SEJAK tahun 1970 Dr Linus Pauling dari Universitas Stanford,
California mengagung-agungkan kebajikan berbagai macam vitamin.
Terutama vitamin C sebagai obat yang bisa menyembuhkan pilek
sampai pun kanker. Sudah sejak lama ahli kimia berusia 77 tahun
dan dua kali memenangkan Hadiah Nobel itu mencita-citakan
percobaan klinis untuk membuktikan pendapatnya. Baru sekarang
jalan ke sana terbuka.
Berbagai percobaan yang dibiayai Lembaga Kanker Nasional di
Amerika Serikat telah dimulai di Mayo Clinic, melibatkan 150
penderita kanker yang sudah tak terobati lagi, sebagai kelinci
percobaan. Mereka disuguhi vitamin dalam dosis tinggi. Tentang
hasilnya Lembaga itu sendiri masih menganggap terlalu pagi untuk
disebutkan. "Kami memerlukan penderita kanker yang
berlomba-lomba merelakan dirinya untuk dicoba," kata seorang
juru bicara.
Para ilmiawan di sana belum bergairah benar menyokong niat Dr
Pauling. Walaupun ia dianggap seorang tokoh legendaris dunia
ilmu pengetahuan abad 20, Pauling terkadang malahan dianggap
suka campur urusan orang lain. Sebagai seorang ahli kimia tak
sepantasnya ia berteori mengenai masalah gizi, begitulah
anggapan sebagian orang. "Kalau diadakan pemilihan di kalangan
masyarakat ilmu pengetahuan," kata seorang ahli biokimia dan
ahli gizi dari University of California, Dr George Briggs, "saya
ragu teori vitamin Dr Pauling itu hanya dapat suara lebih dari
3%."
Tapi apa pun kata para ahli yang bersaing, jutaan orang Amerika
percaya benar terhadap pengobatan dengan megavitamin vitamin
dosis tinggi). Mereka yakin vitamin bisa menyembuhkan dan
mencegah penyakit. "Bukti bertambah saja," kata Pauling yang
jangkung dan berambut putih keperakan itu, "bahwa vitamin C
memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi." la
menghitung mulai dari campak, gondok, flu, radang hati, polio
dan kanker.
Mungkin
Namun begitu Dr Pauling dengan rendah hati mengakui belum tahu
benar bagaimana si "C" melawan kanker. Mungkin dia mendorong
mekanisme kekebalan tubuh. Mungkin juga ia memperkuat susunan
antar sel untuk melawan pertumbuhan tumor. Barangkali juga
dua-duanya, katanya.
Jauh dari Mayo Clinic di Boston, di mana para ahli sangat sangsi
dengan percobaan mengenai faedah vitamin ini, di Menlo Park,
California, berjalan pula sebuah percobaan yang nampaknya akan
jadi tumpuan kuat Dr Pauling. Soalnya percobaan ini didukung
oleh Linus Pauling lnstitute of Science and Medicine yang
didirikan oleh Dr Cameron. Sarjana ini untuk pertama kali
tertarik pada Pauling ketika yang terakhir ini tahun 1971 di
Universitas Chicago mengucapkan pidatonya mengenai teori
vitamin.
Proyek percobaan tersebut menitikberatkan perhatian terhadap 2
kelompok pasien kanker yang parah. Semua sudah pernah
mendapatkan pengobatan standar, seperti radiasi, kemoterapi dan
bedah. Kelompok pertama (100 pasien) menerima 10 gram vitamin C
perhari. Kelompok kedua (1000 pasien) terdiri dari orang-orang
yang umur, jenis kelamin dan penyakit kankernya pukul rata sama,
hanya menerima obat pembunuh rasa sakit.
Dari percobaan tadi Pauling dan Cameron memperoleh hasil yang
agak meyakinkan. Pasien penerima vitamin C bisa bertahan hidup
selama 200 hari atau lebih. Sedangkan dari kelompok kedua
rata-rata bertahan hidup 50 hari. Mengesankan juga, 13 orang
dari peminum vitamin C masih hidup sampai sekarang, 5 tahun
setelah dinyatakan tak bisa diobati lagi. Sedangkan dari
kelompok yang tidak menerima vitamin itu semuanya meninggal.
Pada saat yang bersamaan pula sebuah penelitian di Universitas
Toronto memperoleh hasil menguatkan pendapat Pauling. Penelitian
tersebut memisahkan satu kelompok penerima vitamin C dan yang
satu lagi menerima vitamin yang kosong. Ternyata yang dapat
vitamin berada dalam keadaan bebas penyakit untuk jangka waktu
yang cukup lama. Sementara sebuah penelitian di Cekoslowakia
yang dimuat dalam Science News menunjukkan vitamin C bisa
menurunkan kolesterol dengan membasuh pembuluh darah jantung
dari timbunan lemak.
Kembali lagi ke Amerika, sebuah tim riset di sana telah
mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa vitamin C dalam dosis
tinggi akan meningkatkan jumlah dan kekuatan lymphocyte, yang
bekerja dalam sistim kekebalan tubuh untuk menghancurkan bakteri
dan virus.
Dermawan
Sederet penelitian nampaknya telah memberikan dukungan untuk
teori Pauling. Tapi dalam sebuah seminar di Universitas
California di San Fransisco, Dr Sheldon, konsultan untuk Komisi
Gizi Senat Amerika, tetap sangsi terhadapnya. Malahan ia
menyebutkan efek samping vitamin C, misalnya: mencret. Sheldon
berseru untuk jangan meminum vitamin C secara berlebihan. Beda
antara kebutuhan dan kelebihan adalah kecil, dan untuk vitamin C
selisih itu belum diketahui, katanya. "Diperlukan 50 tahun untuk
mengetahui bahwa aspirin yang satu ketika dianggap tak beracun,
ternyata bisa mengakibatkan pendarahan dalam saluran
pencernaan," tambahnya memberi contoh kasus lain.
Dengan pendapatnya yang kontroversial mengenai vitamin C itu,
nyawa Pauling Institute memang terancam. Perang pendapat
menyusul bukunya Vitamin C and the common cold, membuat
Universitas Stanford enggan meneruskan bantuan keuangan untuk
karya berikutnya mengenai kedokteran molekuler.
Tapi syukurlah dia mendapat bantuan dari seorang ahli hubungan
masyarakat yang juga jadi pengagum Pauling dan menaruh minat
besar dalam masalah kesehatan. Orang itu mencari dana melalui
pemasangan iklan. Kelompok penggemar Pauling kemudian terbentuk,
terdiri dari 300.000 dermawan, besar dan kecil. Berhasil
mengumpulkan lebih separo dari kebutuhan setahun yang sejuta
dolar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini