Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Takhta sommelier terbaik Indonesia ditempati oleh Sansan Pratama sejak 29 Mei lalu. Dia menyisihkan 55 pesaing lainnya yang kebanyakan berasal dari Bali dan Jakarta, dalam kompetisi yang diselenggarakan Asosiasi Sommelier Indonesia (ISA), di Kepala Gading, Jakarta Utara. Selain dari Indonesia, jurinya berasal dari Vietnam dan Taiwan.
Sommelier, seperti yang tertera di kamus Oxford dan Merriam-Webster, adalah orang yang menuangkan anggur ke gelas. Tentu saja, tugas mereka tidak sesederhana itu. Mereka harus tahu betul seluk-beluk wine dan memadukannya dengan sajian di meja makan.
Pengetahuan itu yang diuji di kompetisi tingkat nasional tersebut. Para peserta menjalani tiga tahapan, yakni ujian tertulis, praktek, dan rekomendasi. Selama dua jam pertama, Sansan harus menjawab 50 pertanyaan seputar minuman anggur. "Misalnya, anggur Jepang contohnya apa, bagaimana klasifikasi bagus atau jeleknya," ujar Sansan, 23 tahun, saat ditemui di rumah keluarganya di Bandung, pekan lalu.
Dalam ujian praktek tata krama penyajian anggur, juri menilai setiap gerakan dan bahasa tubuh Sansan, yang saat itu mengenakan jas hitam panjang. Ujian terakhir adalah tahap yang paling menentukan. Pengetahuan Sansan terhadap cita rasa wine dipertaruhkan. Saat itu, dewan juri menguji rekomendasi wine Sansan terhadap spaghetti. Lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini memilih anggur merah Italia bermerek Chianti.
"Sebab, anggur merah Italia memiliki kadar tannin (keasaman) yang tinggi," kata sommelier Hotel Ritz-Carlton Bali ini. "Dia juga cocok karena asalnya sama dengan spaghetti."
Sansan mulai tertarik pada anggur saat mulai bekerja sebagai pramusaji di Restoran Sundara di Hotel Four Seasons, Jimbaran, Bali, tiga tahun lalu. Sansan penasaran, karena satu wine yang mereka sajikan merupakan hasil perkebunan di Ubud, bersanding dengan anggur impor nomor wahid.
Dengan seizin atasan, Sansan mencicipi anggur yang tersisa di botol pesanan tamu. Setiap ada sisa, dia tenggak. Begitu terus setiap hari. Lidahnya mendapati rasa yang sangat variatif.
Dia pun bertanya ke sana-sini dan membaca berbagai literatur tentang anggur.
Wine Bible karya Karen MacNeil menjadi kitab sucinya. Buku ini mengupas sejarah, jenis minuman, cara pembuatan, dan asal daerah anggur. Situs Amazon menunjuk buku tersebut sebagai buku soal wine yang paling lengkap sepanjang masa. "Saya makin jatuh cinta pada anggur," kata Sansan.
Dia lalu mengikuti pelatihan program kelas master wine di Asosiasi Sommelier Bali. Kepalanya sesak oleh hafalan berbagai jenis anggur dalam beragam bahasa Prancis, Italia, dan Jepang. Supaya lancar, Sansan membuat catatan kecil untuk mengingat nama dan jenis wine, lalu dia bawa ke mana-mana.
Sansan pun menjajal menjadi sommelier di tempat kerjanya. Namanya baru belajar, rintangannya ada saja. Seorang tamu asing menyemprotnya karena dia gelagapan saat ditanya soal anggur dari Australia Selatan. "Jangan mengaku sommelier, deh," kata Sansan menirukan ucapan sang tamu.
Sansan selalu merasa sebagai orang baru di dunia anggur. Maka, dia berprinsip, pengetahuannya harus selalu ditambah. Begitu juga dengan ilmu gastronomi untuk memenuhi tuntutan memadukan wine dengan hidangan. Kini, dia mendalami pairing wine dengan kuliner Indonesia. "Masakan pedas, misalnya, sebaiknya dengan anggur manis, sehingga terasa ringan," ujar penyuka es teh manis ini. September nanti, Sansan ditunjuk sebagai perwakilan Indonesia dalam kompetisi sommelier se-Asia Tenggara di Singapura. ANWAR SISWADI (BANDUNG)
BIODATA
Nama: Sansan Pratama
Lahir: Bandung, 26 Juni 1991
Pendidikan : Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Pengalaman Sommelier:
1.Restoran Sundara di Four Seasons, Jimbaran Bay, Bali
2.The Ritz-Carlton, Sawangan, Bali
3.Sommelier bersertifikat yang dikeluarkan oleh Asosiasi Sommelier Bali
Pengalaman kompetisi :
1.Champion Best Sommelier di Bali 2015
2.Indonesian Best Sommelier di Jakarta 2015
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo