Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Cara Pasien Penyakit Jantung Tetap Sehat saat Pandemi COVID-19

Spesialis jantung menyarankan penderita penyakit jantung untuk melakukan hal-hal ini agar terhindar dari Covid-19.

12 Mei 2021 | 15.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi serangan jantung (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mencegah lebih baik daripada mengobati. Terlebih kala diterapkan kepada pasien penyakit jantung di masa pandemi COVID-19. Pandemi memang ancaman tersendiri karena akan memperbesar risiko kematian dengan adanya komorbid pada jantung sebagai pusat detak kehidupan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasien penyakit jantung memiliki abnormalitas struktur, fungsi, atau kekuatan jantung yang harus benar-benar diperhatikan. Artinya, tanpa terinfeksi virus corona pun kemampuan fisik pasien jantung sudah menurun dengan gejala seperti nyeri dada dan sesak napas, termasuk jantung berdebar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Spesialis jantung dari Siloam Hospital Manado, dr. Marshel Luntungan Sp.JP, mengatakan selain secara teratur menerapkan protokol kesehatan, cara mudah lain bagi pengidap jantung agar terhindar dari paparan virus corona adalah dengan beristirahat cukup dan olahraga teratur serta rutin berjemur di bawah sinar matahari pagi di antara waktu pukul 08.00 hingga pukul 10.00 pagi.

Marshel juga menyarankan selalu mengontrol berat badan ideal melalui asupan nutrisi, buah, dan kurangi garam. Ia menekankan pencegahan lain dapat dilakukan melalui konsumsi obat jantung secara teratur dan tetap bergembira agar imun tubuh terjaga.

"Istirahat sekitar 6-8 jam, berolahraga sekitar 1 jam, dan tetap jaga diri dari stres. Tingkatkan imun tubuh melalui rasa senang dan nyaman. Gembirakan hati dengan melakukan hal yang positif dan bermanfaat," kata Marshel.

Pada edukasi selanjutnya, Marshel menerangkan pasien penyakit jantung apabila terpapar virus corona biasanya akan merasakan demam yang akan menyebabkan metabolisme meningkat, kebutuhan oksigen bertambah, batuk, dan produksi lendir pada saluran napas yang membuat tubuh semakin lemah.

"Virus Sars-Cov2 ini masuk ke dalam sel melalui receptor ACE2. Receptor ini juga banyak terdapat pada organ jantung dan lapisan endotel pembuluh darah," jelasnya.

Seputar vaksinasi COVID-19, spesialis jantung dan pembuluh darah umumnya menyarankan beberapa rekomendasi. Pasien disarankan untuk tetap melakukan konsultasi ke dokter dan intinya boleh melakukan vaksinasi COVID-19 untuk penderita gagal jantung kronik yang dalam keadaan stabil atau tanpa gejala dalam tiga bulan terakhir.

Selain itu juga boleh melakukan suntik vaksin COVID-19 untuk penderita jantung koroner, postprocedure PC1/ CABG tanpa gejala dalam tiga bulan terakhir, juga untuk penderita hipertensi, tanpa gejala, dan tekanan darah terkontrol kurang dari 180/100 mm/hg.

Adapun, sementara waktu untuk penderita jantung yang masih bergejala, seperti sesak napas dan nyeri dada atau keterbatasan beraktivitas karena mudah lelah, kaki bengkak, dan lainnya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, dokter menyarankan belum atau tidak diberikan vaksin COVID-19 dulu sampai tersedia data keamanan uji klinis.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Reisa Brotoasmoro, juga menyarankan yang punya komorbid atau penyakit bawaan, khususnya kelompok lanjut usia, berkonsultasi dengan dokter sebelum vaksinasi COVID-19. Dengan demikian, dokter dapat memberikan tips bagi lansia mengendalikan komorbid saat hendak divaksin.

"Bagi lansia yang menderita komorbid, konsultasilah terlebih dulu dengan dokter sebelum memutuskan pergi ke sentra vaksinasi," kata Reisa. "Dokter akan memberikan tips khusus bagaimana tetap mengendalikan penyakit penyerta sehingga dapat lolos skrining pemeriksaan kesehatan sebelum divaksinasi," tuturnya.

Reisa menyarankan agar lansia yang memiliki penyakit bawaan tetap mengonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter pascavaksinasi. Dengan begitu, pemilik komorbid sekali pun tetap dapat divaksin.

Penderita gangguan jantung umumnya dialami oleh lansia. Oleh karena itu, mereka perlu mendapatkan dukungan lebih terkait vaksinasi dan kesehatan. Reisa meminta kaum muda ikut membantu lansia dan pemilik komorbid mendapatkan vaksinasi COVID-19. Setidaknya ada tiga hal yang bisa diupayakan.

Pertama, memberikan informasi yang tepat dan terkini tentang COVID-19 dan vaksinasi COVID-19. Reisa meminta anak muda membantu seluruh lapisan masyarakat memahami vaksin COVID-19 aman dan sudah direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Dan manfaatnya besar sekali untuk melindungi lansia dan keluarga," kata Reisa.

Kedua, membantu lansia mendaftarkan diri ke fasilitas kesehatan atau sentra vaksinasi. Ketiga, membantu mendampingi agar lansia merasa nyaman ketika mengikuti proses-proses vaksinasi.

"Mereka kebanyakan sudah tidak produktif. Baik dalam Undang Undang Dasar maupun deklarasi HAM PBB, kesehatan adalah hak dasar bagi semua umat manusia di segala usia. Maka hal kesehatan juga milik orang tua, senior-senior kita," tutur Reisa.

Dengan begitu, pasien komorbid, termasuk jantung khususnya, mereka yang telah lansia, bisa tetap hidup berkualitas meski di tengah pandemi COVID-19. Terlebih untuk kasus komorbid jantung, secara otomatis penanganan pada kasus tersebut yang ditambah dengan infeksi COVID-19 menjadi lebih sulit dibanding pasien COVID-19 biasa. Bahkan, prognosis menjadi lebih tidak baik dibanding tanpa COVID-19.

Sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA menyebut hampir sekitar 78 persen pasien muda yang berhasil sembuh dari COVID-19 menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau kerusakan jantung. Sementara bagi orang-orang yang sudah memiliki penyakit jantung, infeksi COVID-19 disebut dapat meningkatkan risiko kematian.

Faktanya, catatan dan data yang tersaji dari otoritas berwenang terkait COVID-19, khususnya berkenaan dengan komorbid, telah tersaji dengan jelas. Oleh karena itu, agaknya bagi masyarakat dengan komorbid, khususnya jantung, atau penyakit penyerta lain, harus benar-benar memperhatikan dengan saksama kondisinya sehingga risiko tertular COVID-19 yang bisa lebih memperberat penyakit dan risiko fatalnya adalah kematian, setidaknya bisa diminimalisasi, bahkan dicegah dan diantisipasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus