PARA dokter kini terus berpacu dengan virus penyebab AIDS kendati hasilnya tetap nihil. Enam tahun lalu ada AZT (Azidothymiadine) yang diramalkan mampu memperpanjang harapan hidup penderita AIDS. Belakangan obat ini disangsikan khasiatnya. Kemudian muncul obat generasi kedua, diberi nama DDI (dideoxyinosine). Sesudah itu obat yang disebut ddC (Zalcitabine). Juga ada penggabungan AZT dengan ddC, yang diberi nama HIVID. Daya dobrak obat ini cukup potensial, tapi ada dampak sampingnya, seperti kerusakan pankreas dan gangguan liver. Lalu ada penggabungan trio obat: AZT, DDI, dan pyridinope. Gabungan ini selain menghambat penyebaran HIV, juga mampu melumpuhkan kemampuan virus HIV untuk membentuk sel baru. Hasil uji kliniknya sedang dilakukan Martin Hirsch dan Yung-Kang Chow di Boston, Amerika Serikat. Kini para ahli berlomba mencari vaksin. Jonas Salk, misalnya, menampilkan vaksin polio yang coba digunakan sebagai vaksin AIDS. Alexandra Levine, kepala bagian hematologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Southern California, AS, mengatakan, uji coba vaksin Salk dipandang aman dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Juga ada dua vaksin baru, dengan nama sandi rgpl20-MN yang dikembangkan oleh Genetech Inc dan rgpl120-SF2 oleh Biocine. Keduanya dari Amerika Serikat. Dalam uji cobanya, bahan vaksin dimasukkan ke tubuh dengan tujuan mengecoh tubuh hingga seperti kemasukan HIV. Tubuh lalu mengeluarkan antibodi melawan virus HIV. Vaksin tersebut, menurut Prof.Dr. Daniel Bolognesi, dibuat dengan rekayasa genetika. Dan di seluruh dunia kini ada 20 jenis vaksin yang sedang menjalani uji klinis fase pertama. GT dan ANK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini