POLISI membunuh polisi. Sersan Dua (Serda) Anhar, 28 tahun, ditembak hingga tewas oleh Sersan Kepala (Serka) Ade Maskan, 37 tahun sesama rekan di Polisi Jalan Raya (PJR) Tasikmalaya. Besoknya, jenazah bekas ajudan Kapolres itu dimakamkan secara militer. Hari itu, Jumat dua pekan lalu, ada undangan mengarak piala Adipura dari Wali Kota Tasikmalaya. Diputuskan, yang menghadirinya adalah Serka Maman Suparman, komandan regu jaga. Muncul Anhar yang belum tahu Maman yang ditunjuk. Dengan maksud bergurau, Ade menunjuk Anhar menghadiri undangan itu. ''Kalau nggak ada yang mau, biar saya yang berangkat,'' ucap Anhar. Ade menenangkan Anhar yang berbadan tegap itu. Kemudian terjadi adu mulut. ''Kamu nantang, ya? Kalau kamu jual, saya beli,'' seru Anhar. Ade, yang juga mulai naik pitam, mencabut pistolnya. Dicobanya dulu ke arah pintu. Klek, tak ada letusan. Lantas dibidikkannya ke kepala Anhar. Dor, pistol itu menyalak. Serka Maman, yang pada pukul 14.00 itu sedang menulis mutasi jaga, kaget melihat Anhar di sampingnya tumbang. Dari telinga dan kepala bintara yang baru enam bulan bertugas di PJR itu keluar darah. Ia juga melihat Ade mengamati pistol Colt 38 di tangannya yang baru menyalak. Lalu Ade menyeruak ke haribaan Maman, seraya menangis. ''Maksud saya sekadar menakut- nakutinya,'' ujar ayah empat anak itu. Kini Ade ditahan di Polwil Priangan, Bandung. Kelalaian? ''Biarlah pengadilan yang membuktikannya nanti,'' kata Kapolwil Priangan, Kolonel Roestam Hadji. Tinggallah Oneng Widaningsih, yang baru satu setengah tahun menikah dengan Anhar. Mereka mendambakan anak. ''Kini, habislah harapan untuk memperoleh anak,'' ucap Oneng kepada Asikin dari TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini