangan melawan rokok," cetus Dr Sidney Wolfe dari kelompok
pembela konsumen Ralph Nader. "Jelas ia akan melipatgandakan
pendrita kanker di negeri ini," sambungnya lagi, kesal.
Pasang Naik
Menghadapi serangan gencar tersebut Gori mencoba mengelak.
Katanya, dari laporannya yang disiarkan oleh majalah kedokteran
tersebut ia hanya berbicara secara statistik dan tidak secara
langsung membicarakan bahaya rokok terhadap orang perorang --
suatu kebiasaan yang ia akui sendiri berbahaya. Malahan ia
mengingatkan wanita yang sedang mengandung atau sedang
minum pil KB jangan merokok. Begitu uga mereka yang pernah
menderita penyakit jantung dan paru-paru.
"Saya tak pernah mengatakan dan saya tidak mengatakan bahwa
rokok tidak berbahaya sekarang ini," tangkis Gori. "Semua rokok
berbahaya, tapi ada beberapa di antaranya yang kurang
berbahaya," ujarnya pula.
Pengecualian yang dibuat Gori itu tentu menjadi bahan keterangan
yang amat menguntungkan kaum industri rokok. Serta-merta mereka
memperbanyak produksi. Terutama untuk rokok yang berkadar
getah-rokok rendah, yang bermentol ataupun yang biasa. "Kami
ingin ambil bagian dalam pasang naik produksi rokok ini," kata
seorang juru bicara perusahaan rokok L&M.
Buat Amerika, gerakan menghentikan rokok nampaknya masih akan
berkepanjangan, Apalagi kalau dilihat kebijaksanaan Presiden
Jimmy Carter. Sekalipun ada dana $ 10 juta saban tahun untuk
kampanye anti rokok, Carter sangat bersemangat untuk mendapat
hasil yang semakin banyak dari sektor industri ini.
Dalam kunjungannya dua pekan lalu ke ladang-ladang tembakau di
North Carolina ia berbicara tentang mutu tembakau yang semakin
meningkat. "Tak ada pertentangan antara usaha peningkatan mutu
kesehatan dengan peningkatan mutu tembakau," katanya.
Sikap Carter, apalagi laporan yang dibuat Gori, bagaimanapun
untuk sesaat barangkali telah menggoncangkan iman 29 juta rakyat
Amerika yang telah meninggalkan kebiasaan tak sehat dan boros
itu.
Franco
Sementara itu, posisi orang bukan perokok di Eropa semakin
unggul saja. Alasan bahwa rokok akan merusak jantung, paru-paru
dan bisa menimbulkan bengkak di lambung, semakin mendapat
sambutan. Dalam perjalanan dengan pesawat terbang, seorang yang
anti-rokok, di tempat "terlarang merokok" bisa memanggil
pramugari dan menyatakan keberatan.
Hampir semua negara Eropa, kecuali Spanyol, memberlakukan
larangan merokok di jalan bawah tanah, bus, bioskop, teater,
opera dan rumahsakit. Seluruh perusahaan penerbangan di sana,
terkecuali perusahaan penerbangan Iberia dari Spanyol, tidak
lagi menyediakan ruangan tempat merokok. Italia misalnya, sejak
tahun 1976 malahan sudah melarang merokok di tempat umum kecuali
restoran. Tahun itu juga dewan kota di Moskow melarang orang
merokok di restoran. Kalau mau merokok silakan di ruangan
khusus.
Agak lain dengan kemunduran yang diderita Amerika, Spanyol jadi
menderita setelah diktator Franco meninggal tahun 1975.
Bayangkanlah di sana sekarang ini orang seenaknya merokok di
parlemen -- sekalipun raja sedang berpidato. Waktu zaman Franco
yang bukan perokok itu, mana ada yang berani begitu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini