Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit kerap menghalangi seseorang dalam berpuasa. Namun banyak juga yang ngotot menjalankan saum Ramadan yang hanya datang setahun sekali ini. Jadi, sejauh mana batasan seseorang sakit dibolehkan berpuasa? "Diri sendirilah yang bisa menilai kebugaran tubuh untuk melaksanakan puasa," ujar dokter underwriting asuransi Sequis, Sandy Hantono, pekan lalu.
Dengan menjalankan saum, dia melanjutkan, beban kerja metabolisme tubuh akan turun atau diistirahatkan. Sepanjang bulan itu, orang juga disarankan menyusun kembali menu yang salah di luar Ramadan serta mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang. Maka, semestinya puasa tak menurunkan status kesehatan seseorang, apalagi menjadikannya sakit.
Namun ada beberapa catatan bagi pemilik riwayat penyakit serius. Sebelum berpuasa, kata Sandy, orang berpenyakit genetik, seperti asma dan diabetes melitus, sebaiknya memeriksakan diri untuk menilai fungsi tubuhnya. Mereka juga mesti menentukan langkah-langkah yang diambil bila terdapat gangguan tubuh saat berpuasa. "Jika hasil pemeriksaan menunjukkan perlunya pengawasan dan pengobatan yang intensif, sebaiknya tak berpuasa dulu," ujarnya.
Menurut dokter lulusan Universitas Indonesia itu, ada beberapa kondisi kesehatan yang menyebabkan seseorang disarankan tidak berpuasa. Seperti pasien rumah sakit yang diinfus, penderita infeksi akut, pasien gangguan pernapasan akut, penderita gagal jantung, dan orang berpenyakit mag akut.
Sandy mewanti-wanti agar proses penyembuhan tidak sampai terganggu karena berpuasa. Misalnya, rutinitas pasokan obat yang jadi berantakan.
Nah, untuk orang sakit yang bisa melaksanakan puasa, Sandy melanjutkan, mesti mencermati beberapa hal. Dimulai dari asupan kalori saat sahur dan berbuka, mencukupi kebutuhan cairan, istirahat cukup, menjaga kebugaran dengan olahraga ringan, konsumsi obat secara teratur, hingga patuh kepada pengobatan yang dijalani.
Rita Ramayulis, pakar gizi klinik dari Universitas Gadjah Mada, menyarankan agar menghindari konsumsi protein hewani saat berbuka. Soalnya, makanan ini mengandung asam lemak rantai panjang sehingga cukup sulit dicerna tubuh.
Menurut Rita, makanan lain yang mesti dihindari adalah camilan yang berbahan beras ketan. Sebab, serat larut airnya rendah sehingga sulit dicerna tubuh. Selain itu, ubi, singkong, nangka muda, durian, soda, tape, serta makanan yang mengandung gas, makanan yang terlalu manis, terlalu asin, dan terlalu asam juga sebaiknya tidak dikonsumsi. Untuk minuman, Rita menyarankan agar mengurangi kopi dan teh kental. Sebab, kandungan kafeinnya akan merangsang asam lambung.
Prihandoko, 27 tahun, penderita cervical syndrome, menjalani puasa pertamanya pasca-serangan penyakit saraf di tengkuk tersebut. Sejauh ini, dia tidak menemui masalah. "Karena mengikuti semua perintah dokter," ujarnya.
Karyawan perusahaan swasta di Jakarta Barat itu mengubah pola makannya. Yang paling drastis adalah meninggalkan kegemarannya, mi dan rokok. "Saya juga dilarang makan santan karena akan memperlambat penyembuhan," kata warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan, itu. "Mesti mengikuti pola makan sehat." NUR ALFIYAH
Pilih Makanan Sesuai Riwayat Penyakit
Saat berpuasa, orang kerap melupakan dietnya. Begitu beduk ditabuh bertalu-talu, apa pun yang terhidang di meja makan langsung disikat. Praktek seperti inilah yang berbahaya.
Pakar gizi klinis Rita Rimayulis mengatakan, saat berpuasa, diet juga harus dipegang kuat. Riwayat kesehatan seseorang menentukan menu makanannya. Berikut ini beberapa contohnya.
Penyakit | Anjuran | Hindari |
Hipertensi | Makanan kaya kalium, seperti kentang, pisang, apel. | Makanan asin. |
Asam urat | Buah dengan asam sitrat, seperti jeruk | Jeroan. |
Diabetes | Beragam sayuran dan buah bervitamin A, B, dan C | Gula, terutama saat buka. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo