Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) mengatakan anak-anak berusia di bawah 14 tahun dan pemilik sistem imun lemah termasuk kelompok yang rentan terinfeksi Human metapneumovirus atau HMPV. Kelompok rentan lain adalah lansia di atas 65 tahun dan pemilik penyakit kronis seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan diabetes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Cina, beberapa kelompok memiliki risiko lebih rentan terinfeksi dan mengalami kondisi berat pada infeksi HMPV,” kata anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB-IDI, Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K), dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Virus HMPV juga rentan menular pada penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi, atau orang dengan sistem imun yang lemah. Gejala HMPV yang umum dirasakan biasanya demam, pilek, batuk yang cenderung kering dan bukan berdahak, nyeri otot, nyeri kepala, kehilangan nafsu makan, kelelahan, dan mengi.
Apabila kelompok-kelompok itu terinfeksi HMPV maka rentan mengalami komplikasi. Misalnya bronkiolitis pada bayi atau risiko penyakit dengan perburukan. Meski HMPV merupakan penyakit yang telah ditemukan sejak 2001, Ketua Satgas COVID-19 PB-IDI itu mengatakan masyarakat tidak perlu panik tetapi harus waspada terhadap penularannya.
“HMPV merupakan virus yang sudah lama ditemukan sehingga mungkin sebagian masyarakat sudah memiliki imunitas terhadap infeksi HMPV,” ujarnya.
Pola hidup bersih dan sehat
Erlina mengatakan untuk mencegah peyebaran virus HMPV, masyarakat dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti cuci tangan memakai sabun atau menggunakan cairan pembersih, tutup mulut dan hidung memakai masker, hindari menyentuh wajah karena mulut, hidung, dan mata dapat jadi pintu masuk virus. Masyarakat juga diminta membersihkan benda, permukaan, dan alat-alat yang sering digunakan, khususnya yang berada atau digunakan secara umum.
Menurutnya, hal paling penting adalah menghindari kontak erat dengan penderita. Pastikan jarak di antara kedua belah pihak tidak terlalu dekat sehingga virus sulit masuk ke dalam tubuh, dan menjalankan pola hidup sehat.
“Kita tidak bisa melihat virus dan itu beredar di sekitar kita. Yang bisa kita lakukan adalah memperkuat diri dan memodifikasi lingkungan dengan makan teratur, cukup istirahat, dan PHBS adalah salah satu cara,” tegasnya.