Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KABAT-ZINN membuat program tersebut pada 1979. Ia membangun Klinik Pengurangan Stres dengan mengadaptasi ajaran Buddha tentang kesadaran. Kabat-Zinn bukan pemeluk Buddha, tapi ia mempraktikkan meditasi sejak 1965. Ia belajar tentang Zen—salah satu aliran dalam Buddha—dari sejumlah guru, di antaranya Philip Kapleau, Thich Nhat Hanh, dan Seungsahn.
Pada program pengurangan stres yang dikembangkannya, Kabat-Zinn menghilangkan kerangka Buddha. Ia justru melakukan penelitian untuk membuktikan mindfulness memang memiliki efek ke badan. “Mindfulness yang diajarkan Kabat-Zinn dibuat lebih sederhana. Sisi spiritualnya dicopot, lalu dibuktikan secara ilmiah,” ujar Arida Wahyuni, salah seorang pengajar mindfulness bersertifikat, Kamis, 19 September lalu.
Dalam agama Buddha, menurut guru meditasi Bhante Kondanna, mindfulness dikenal dengan istilah sati, yang berasal dari bahasa Pali. Sati berarti kesadaran atau perhatian penuh. “Orang Jawa menyebutnya eling. Ini kata yang lebih tepat untuk menggambarkan sati,” ucap Bhante Kondanna di Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu. Kata eling antara lain digunakan untuk mengingatkan orang agar sadar dan tak kehilangan kontrol atas dirinya.
Sati adalah salah satu obyek yang mesti diperhatikan dalam bermeditasi agar pikiran tak lari ke mana-mana. Saat bermeditasi, guru akan membimbing muridnya untuk mengarahkan perhatian ke napas masuk, yang disebut dengan ana; napas keluar, yang berarti pana; dan sati.
“Orang Jawa menyebutnya eling. Ini kata yang lebih tepat untuk menggambarkan sati.”
Dalam agama Buddha, ada dua macam meditasi, yakni samatha bhavana dan vipassana bhavana. Latihan samatha bhavana bertujuan mendapat konsentrasi yang tinggi. Sedangkan vipassana bhavana berfokus untuk membebaskan diri dari ikatan batin. Dalam vipassana, seseorang diajak melihat ke dalam dirinya sendiri, apa yang terjadi di dalam fisik dan jiwanya.
Vipassana melatih batin agar selalu memiliki kesadaran di sini dan kini (mindfulness). Pikiran tidak hanyut ke masa lalu ataupun masa depan. Dengan begitu, pandangan terang akan muncul. “Melihat sesuatu bisa dengan lebih jernih, apa adanya,” tutur Banthe Kondanna. Ketika bisa melihat sesuatu dengan lebih terang, kata dia, kebijaksanaan akan berkembang.
Mindfulness juga diajarkan dalam agama lain. Seperti dikutip majalah Psychology Today, ajaran ini pun berakar dari Yahudi, Kristen, Islam, dan Hindu. Dalam Hindu, kitab Bhagavad Gita mengaitkan segala hal dengan kesadaran, termasuk dalam yoga dan meditasi veda.
Dalam Islam pun demikian. Muhammad sering pergi ke Gua Hira di Jabal Nur untuk berdiam diri saat gundah. Ketika berdiam itulah ia didatangi malaikat Jibril dan mendapat wahyu pertamanya.
Praktik mindfulness juga melekat dalam salat yang gerakannya dilakukan dengan penuh perhatian, rasa syukur, dan kerendahan hati kepada Pencipta. “Ada juga zikir dengan menyebut nama Allah dan muhasabah (evaluasi diri),” ujar Arida.
NUR ALFIYAH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo