Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bila saluran bocor

Penyakit maag yang disebut tukak peptik (ulcus pep ticum) disebabkan diantaranya berlebihnya asam lambung, hingga mudah merobek lapisan terluar dinding saluran cerna. penyembuhannya: diobati & dioperasi.

16 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALAH satu resep untuk sehat adalah hidup teratur, dalam hal ini termasuk makan yang teratur, pada waktu-waktu yang tctap. Disiplin makan penting untuk menjaga daya tahan tubuh, juga menjauhkan orang dan penyakit maag. Tapi hidup teratur -- dalam masyarakat modern terutama -- tak begitu mudah. Banyak orang hidup tergesa-gesa, makan tanpa jadwal yang tetap, dan terbawa berbagai konflik yang mengakibatkan stres. Semua ini ikut berperan menimbulkan maag. Istilah maag berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung. Adapun penyakitnya lebih tepat kalau disebut tukak peptik (ulcus pepticum). Gejalanya: perih di lambung, mual, bahkan muntah-muntah. Tapi yang sebenarnya terjadi di dalam ialah hilangnya kontinuitas lapisan lendir (mukosa) pada saluran cerna, mulai dari kerongkongan, lambung, sampai usus dua belas jari (duodenum). Justru di duodenum ini tukak lebih sering terjadi. Dan jenis tukak bisa beragam, mulai dari yang ringan berupa eros kecil, sampai yang membentuk borok ke dasar dinding. Dan sebabnya bukan hanya stres. Menurut Dr. Sujono Hadi, alkohol, rokok, dan makanan yang terlampau merangsang kelewat masam atau pedas, misalnya -- juga mempengaruhi susunan saraf, yang pada gilirannya menyebabkan berlebihnya kadar asam lambung. "Selain itu, beberapa obat seperti asam salisilat -- contoh: aspirin bisa pula merusakkan jaringan mukosa," ujar ahli penyakit dalam di FK Unpad ini. Dan kadar asam lambung (HCI) yang melimpah itulah yang jadi biang keladi tukak. Seperti dikatakan dr. Warko Karnadihardja, Kepala Bagian Bedah FK Unpad, tingkat keasaman HCI tak kalah tinggi dengan air aki, hingga mudah merobek lapisan terluar (epitel) dinding saluran cerna yang merupakan lapis pertahanan pertama di situ. Pada orang sehat, HCI tak akan mencerna dinding, karena epitel masih utuh dan lendir (mukus) juga cukup, yang berfungsi sebagai "barier" (benteng). Tapi sebagian penderita tukak tak cukup dioban dengan minum obat, melainkan perlu penanganan lewat operasi. Cara operasi ini termasuk salah satu masalah yang dibahas para ahli bedah pada Simposium Pembedahan Abdomen (rongga perut) Bagian Atas, di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, 5 dan 6 Juli lalu. Menurut dr. Sjamsuhidayat, dari Bagian Bedah FK UI/RSCM, sudah sejak seabad lalu operasi ini dilakukan dokter di luar negeri. Sementara itu, di Indonesia paling banter -- 3 kali dalam sebulan. Dan reseksi (pemotongan sebagian) lambung yang bertukak itu dilakukan atas beberapa indikasi. "Indikasi tersering adalah perforasi, bocor," katanya. Kebocoran terjadi karena tukak yang meruyak ke lapisan dasar di bawah mukosa. Selain itu, reseksi juga dilakukan pada tukak yang mengalami perdarahan atau sumbatan yang terjadi karena adanya "penyembuhan" jaringan parut di lambung yang bertukak. Semuanya jadi indikasi penting, karena menyangkut penyelamatan jiwa penderita. Jika kebocoran dinding tidak direparasi, HCI akan menembus ke bawah, dan selain sangat menyakitkan bisa menyebabkan syok serta mengancam nyawa penderita. Reseksi dengan berbagai modifikasinya, menurut Sjamsu, dilakukan baik pada tukak yang ada di lambung (ventrikuli) maupun di duodenum. Namun, reseksi lebih sering dilakukan pada tukak ventrikuli, sementara pada tukak duodenum ahli bedah lebih suka melakukan pemotongan saraf (nervus vagus). "Tapi operasi gabungan keduanya lebih baik," kata Sjamsu lagi. Menurut Warko, operasi gabungan itu memang lebih menguntungkan. "Komplikasinya kurang, dan kemungkinan timbulnya tukak lagi sangat sedikit," tambahnya. Memang, kemungkinan munculnya tukak pasca-operasi tak boleh diabaikan. Karena itu, dokter biasanya masih mengamati pasien pasca-operasi tukak sampai 15-20 tahun. Syafiq Basri, Kastoyo Ramelan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus