Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wisatawan yang melancong ke Raja Ampat, Papua, mesti membawa oleh-oleh kopi Senang. Ini adalah kopi khas Papua yang biasa menjadi buah tangan, selain noken, koteka, dan cenderamata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat pasti lewat Kota Sorong dan di sana ada kopi robusta yang terkenal enak bernama Kopi Senang. Kopi ini pula yang digunakan sebagai suguhan untuk pelancong selama berada di Raja Ampat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kopi Senang begitu populer hingga pelosok Papua Barat. Hingga penduduk setempat punya ungkapan 'dengan minum kopi senang, hidup akan senang terus'. Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menceritakan bagaimana asal-usul kopi Senang.
"Kopi Senang diproduksi di Kota Sorong milik pengusaha Tionghoa asal Padang," kata Hari Suroto kepada Tempo, Minggu 28 Maret 2021. Pemiliknya bernama Herlina Tios dan sudah memulai bisnis kopi bubuk ini sejak 1985. Perlu diketahui, menurut Hari, Sorong bukanlah wilayah penghasil kopi. "Tidak ada perkebunan kopi di Sorong."
Selain itu, Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, Papua, ini menjelaskan, minum kopi di kedai atau kafe belum sepenuhnya menjadi budaya kuliner masyarakat Kota Sorong. Lantas bagaimana bisa ada kopi Senang di Sorong?
Herlina Tios tidak berkebun kopi di Sorong. Dia berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia untuk mencari tahu mana kopi yang paling enak. Kemudiaan dia mendatangkan kopi robusta dari berbagai daerah yang memang terkenal punya kopi enak ke Sorong. Herlina Tios memboyong biji kopi mentah kualitas ekspor lalu mengolahnya di Sorong.
"Perpaduan biji kopi dari berbagai daerah membuat aroma kopinya sungguh harum," kata Hari Suroto. Mengenai nama kopi Senang, Herlina Tios punya cerita sendiri. Saat memutuskan merantau ke Papua Barat pada 1985 untuk berbisnis kopi. Sebelum berangkat, dia berpamitan kepada orang tuanya.
"Saat itu orang tua saya bilang, 'oke bisnis kopi itu bagus juga, semoga bisa bikin senang ya'," demikian kata Herlina Tios menirukan ucapan orang tuanya. Ketika hendak memberi nama merek, dia terpikir untuk menggunakan ucapan 'senang' yang disampaikan orang tuanya. Jadilah kopi Senang.
Terlebih kata senang bermakna positif dan mudah diingat. "Sekarang kopi ini bikin kami senang dan orang yang meminumnya mudah-mudahan bisa senang," ujar Herlina Tios.
Hari Suroto mengatakan cita rasa kopi Senang berbeda dari kopi asli Papua, seperti kopi Moanemani, Wamena, Pegunungan Bintang, dan Amungme, yang masuk kategori kopi arabika. Adapun kopi robusta di Papua, yaitu kopi Ambaidiru Yapen, kopi Agimuga Mimika, kopi Anggi Pegunungan Arfak, dan kopi Lembah Grime Jayapura.
Kopi robusta di Papua ditanam di daerah dengan ketinggian 20 sampai 1.000 meter dari permukaan laut. Tanaman kopi ini ditanam dengan pola kebun semihutan atau agroforestry. Uniknya, kopi-kopi robusta ini cenderung dibiarkan tumbuh alami. Tak banyak perlakuan untuk meningkatkan hasil panen.
"Petani Papua membiarkan begitu saja karena menurut mereka, dibiarkan pun sudah subur," kata Hari Suroto. Dengan pola kebun semi hutan, menurut dia, kopi hasil panen sangat terbatas untuk mencukupi kebutuhan pasar.