Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Influenza, atau akrab dikenal sebagai flu, sering menjangkiti masyarakat Indonesia, terutama saat musim hujan tiba. Namun keberadaannya masih dianggap sepele. Padahal flu bisa memicu komplikasi berupa radang paru, infeksi telinga, dan sinus. Lebih jauh, penyakit ini juga dapat memperburuk kondisi medis, seperti gagal jantung kongestif, asma, atau diabetes, hingga menyebabkan kematian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data WHO pada November 2016 menyatakan flu menyebabkan 500 ribu kematian tiap tahun, dan 70 persen dari kasus kematian itu terjadi pada orang lanjut usia. Jadi, lansia yang berusia di atas 65 tahun merupakan salah satu kelompok yang paling rentan terjangkiti flu. Lansia menjadi rentan karena sistem imunnya sudah melemah akibat faktor usia. Selain itu, yang paling rentan terkena flu adalah penderita asma, diabetes, dan ibu hamil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Umum Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia, Siti Setiati, mengatakan virus influenza dapat bertahan hingga lebih dari satu pekan pada lansia. Gejalanya bisa berupa tidak nafsu makan dan banyak tidur. Secara umum, gejala influenza dapat dikenali, seperti pilek, lemas, sakit tenggorokan, dan demam. Namun pada lansia bisa juga terjadi gejala seperti nyeri otot.
Menurut Siti, sudah saatnya masyarakat Indonesia, terutama lansia, melakukan pencegahan influenza melalui vaksinasi yang sesuai agar terlindungi secara efektif. "Influenza bukan penyakit sepele, terutama di negara tropis seperti Indonesia," ujar dia dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Jumat lalu. Ia menyarankan agar para lansia melakukan vaksinasi influenza satu dosis setiap tahun.
Data Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan vaksinasi flu mengurangi kematian, penerimaan pasien di unit perawatan intensif (ICU), masa rawat inap di ICU, dan keseluruhan durasi rawat inap di antara pasien flu yang dirawat di rumah sakit. Studi yang dilakukan pada 2017 ini menemukan manfaat terbesar vaksinasi influenza dinikmati oleh mereka yang berusia 65 tahun ke atas.
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Samsuridjal Djauzi, mengatakan vaksinasi influenza direkomendasikan oleh berbagai lembaga kesehatan, seperti WHO, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung (kardiovaskular). Ia menilai cara ini efektif untuk mencegah infeksi dan komplikasi yang ditimbulkan virus influenza. "Kami (Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI) juga merekomendasikan pemberian vaksin influenza kepada penyandang diabetes," ujar dia.
Data studi World Heart Federation pada 2018 memperlihatkan vaksinasi influenza pada penderita kardiovaskular dapat menurunkan risiko serangan jantung hingga 67 persen dan menurunkan risiko stroke sebanyak 24 persen. Menurut data itu, infeksi saluran pernapasan karena virus influenza dapat meningkatkan risiko terkena stroke dan serangan jantung sebesar tiga hingga lima kali lipat dalam jangka waktu tiga hari setelah terinfeksi.
Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF), Cissy B. Kartasasmita, menjelaskan, vaksin influenza membutuhkan waktu lebih-kurang dua pekan untuk membentuk antibodi setelah vaksinasi dilakukan. "Vaksinasi influenza merupakan cara pencegahan yang terbukti efektif dari segi biaya," kata dia.
Sementara itu, berdasarkan data pada kuartal pertama 2017, jumlah vaksinasi influenza yang dilakukan masyarakat Indonesia hanya berkisar 500 ribu dosis vaksin per tahun. Padahal, vaksin influenza hanya dapat bertahan lebih-kurang selama setahun karena sering terjadi mutasi virus. Akibatnya, vaksin yang Anda terima pada tahun ini tidak dapat mencegah penularan virus influenza pada tahun berikutnya. Karena itu, vaksinasi perlu dilakukan rutin.
Secara global, lansia perlu mendapat vaksin sejak berusia 65 tahun. Kondisi ini sedikit berbeda dengan di Indonesia, karena patokan usia lansia yang digunakan berbeda, yakni 60 tahun. DIKO OKTARA
Jangan Abaikan Vaksinasi
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo