Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dunia rp 25 ribu

Sejak pagi tempat pembuangan sampah di jl. suprapto ramai oleh pengumpul sampah. hasil kaisan mereka dapat dijual langsung kepada pengusaha penampung setempat. (sd)

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI kubangan sampah jalan Soeprapto bau busuk seperti mengendap. Puluhan truk sampah mengalir dari berbagai urat nadi Jakarta. Di sana juga dapat dijumpai jenis buldozer yang meratakan gundukan-gundukan sampah itu. Dari jarak 500 meter angin sudah menancapkan bau yang tak sedap, menusuk terutama hidung-hidung cantik di dalam kendaraan yang lalu-lalang. Tetapi hidung para pemburu sampah makin banyak saja operasi di situ. Lebih dari 25 buah hidung mencari makan dari sampah jalan Soeprapto. Sejak jam 7 pagi mereka muncul dengan keranjang besar. Pukul 8 sudah mulai muncul truk-truk memuntahkan kotoran. Sementara sampah belum selesai dimuntahkan, 4-5 orang menggerayangi pembuangan itu. Mereka bekerja dengan tangan telanjang dan hidung telanjang. Yang diburu antara lain plastik, nasso, sandal, busa, besi, kuningan, tembaga, aluminium, tulang, kaca juga beling. Semuanya bisa dijual. Kalau tembaga pasarannya Rp 400 per kg. Kuningan dan aluminium Rp 200. Nas Rp 90 per kg. Plastik Rp 15. Beling hijau Rp 5. Tulang Rp 5. Besi Rp 15. Begitu terkumpul di tempat itu juga bisa ditimbang, langsung dijual. Barang-barang yang sudah terbeli ditumpuk. Seminggu atau paling cepat 4 hari sekali ada angkutan. Beling hijau dibawa ke Cibinong untuk dilebur. Kardus ke Bekasi. Besi ke Bekasi. Plastik dan nasso ke Priok. Sedankan tulang tak tanggung-tanggung akan diangkut ke Jepang. Seringkali tulang masih ditempeli daging-daging busuk. Jadi baunya bukan main. Yang agak priyayi bisa muntah-muntah menghirup baunya. Tapi di sana banyak wanita ikut bekerja dengan perkasa, tak peduli busuknya macam apa. Ada yang pakai rok, ada celana panjang. Kepalanya ditutup dengan caping. Tubuhnya dekil. Tetapi coba perhatikan kupingnya. Tak jarang diganduli dengan anting besar dari emas. Aneh juga. Sore hari tempat penimbangan gencar-gencarnya karena para pengumpul sampah keliling pada bermunculan. Juragan yang bertindak mengisap seluruh sampah-sampah pilihan itu memiliki modal sekitar Rp 25 ribu. Jumlah kecil tapi sempat menghidupi banyak orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus