Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Berharap Sembuh Dari Sinse

Klinik pengobatan tradisional Cina semakin banyak. Mereka juga rajin beriklan. Standar pengobatannya seperti apa?

4 Juni 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anda mungkin pernah melihat iklan seperti ini di televisi: seseorang dengan wajah murung dan kata-kata lesu bercerita tentang penyakit yang pernah dideritanya. Beberapa detik kemudian, wajahnya sumringah, senyum mengembang, tangan mengepal ke udara, dan ia berkata dengan semangat: "Kini saya sembuh, berkat…." Sang bintang iklan kemudian menyebut nama sebuah klinik pengobatan tradisional Tionghoa. Kesaksian ini diikuti oleh orang-orang lain dengan penyakit beragam, dari wasir sampai kanker.

Meski dibuat amat sederhana, iklan itu lumayan berhasil. Ada sejumlah pasien yang datang karena testimoni para mantan pasien. Tira Regina, 30 tahun, adalah salah satunya. Penderita wasir ini mendatangi sebuah klinik sinse (tabib Cina) di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, karena ingin membuktikan kehebatan mereka seperti yang diiklankan di televisi atau media cetak.

Ia ditemui langsung oleh seorang sinse asli dari Cina. Tabib itu tak bisa berbahasa Inggris atau Indonesia, karena itu ada seorang penerjemah. Setelah tanya ini dan itu, memeriksa denyut nadi, memelototi kedua bola mata dan lidah, ia kemudian memberi Tira obat herbal. Untuk bisa sembuh total, Tira harus menebus paket herbal lengkap seharga Rp 9-12 juta.

Semua orang tahu, biaya berobat di Indonesia tidak murah. Tapi harga yang diberikan sinse itu fantastis. Jauh lebih mahal daripada mengobati sakit yang sama ke dokter. "Waduh, saya kira ambeien tidak semahal itu," ujar Tira, Rabu pekan lalu. Karena Tira hanya membawa Rp 500 ribu, sinse membuat resep untuk tiga hari. Dengan paket mini seperti itu, jaminan sembuh seperti di iklan-iklan tampaknya tak akan terpenuhi.

Soal mahalnya ongkos berobat ke sinse itu tidak hanya dikeluhkan oleh pasien, tapi juga oleh ahli pengobatan tradisional Cina yang sudah lama berpraktek. "Seharusnya harga yang diberikan itu manusiawi, karena Tuhan memberi ilmu untuk menolong orang, bukan untuk tujuan komersial," ujar Cim An, ahli pengobatan tradisional Tionghoa yang sudah 32 tahun buka praktek.

Meski demikian, ia tidak memungkiri, harga beberapa jenis obat herbal sangat mahal. Salah satunya adalah tung cung xiao cao untuk penyakit paru-paru. Harganya sekitar Rp 10 juta per 30 gram. Mahal karena cara memperolehnya memang susah. Hanya berada di beberapa wilayah pegunungan Tibet dan hanya dapat diolah di dua musim. "Di musim dingin tung cung xiao cao berbentuk ulat tanaman, sedangkan di musim panas berbentuk rerumputan," ujar sinse yang tidak beriklan ini.

Toko obat Cina atau pengobatan Cina sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia. Bahkan reputasinya sangat bagus. Pada masa lalu, mereka membuka praktek di kawasan pecinan seperti daerah Kota, Jakarta Barat. Bahkan hingga saat ini kita masih bisa menemukan sejumlah toko obat Cina di Petak Sembilan, Glodok, dan sekitarnya. Belakangan muncul sejumlah klinik pengobatan tradisional Cina yang gencar beriklan, seperti yang didatangi Tira. Mereka bahkan mencantumkan nomor izin membuka klinik.

Apakah di Indonesia izin praktek sinse memang diberikan? Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Medikolegal, Budi Sampurna, menyatakan belum ada peraturan yang tegas mengenai pendirian klinik pengobatan tradisional Cina. "Kami tidak pernah memberikan izin, melainkan hanya meregistrasi," ujar Budi Sampurna, Selasa pekan lalu. Pemberian nomor registrasi ini untuk memantau kinerja klinik, khasiat yang dihasilkan, bahkan mengetahui efek samping atau bahaya dari praktek yang dilakukan.

Sayangnya, pencatatan ini kemudian dianggap sebagai izin. Banyak klinik pengobatan tradisional yang mengklaim registrasi sebagai izin mendirikan klinik, bahkan menjadikannya sebagai salah satu elemen iklan. Padahal, untuk mendapatkan izin, caranya tak mudah, harus ada uji klinis lebih dulu.

Nah, soal uji klinis inilah masalahnya. Perintis pengobatan Timur dalam dunia medis Indonesia, dokter Dharma Kumara Widya, menyebutkan memang belum ada penelitian logis yang bisa menjawab soal pengobatan tradisional Cina. "Satu-satunya metode pengobatan Cina yang paling bisa diterima logika medis dan dibuktikan secara empiris baru akupunktur," ujar Kepala Departemen Akupunktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Meski secara medis susah dibuktikan, sesungguhnya pengobatan tradisional Cina jauh lebih tertata daripada pengobatan tradisional lain. Setidaknya mereka memiliki standar sendiri yang sudah baku. Cim An menjelaskan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang sinse sebelum berpraktek di sebuah klinik.

Pertama, mereka harus memiliki ijazah ilmu pengobatan Cina, sama halnya dengan dokter yang memperoleh ijazah kedokteran. Untuk bisa memperoleh ijazah itu, mereka wajib menempuh pendidikan minimal lima tahun di Tiongkok sana. Setelah lulus, mereka tak boleh langsung buka praktek sendiri. Selama dua tahun mereka magang praktek dulu di rumah sakit dengan bimbingan sinse senior. "Baru pada tahun kedelapan mereka bisa berpraktek di klinik sendiri," kata Cim An.

Spesialisasi dalam dunia sinse juga ada. Cim An, misalnya, mengambil spesialisasi tulang. "Kalau ada sinse mengatakan bisa menyembuhkan semua penyakit, itu perlu diragukan," katanya.

Setelah memenuhi kompetensi akademis dan berpraktek, seorang sinse tidak boleh keluar dari jalur dan membuat cara pengobatan sendiri. Standar dan pakem—disebut Sechen Pakang—tetap harus dijaga. Prinsip umum ini terdiri atas empat standar prosedur diagnosis dan delapan prinsip keseimbangan pengobatan (baca boks: "4 Diagnosis + 8 Keseimbangan"). Sinse yang baik juga menggunakan hasil laboratorium untuk membantu diagnosis.

Karena itu, meski tidak bisa dibuktikan secara medis, dokter Dharma meminta masyarakat tidak apriori terhadap pengobatan tradisional Cina. "Sebab, kalau tidak bermanfaat, bagaimana mungkin pengobatan tradisional itu bisa bertahan hingga ribuan tahun, dan terus ada dan dipakai hingga saat ini?"

Kalaupun ada yang dia permasalahkan, itu adalah iklan yang berlebihan. Apalagi dengan berbagai testimoni. Iklan memakai testimoni ini sama saja dengan memberi harapan berlebihan yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. "Kalau benar hasilnya sih tidak apa-apa. Tapi, kalau tidak, itu kan namanya membohongi publik," kata Dharma. Klinik Can Jiang, yang kerap beriklan, menolak berkomentar tentang apa pun saat kami meminta konfirmasi.

Iklan dan publikasi kesehatan sebenarnya sudah diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1787 Tahun 2010. Salah satu butirnya, iklan tidak boleh memuji diri secara berlebihan. "Memberikan testimoni itu juga tidak diperbolehkan," ujar Budi. Masalahnya, peraturan ini tidak menyertakan sanksi, sehingga masih banyak klinik yang membandel.

Cheta Nilawaty


4 Diagnosis + 8 Keseimbangan

Ada empat cara yang dipakai seorang sinse untuk mendiagnosis pasien. Pertama adalah wang (memandang). Salah satu yang diperhatikan adalah warna kulit wajah. Ada lima warna wajah yang dapat langsung menggambarkan penyakit. Agak kemerahan dapat didiagnosis memiliki tekanan darah tinggi, putih pucat penyakit paru, kuning bisa berarti masalah pada kantong empedu dan pencernaan, kehitaman mungkin bermasalah di ginjal, dan hijau bisa jadi terkena penyakit liver.

Kedua adalah wen (mendengar). Mendeteksi penyakit melalui suara pasien. "Akan ketahuan dia terkena penyakit apa dengan hanya mendengar power suaranya kencang tiba-tiba atau melemah tiba-tiba," ujar Cim An. Ketiga adalah wèn atau bertanya. Prosedur keempat disebut cyie, yang artinya memegang nadi. Menurut Cim An, ada 15 titik nadi pada umumnya yang diraba untuk menentukan penyakit yang diderita seseorang. Variasinya bisa sampai 35 titik.

Setelah keempat prosedur diagnosis dilalui, barulah sinse menentukan pengobatannya. Dalam memberikan obat, sinse harus menerapkan prinsip keseimbangan yang ada delapan: yin-yang (negatif-positif), si-se (ringan-berat), han-re (dingin-panas), dan pyao-li (luar-dalam).

CN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus