Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bedah kosmetik sedang panen raya

Bedah plastik di jepang peminatnya kebanyakan kaum muda. dokter ahli di sana melakukan operasi secara ekstrahati-hati. di as bedah kosmetik digandrungi wanita setengah baya yang risikonya tinggi.

14 Maret 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NYAWA atau muka? Ada jawaban di Amerika Serikat, "Muka !" Menjelang usia 50, Lucille Barnett menjalani dua operasi. Yang pertama operasi jantung dan yang lain face lift. Perawat dari Fair Oaks, California, itu ternyata menyiapkan dana jauh lebih besar bagi wajahnya ketimbang jantungnya. Ia sibuk mengurusi operasi mukanya, sementara bedah jantungnya dianggap angin lalu. Perhatian dan harapan yang begitu besar pada wajah -- hingga melebihi segalagalanya -- sedang menggejala di Amerika Serikat. Lima tahun terakhir angka bedah plastik di negara itu melonjak 61%. Jumlah operasi penyempurnan tubuh dalam dua tahun terakhir mendekati setengah juta per tahun. Dari jumlah ini penyempurnaan buah dada (biayanya US$ 1.000-3.000) menduduki tempat teratas, kemudian sunction lipectomy alias pembuangan lemak dari pinggang, perut, pinggul, dan paha (biayanya US$ 300-4.000) lalu di tempat ketiga pembenahan mata dan hidung (biayanya US$ 1.000--4.500). Sebagian besar pasien adalah wanita berusia 40-50 tahun. Jumlah ahli bedah plastik di AS ada 2.700 orang. Namun, kini sedang muncul kelompok lain yang mengaku ahli khusus bedah kosmetik dan berpraktek tanpa sertifikat keahlian bedah plastik. Kelompok inilah yang agresif dan menikmati panen raya dari keahlian yang tidak teruji secara akademis. Mereka menjaring pasien lewat iklan dan melakukan operasi tanpa pertimbangan panjang. Padahal, bedah kosmetik yang paling ringan pun punya risiko. "Yang pertama, kematian," ujar Dr.Thomas J. Krizek, ahli bedah plastik Universitas Chicago. "Selain akibat infeksi juga perdarahan akibat sunction lipectomy." Yang kedua, kata ahli itu lagi, guncangan psikologis, di antaranya kecewa berat akibat terbuai "impian" yang rupanya tak terpenuhi walaupun wajah atau tubuh sudah dibikin semenarik mungkin. Karena itu, Krizek dan rekan-rekan sealiran pasti menolak pasien yang datang dengan alasan cemas, khawatir suaminya diganggu sekretaris atau sulit mendapat pekerjaan karena wajah kurang meyakinkan. Kalau itu alasannya, permintaan bedah plastik tidak dilayani, satu hal yang sudah merupakan kode etik di kalangan Krizek. "Operasi plastik bukan untuk menyelesaikan persoalan semacam itu," kata ahli bedah itu tandas. Hingga kini masih terjadi perdebatan keras dan pertentangan pendapat di kalangan ahli bedah plastik dan ahli bedah kosmetik tentang alasan-alasan yang bisa dianggap layak dan sah untuk sebuah operasi. Tapi Krizek mengakui, kemajuan operasi plastik -- bisa dinilai sebagai loncatan besar di dunia ilmu kedokteran -- memang menghadirkan berbagai keajaiban. Contohnya, Kelly Bogart, 23. Tulang hidung gadis ini rusak akibat jatuh dari sepeda di masa kecil. Setelah operasi plastik, Kelly ternyata berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Maka, siapakah yang tak tergiur bedah kosmetik ? Karena itu, sikap berhati-hati dokter, akhirnya, sering kali dikalahkan kenekatan pasien. Di Amerika operasi kosmetik populer di kalangan setengah baya, tapi di Jepang yang juga sangat maju dalam bedah plastik justru digandrungi kaum muda. Kecenderungan itu terlihat pada data statistik RS Jujin, Tokyo, yang merupakan pusat bedah plastik terbesar di Jepang di antara sekitar 50 rumah sakit khusus operasi plastik. Pada tahun 1985, 50% pasien bedah kosmetik di Jujin berumur antara 15 dan 22 tahun -- 41 % menjalani operasi lipatan mata (biayanya 140-180.000 yen) dan 22% lagi operasi pembenahan hidung (biayanya 180-300.000 yen). Sedangkan face lift (biayanya 400.000 yen) dan sunction lipectomy (biayanya 400.000 yen) masing-masing hanya 6%. Namun, frekuensi bedah plastik di Jujin sedang-sedang saja yaitu 500 setahunnya. Di sana 27 ahli melakukannya dengan sangat hati-hati. Persyaratan yang dikeluarkan Perhimpunan Bedah Estetik Jepang sangat ketat, tanpa bisa ditawar. Karena itu, tak ada perdebatan di Jepang. Sebelum pembedahan, dilakukan pemeriksaan intensif. Pasien yang pernah mengalami sakit berat segera ditolak. Operasi betapapun kecilnya senantiasa dilakukan oleh seorang dokter ahli dengan tiga perawat. Karena itu, Jujin sampai kini tak pernah mencatat kegagalan. Jis., Laporan Seiichi Okawa (Tokyo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus