Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Ramai-ramai Belajar Bahasa Asing Secara Daring

Pada masa pandemi minat mempelajari aneka bahasa asing meningkat pesat. Salah satu bahasa yang populer dipelajari di Tanah Air adalah bahasa Korea. Mereka yang punya kemampuan berbahasa asing pun ramai-ramai membuka kursus daring.

23 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pada masa pandemi minat mempelajari aneka bahasa asing meningkat pesat.

  • Salah satu bahasa yang populer dipelajari adalah bahasa Korea .

  • Mereka yang punya kemampuan berbahasa asing membuka kursus daring.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gara-gara lebih sering bekerja dari rumah selama masa pandemi, Agnes Anya, 28 tahun, jadi banyak menghabiskan sisa waktunya dengan menonton film serial di wahana penyedia konten streaming. Dari sekian banyak judul, Anya jatuh cinta pada serial drama komedi asal Korea Selatan, Hospital Playlist, yang diputar di Netflix.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sebelum Hospital Playlist, sebetulnya aku enggak terlalu suka nonton drakor (drama Korea),” kata Anya kepada Tempo, Selasa, 19 Januari lalu. Tapi sejak menonton serial yang dibintangi aktor Jo Jung-suk dan Yoo Yeon-seok itu, Anya jadi menggilai segala sesuatu yang berkaitan dengan Korea Selatan. “Aku bahkan jadi suka banget sama BTS (Bangtan Sonyeondan, boyband Korea Selatan terpopuler saat ini).”

Selain jadi gemar lagu-lagu BTS dan terobsesi drakor Hospital Playlist, Anya jadi termotivasi mempelajari bahasa Korea. Ia mulai berkenalan dengan hangeul alias sistem penulisan bahasa Korea dan beberapa kata sederhana melalui aplikasi Duolingo yang tersedia di ponsel Android. Ia bersama suaminya, yang belajar bahasa Jepang, menggunakan aplikasi itu untuk saling berkompetisi dengan menyelesaikan tantangan harian.

Minat mempelajari bahasa asing pada masa pandemi memang meningkat. Desember lalu, perusahaan pengembang Duolingo melalui situs web resmi mereka melaporkan, pada Maret 2020—awal pemberlakuan pembatasan berskala besar dan lockdown akibat pandemi di berbagai negara—terdapat kenaikan jumlah pengguna baru aplikasi ini hingga 30 juta orang secara global. Duolingo mencatat, kenaikan jumlah pengguna tertinggi terjadi di Irak. Pertumbuhannya mencapai 640 persen. Diikuti Cina yang mencapai 300 persen.

Menggunakan aplikasi Duolingo. Tempo/Ijar Karim

Meski tak merilis angka pasti kenaikan pengguna aplikasi ini di Indonesia, Duolingo menyebutkan bahwa bahasa Inggris masih menjadi bahasa asing terpopuler yang dipelajari pengguna aplikasi ini di Tanah Air. Urutan kedua diduduki bahasa Korea. Tingginya minat orang Indonesia mempelajari bahasa Korea, menurut Duolingo, didorong oleh semakin mengglobalnya produk budaya pop dari Negeri Gingseng tersebut, seperti musik K-Pop, film serial, dan film layar lebar. “Fenomena ini juga terjadi di Bhutan, Malaysia, Filipina, dan Brunei,” tulis Senior Scientist Duolingo, Cindy Blanco, dalam laporan tersebut.

Bagi Anya, aplikasi semacam Duolingo memang cukup efektif meningkatkan kemampuan dia dalam mempelajari bahasa asing baru. Sebagai orang yang mulai belajar dari nol, kata dia, aplikasi ini membantu dalam hal mengingat karakter-karakter huruf hangeul dan menambah jumlah perbendaharaan kata baru. Namun belajar menggunakan aplikasi saja rupanya belum cukup bagi Anya.

Kebetulan Anya punya sepupu lulusan ilmu pendidikan bahasa Korea, yakni Azara Mahdaniar. Anya pun membujuk sepupunya itu untuk mengajarinya bahasa Korea secara privat. “Sepupuku itu juga baru kena layoff dari perusahaannya. Jadi, sambil menunggu pekerjaan lain, dia mengajari aku bahasa Korea.” Anya, yang bekerja sebagai kontributor di salah satu kantor berita asal Eropa itu, mulai belajar dengan sepupunya sejak Agustus lalu. “Belajarnya secara online pakai aplikasi Zoom atau WhatsApp Call.”

Agnes Anya. Dokumentasi Pribadi

Les bahasa secara daring yang diikuti Anya dilakukan tiga kali sepekan. Durasinya sekitar satu jam sekali pertemuan. Pada tahap awal, Anya diajari mengenal karakter-karakter hangeul dan cara menulisnya. Lalu materi berlanjut pada cara pelafalan aneka huruf dan kata sederhana. Setelah sekitar hampir lima bulan belajar, Anya mengaku kini sudah bisa menangkap beberapa kata yang diucapkan para aktor di serial Hospital Playlist.

“Aku juga punya teman yang kerja di Kedutaan Besar Korea Selatan. Sekarang aku sering ngobrol dengan dia di WhatsApp pakai bahasa Korea, sekalian latihan.”

***

Azara Mahdaniar adalah pegawai sebuah perusahaan biro perjalanan asal Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia. Selain bergelar sarjana pendidikan bahasa Korea, dalam pekerjaannya Azara memang terbiasa memakai bahasa Korea. “Aku sering membantu orang-orang Korea yang kesulitan berbahasa Indonesia, atau sebaliknya,” kata Zara, Rabu lalu.

Sebelum diminta Anya mengajari bahasa Korea, Azara sebetulnya tak terpikir membuka kursus. “Sempat ragu karena enggak punya latar belakang mengajar juga.” Tapi ia melihat ini sebagai kesempatan untuk mengasah kembali kemampuan berbahasanya. “Karena sudah lama enggak terpakai juga,” tuturnya.

Azara pun menggali kembali materi-materi sewaktu kuliah dulu. Ia lalu menyusun program pelajaran bahasa Korea bagi pemula. Murid kelas bahasa Korea Azara pun bertambah karena Anya mengajak salah satu temannya yang ingin ikut belajar.

Azara Mahdaniar. Dokumentasi Pribadi

Selain Anya dan temannya yang belajar secara privat, Azara kerap menjadi rujukan teman-temannya yang bertanya kata-kata dalam bahasa Korea. Di media sosial, Azara kerap menulis menggunakan karakter hangeul. Azara tak mematok harga terlalu tinggi bagi orang yang ingin belajar secara privat.

Kepada Anya, ia mematok harga Rp 1,2 juta untuk 12 kali pertemuan. “Buatku, mengajar bahasa Korea ini cuma sampingan. Hasilnya lumayan untuk menambah penghasilan.”

***

Fenomena tingginya peminat bahasa Korea ditangkap dengan baik oleh Anasti Kamilya, pendiri lembaga kursus bahasa daring, A.K.A Language Class. Sebelum mendirikan A.K.A Language Class pada Februari 2020, Anasti sudah punya pengalaman menjadi guru bahasa Korea secara privat. “Aku mengajar sejak 2016,” ujar perempuan yang akrab disapa Achie itu, Jumat lalu. Waktu itu, Achie biasa mengadakan kelas bahasa tatap muka bagi para muridnya sambil minum kopi di kafe. “Tahun 2017, aku juga udah mulai nyoba bikin kelas bahasa Korea secara online pakai aplikasi Skype dan Line Video.”

Pada awal 2020, peminat kelas bahasa bersama Achie terus bertambah. Tadinya, Achie akan mengadakan dua jenis kelas, yakni tatap muka dan daring. Tapi gara-gara pandemi konsep kelas dialihkan seluruhnya menjadi daring. Dari hanya seorang diri, Achie pun merekrut lima guru bahasa Korea lain. Jumlah pesertanya yang semula hanya 22 orang, kini sudah lebih dari 100 orang. “Ternyata, pas pandemi, orang-orang semangat banget buat belajar bahasa Korea. Ini di luar ekspektasi kami,” ujar Achie.

Achie membenarkan bahwa serbuan produk budaya pop Korea Selatan, terutama drakor, menjadi pemicu utama orang ingin belajar bahasa Korea. Peserta kelas bahasa di A.K.A pun beragam, dari yang berusia 19 tahun sampai di atas 35 tahun. “Bahkan ada seorang ibu yang anaknya sudah SMA, tapi masih ingin belajar bahasa Korea gara-gara suka nonton drakor.”

Saking membeludaknya peminat kelas, dalam sepekan Achie bisa mengisi 14 kelas berbeda dengan durasi masing-masing 40 menit. “Guru lain di A.K.A ada yang jumlah kelasnya lebih banyak,” tutur dia.

Anasti Kamilya, pendiri kursus Bahasa Korea daring, A.K.A Language Class. (Dok. Pribadi)

Salah satu peserta kelas bahasa di A.K.A adalah Aldila Mardiani. Perempuan yang berprofesi sebagai desainer interior di salah satu perusahaan perawatan tubuh ini memilih belajar bahasa Korea karena bercita-cita pergi ke Korea Selatan. “Supaya nanti kalau ke sana bisa ngomong bahasa Korea sama orang sana,” ujarnya. Cita-cita itu kandas karena keburu terjadi pandemi. Tapi Aldila justru termotivasi untuk meningkatkan skill berbahasanya sambil mengisi waktu luang. “Supaya di rumah ada kegiatan lain selain bekerja.”

Aldila memilih belajar bahasa secara daring karena biayanya jauh lebih murah daripada belajar di lembaga kursus formal. “Saya sudah survei ke beberapa tempat kursus, biayanya lebih murah secara daring. Waktunya juga lebih fleksibel.” Aldila pun merasa kursus daring, terutama secara privat, lebih nyaman diikuti. “Kalau ramai-ramai di kelas, agak males.”

Kini sepekan sekali Aldila mengikuti kelas melalui aplikasi video call. Meski belum lama, ia mengaku sudah bisa menulis menggunakan karakter hangeul. “Kalau bicara masih terbata-bata karena masih banyak kata yang harus dihafal,” kata dia. Hal positif lain yang bisa didapat setelah belajar bahasa Korea adalah ia kini bisa lebih berfokus memperhatikan para aktor saat menonton drakor. “Jadi, enggak terlalu bergantung pada teks terjemahan.”*

PRAGA UTAMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Praga Utama

Praga Utama

Bergabung dengan Tempo sejak 2011 sebagai periset foto dan beralih menjadi reporter pada 2012. Berpengalaman meliput isu ekonomi, otomotif, dan gaya hidup. Peraih penghargaan penulis terbaik Kementerian Pariwisata 2016 dan pemenang lomba karya tulis disabilitas Lembaga Pers Dr Soetomo 2021. Sejak 2021 menjadi editor rubrik Ekonomi Bisnis Koran Tempo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus