KOMPOSISI kehidupan modern tampaknya semakin sering didominasi kemuraman. Kesibukan, hancurnya hubungan antarpribadi, percepatan irama hidup, hanya beberapa faktor yang telah membuahkan ketegangan dan keletihan yang berkepanjangan. Lalu tumbuhlah berbagai malapetaka: angka bunuh diri meningkat, statistik penyakit jiwa melonjak, juga angka pendenta stress yang dengan cepat merambat ke penyakit jantung bahkan konon kanker. Di tengah drama itu, kegembiraan terbilang sebuah kemewahan yang langka. Tidak aneh bila para peneliti di bidang endokrinologi (ilmu yang menyangkut hormon manusia) mencoba menjawab bisakah kegembiraan di ciptakan melalui ilmu kedokteran - sebuah langkah efektif yang bisa membidas berbagai malapetaka sekali raup. Jawabannya, ternyata, bisa. Akhir Mei lalu, Edward Cornish, ketua The World Future Society (Masyarakat Masa Depan), mengumumkan kemungkinan itu di Washington, Amerika Serikat. Melalui berbagai diskusi dan pertemuan ilmiah di bidang endokrinologi, disimpulkan, paling tldak teoreus, sangat mungkin menciptakan kegembiraan permanen pada seseorang. "Kita kini berada di suatu masa ketika ilmu dan teknologi mampu menciptakan sesuatu yang kemarin terasa mustahil," ujar Cornish. Para peneliti, menurut Cornish, telah menemukan bagaimana merangsang secara kimiawi dan elektrik 15 pusat kegembiraan di otak manusia. Di antaranya kemungkinan membuat hormon endorfin buatan - hormon untuk mengatasi rasa sakit. "Bila seluruh percobaan ini rampung," kata Cornish "akan ada loncatan besar di bidang kedokteran." Sebelumnya memang sudah diketahui bahwa seluruh kegiatan manusia, misalnya berpikir, berpangkal pada perubahanperubahan klmiawl di pusat-pusat saraf yang dirambatkan secara elektrik. Mekanisme otak itu sangat dipengaruhi "organisasi" hormon yang diproduksi di berbagai organ tubuh. Satu di antara hormon itu, endorfin. Ini sejenis morfin yang diproduksi tubuh. Fungsinya - seperti morfin - mengatasi rasa sakit, baik badan maupun jiwa. Senyawa kimia inilah yang bergerak dengan cepat ke sebuah organ tubuh yang terluka. Ini menyebabkan sebuah luka yang terjadi, tanpa disadari mulanya, tidak terasa sakit. Penelitian mengenai stress menemukan pula produksi endorfin pada tikus percobaan yang dibenamkan ke air bersuhu 4 selama 3 menit. Ini fakta adanya ikhtiar "membius" kesadaran ketika jiwa mengalami tekanan - semacam mekanisme pertahanan tubuh. Fakta ini pula yang membuat endorfin menjadi salah satu titik percobaan menciptakan kegembiraan permanen. Namun, menurut Cornish, membangun kegembiraan permanen punya juga segi yang menakutkan. Ada berbagai pertanyaan filosofis yang mengerikan bila kita membayangkan sejumlah perubahan yang akan terjadi. "Maka," kata Cornish, "kita harus menjawab terlebih dahulu maukah kita menerima kegembiraan permanen dalam kehidupan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini