KEMANDULAN seorang laki-laki diduga bisa ditelusuri dari sejak ia masih berupa janin dalam kandungan ibunya. Untuk lebih tepat lagi, dari pola makan ibu tersebut. Bilamana selama kehamilannya sang ibu kurang banyak menyantap makanan berserat seperti buah dan sayur, serta sebaliknya lebih suka melahap makanan berlemak, mungkin sekali ia akan melahirkan bayi laki- laki yang kelak tak bisa memberinya keturunan. Akibat yang fatal itu bisa terjadi hanya karena makanan berlemak yang disantap seorang ibu bisa menyebabkan penyusupan hormon estrogen dari darahnya ke dalam tubuh janin yang dikandungnya. Seperti diketahui, estrogen adalah hormon yang menentukan sifat-sifat kewanitaan, sedangkan hormon testosteron menurunkan sifat-sifat kejantanan pada pria. Hormon wanita yang menyusup ke janin bayi laki-laki kelak akan mengganggu sistem reproduksinya sesudah ia dewasa. Indikasi tersebut ditemukan oleh Dokter Richard Sharpe dari Dewan Riset Kesehatan, Bagian Biologi Reproduksi di Edinburgh, Inggris, dan Profesor Niels Skakkebaek dari Universitas Kopenhagen, Denmark. Temuan mereka dimuat dalam jurnal kedokteran terkemuka terbitan London, The Lancet, belum lama ini. Penelitian Sharpe dan Skakkebaek bermula dari pengamatan mereka terhadap meningkatnya jumlah kasus ketidaknormalan sistem reproduksi pria. Walaupun tanpa menyodorkan data, mereka menyebutkan bah- wa dalam 30 tahun terakhir ada peningkatan kasus tersebut sebanyak lebih dari dua kali lipat. Bermula dari pengamatan Sharpe dan Skakkebaek terhadap sejumlah wanita hamil yang menggunakan estrogen sintetis diethylstilbestrol selama kurun waktu 1945-1971. Ternyata, bayi laki-laki yang mereka lahirkan kurang baik sistem reproduksinya. Mereka juga rentan terhadap kanker testis dan rusaknya saluran kencing. Bahkan disinyalir, estrogen sintetis bisa merusak dapur produksi sperma. Dan memang terbukti adanya hubungan yang kuat antara kanker testis dan kadar estrogen dalam tubuh si ibu. Khususnya pada kehamilan pertama. Padahal, testis berfungsi menghasilkan hormon testosteron. Hormon yang dimiliki laki-laki itu punya andil dalam memproduksi spermatozoa. Selama ini sumber pemasukan estrogen selain dari dalam tubuh sendiri bisa berasal dari luar. Estrogen sintetis, misalnya, bisa pula bersumber dari susu, daging, maupun senyawa kimia. Bisa pula akibat menu tambahan yang diberikan pada ternak potong, khususnya untuk memacu produksi daging. Sharpe belum bisa memastikan apakah meningkatnya pengaruh terhadap estrogen otomatis meningkatkan abnormalitas fungsi reproduksi pria. Namun, ia percaya, hal ini mungkin sekali terjadi pada janin dan bayi yang baru lahir dibandingkan pada pria dewasa. ''Apa yang membuat kaum pria menderita atau mati dapat diprediksi dari apa yang terjadi dalam kandungan atau saat usia anak-anak,'' katanya. Hasil temuan Sharpe dan Shakkebaek itu rupanya bukanlah hal baru bagi Doktor Arjatmo Tjokronegoro. Menurut Kepala Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, jika terjadi penyusupan hormon estrogen pada janin laki-laki, hal itu bisa saja menekan perkembangan testis dan mengurangi sifat kejantanannya. ''Yang saya tidak mengerti, apakah bayi itu terus mengandung hormon estrogen setelah lahir,'' kata ahli sistem reproduksi pria ini. Gatot Triyanto (Jakarta) dan Mudrajad Kuntjoro (Birmingham)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini