Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dua Macam Sleep Apnea, Masalah Tidur yang Dialami Joe Biden

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dilaporkan menderita sleep apnea. Sleep apnea terjadi ketika sistem pernapasan terhalang selama penderita tidur.

21 Agustus 2023 | 21.03 WIB

Presiden AS Joe Biden berbicara saat mengadakan konferensi pers dengan Presiden Finlandia Sauli Niinisto di Helsinki, Finlandia, 13 Juli 2023. REUTERS/Kevin Lamarque
Perbesar
Presiden AS Joe Biden berbicara saat mengadakan konferensi pers dengan Presiden Finlandia Sauli Niinisto di Helsinki, Finlandia, 13 Juli 2023. REUTERS/Kevin Lamarque

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu gangguan tidur yang umum terjadi adalah sleep apnea, yang juga dialami oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Ia bahkan harus menggunakan alat bantu mesin continous positive airway pressure (CPAP) untuk membantu memperbaiki tidurnya. Alat ini membantu saluran udara penderita tetap terbuka selama tidur sehingga bisa terus menerima oksigen yang dibutuhkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sejak 2008, laporan medis telah menyebut presiden menderita sleep apnea. Dia menggunakan mesin CPAP yang umum dipakai orang dengan masalah yang sama," jelas juru bicara Gedung Putih Andrew Bates pada Juni 2023, dikutip dari USA Today.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Mesin tersebut terdiri dari masker yang diikat ke wajah penderita selama tidur. Lalu, seperti apa sebenarnya sleep apnea seperti yang dialami Joe Biden? Sleep apnea terjadi ketika sistem pernapasan terhalang selama penderita tidur. Halangan ini dapat terjadi berkali-kali selama pasien tidur, bahkan sampai ratusan kali.

Jika tidak ditangani, sleep apnea dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi, diabetes, dan masalah jantung, seperti stroke, gagal jantung, dan serangan jantung. Gangguan tidur ini dapat menyerang siapa saja, terutama pria dewasa dan obesitas.

Dua macam sleep apnea
Ada dua macam sleep apnea, yaitu obstructive sleep apnea atau yang paling umum. Jenis ini terjadi secara berulang-ulang dan mengakibatkan tersumbat sepenuhnya atau sebagian saluran pernapasan atas. Ketika hal ini terjadi, diafragma dan otot dada bekerja lebih keras karena tekanan untuk membuka saluran pernapasan bertambah.

Lalu ada central sleep apnea, yang terjadi jika otak gagal mengirimkan sinyal kepada otot untuk bernapas karena ketidakstabilan pusat kendali pernapasan. Dalam kasus ini, saluran pernapasan tidak tersumbat. Central apnea berhubungan dengan fungsi sistem saraf pusat.

Menurut Cleveland Clinic, gangguan ini diderita oleh 25 persen pria dan 10 persen wanita. Sleep apnea dapat terjadi pada semua orang dengan segala usia, termasuk anak-anak dan bayi, terutama di atas 50 tahun dan mengalami obesitas. 

"Lemak pada bagian leher dan kelainan struktural dapat mengurangi diameter saluran pernapasan atas," tulis tim medis Cleveland Clinic.

Gejala sleep apnea misalnya mendengkur, mengantuk di siang hari, kelelahan meski saat tertidur, hingga terbangun dengan tiba-tiba akibat tersedak atau kesulitan bernapas. Penderita central sleep apnea melaporkan insomnia sebagai salah satu gejalanya.

Gangguan ini dapat diatasi dengan terapi seperti diet untuk mengurangi berat badan, minum obat tidur, hingga penggunaan semprotan hidung untuk mempermudah pernapasan. Selain menggunakan CPAP, prosedur pembedahan mungkin diperlukan, terutama untuk orang-orang dengan jaringan yang cacat atau menghalangi aliran udara melalui hidung atau tenggorokan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus