Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Cara Ukur Tumbuh Kembang Anak untuk Cegah Stunting

Mengukur tumbuh kembang anak merupakan salah satu cara untuk mencegah anak stunting. Berikut hal yang dilakukan oleh Kemenkes.

27 Juni 2023 | 10.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi stunting. freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyatakan telah menyamakan cara mengukur tumbuh kembang anak di seluruh Indonesia untuk mencegah anak stunting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Zaman dulu kita lihat timbangan masih memakai dacin, lalu ada yang pakai beras juga. Kita jadi tidak bisa melihat kalau ada perubahan sedikit. Sekarang kita bantu swadaya dari industri (lokal),” kata Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, dalam "FMB9: Langkah Penting Turunkan Stunting", Senin, 26 Juni 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dante mengatakan pengukuran tumbuh kembang anak sangat penting untuk memantau stunting. Sekecil apapun perubahan harus diwaspadai agar jika terjadi anomali bisa segera tertangani. Dalam menyamakan cara ukur perkembangan anak, Kemenkes sedang mendistribusikan alat antropometri di hampir seluruh posyandu Indonesia dengan tujuan membantu keluarga mendapatkan hasil akurat sekaligus melakukan revitalisasi pada layanan yang ada di posyandu.

Alat antropometri itu ditekankan merupakan produk buatan lokal dan diyakini bisa menjadi upaya menurunkan angka prevalensi stunting yang berdasarkan data SSGI 2022, angkanya 21,6 persen menjadi 14 persen pada tahun 2024.

“Jadi, program pengukuran ini tidak hanya berlaku pada saat posyandu adakan sesuai tanggalnya, sebulan sekali. Tapi posyandu akan hadir setiap hari di tengah masyarakat. Kalau tidak, bisa hadir dalam bentuk kegiatan yang terkoordinir secara berkala,” ujar Dante.

Alat USG
Lewat alat itu pula evaluasi para kader posyandu terhadap kondisi kesehatan anak-anak di wilayahnya bisa dilakukan secara lebih mudah dan dipastikan keakuratannya sesuai data di lapangan. Selain alat antropometri, Kemenkes juga membagikan alat USG ke hampir 52 persen puskesmas yang ada. Tujuannya agar para dokter bisa mengukur lingkar kepala dan melihat pertumbuhan janin, apakah sesuai umur kehamilan atau tidak. Jika nantinya bayi tidak berkembang atau diketahui kekurangan asupan gizi, maka ibu dan janin bisa langsung diberikan tata laksana dan rekomendasi dari tenaga medis yang menangani.

“Selain itu kita juga melakukan deteksi stunting seperti di Surabaya melalui pembagian tablet tambah darah pada remaja putri. Ini untuk mencegah terjadinya stunting karena salah satu teorinya mengatakan bahwa stunting ini lahir dari ibu-ibu yang kekurangan zat besi pada saat kehamilan,” ucap Dante.

Menanggapi hal itu, Deputi Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, mengatakan pendampingan yang diberikan pemerintah kepada keluarga sangat bermakna bagi seluruh keluarga. Pada calon pengantin, misalnya, pemberian tablet tambah darah sampai nanti akan menikah sangat bermanfaat untuk mempertahankan kadar hemoglobin dalam darah bila sejak remaja calon ibu sudah terdeteksi anemia.

Pemberian alat USG juga amat penting dalam melakukan skrining risiko. Dilengkapinya puskesmas dengan USG, diharapkan bisa mengubah pola pikir keluarga dan mendorong keinginan untuk rutin berkunjung memeriksakan kandungan seraya meningkatkan edukasi soal pentingnya pemberian ASI eksklusif dan penggunaan kontrasepsi dalam rangka mengatur jarak kelahiran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus