Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dari dokter menjadi "dukun"

Dr. gunawan simon yang dicabut izin prakteknya setelah gagal mengobati kanker adam malik, malah semakin laris. kini prakteknya -- dianggap sama dengan dukun -- meluas ke jakarta dan semarang.(ksh)

31 Mei 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH ingat Gunawan Simon? Dialah dokter yang pernah bikin heboh, karena cara pengobatannya dianggap inkonvensional. Ia, antara lain, berikhtiar menyembuhkan penyakit kanker bekas Wapres Adam Malik - dengan metode pengobatan yang, katanya, baru - dan ternyata gagal. Kematian Adam Malik, seperti diketahui, membawa ekor panjang dan dramatis, bagi dokter lulusan Unpad yang memelihara kumis dan jenggot lebat itu. Gara-gara cara pengobatan inkonvensional itu, Gunawan dipecat dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Izin prakteknya dicabut oleh Kanwil Depkes Ja-Bar. Tapi semua hukuman formal itu, suka atau tak suka, ternyata tak ada artinya bagi banyak orang. Buktinya? Pasien terus saja mengalir. Bahkan Gunawan tambah laris saja. Ia, kini, tiap Selasa, berpraktek di Jalan Matraman Raya No. 108, dan di Jalan Condet Raya No. 2 - keduanya di Jakarta. "Ada lima puluh pasien yang datang tiap Selasa di Jakarta ini," kata Gunawan pada TEMPO pekan lalu. Kecuali itu, saban Jumat, ia membuka praktek pula di Semarang. Padahal, dulu, ia hanya praktek di Bandung, yakni di RS Imanuel dan di rumahnya Jalan Bima. Menurut Gunawan, "Ada pasien yang sengaja datang dari Sumatera." Gunawan memang tak memasang papan praktek dokter. Tapi pasiennya tak terpengaruh. Mereka adalah penderita berbagai macam penyakit, yang pernah berobat ke dokter-dokter spesialis. "Karena tidak sembuh, mereka datang meminta pertolongan pada saya," kata Gunawan. Misalnya, Lakshmi, ibu dua anak, yang telah tiga belas tahun menderita penyakit tulang punggung gara-gara, di awal 1973, mengalami kecelakaan lalu lintas. Lakshmi terlempar dari sepeda motornya, dan terjatuh dengan punggung membentur batu. Enam bulan setelah itu, anehnya, ia baru merasakan ada yang sakit di tulang punggungnya. Tapi, itulah mula Lakshmi menderita penyakit menahun. Ia sulit makan, dan tubuhnya mengurus. Ia telah dirawat di RS Boromeus, "Bahkan, semua dokter spesialis sampai ke dukun sudah saya coba untuk mengobati istri saya," ujar Bambang. Menurut seorang dokter, Lakshmi menderita kanker tulang. Dan itulah yang membuat Bambang, pegawai Pemda Kodya Bandung, teringat Gunawan Simon. Ia lantas membawa istrinya ke dokter kontroversial ini. "Anehnya baru tiga kali berobat, istri saya sudah mau makan," kata Bambang. Harapan pun terbit. Lakshmi, setelah 10 bulan dirawat oleh Gunawan, memang mulai gemuk, dan bisa tidur nyenyak. Gunawan memang tetap bekerja dengan cara seperti dulu. Ia, misalnya, menghabiskan waktu rata-rata 75 menit untuk seorang pasien. Sehabis pemeriksaan, ia pun langsung meracik obatnya di tempat praktek. Padahal, inilah dulu salah satu alasan pencabutan izin prakteknya. Sebab, melanggar ketetapan pemerintah, yaitu memberikan obat secara langsung dari tempat praktek. "Obat itu saya peroleh dari apotek," katanya berkilah, "dan saya tidak menciptakan obat baru." Apa yang ia lakukan, katanya, "Menemukan khasiat-khasiat baru dari obat-obat lama itu." Selebihnya, seperti juga dulu, ia merahasiakan racikannya. Gunawan tetap gigih membela pendiriannya. Untuk itu, ia menerbitkan buku berjudul Etika Kedokteran dan Missi Eksperimen Mansia Biomedik. Lewat buku setebal 167 halaman dengan sampul mewah itulah, ia memaparkan pembelaannya. "Kode etik kedokteran dan sumpah dokter tetap saya pegang erat," katanya. Gunawan juga mengaku merawat beberapa pejabat tinggi. "Saya ini dokter yang sah. Izin praktek saya dicabut bukan karena kegagalan praktek," katanya. Lagi pula, baginya, izin praktek tidak perlu. "Tidak ada yang berani menindak saya dalam hal ini. Kalau ada yang mau menindak saya - musnahkan dulu dukun-dukun di seluruh Indonesia," katanya. Kini Depkes memang menilai Gunawan berpraktek sebagai dukun. "Sebagai dukun, nggak perlu izin segala," kata Dirjen Pelayanan Medik M. Isa. Jika terjadi ketidakberesan dalam prakteknya, "Gunawan Simon dapat dituntut untuk mempertanggungjawabkannya." Dukun atau tidak, ada izin praktek atau tidak, kenyataan ialah pasien yang menderita kanker terus berdatangan ke tempat praktek Gunawan. Sesungguhnya, tak ada yang berubah, juga tarif yang sampai Rp 50.000. Saur Hutbarat, Laporan Biro Jakarta, Bandung, dan Yogya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus