MANUSIA, kata orang, kian hari kian malas. Bekerja sehari-hari tidak lagi mengayunkan tangan dan mengguncangkan kaki - cuma beringsut menggeserkan tubuh, yang membikinnya semakin tambun saja. Maka, sumber energi yang berupa lemak dan gula dalam tubuh, yang dulu sangat dibutuhkan untuk berjalan dan satu tempat ke tempat lain, atau menunggang kuda, kini bertumpuk, mubazir. Sebagian lalu berubah menjadi penyakit: diabetes, penyempitan pembuluh darah, dan sejumlah penyakit lainnya. Maka, lemak dan gula yang pada masa lalu sangat diperlukan tubuh, kini malah jadi ancaman. Makanan yang mengandung keduanya dibatasi. Kalau bisa, malah dihindari. Sejak gula menjadi makanan yang membangun kecemasan, penelitian dan industri makanan giat mencari pemanis buatan. Pada penelitian terakhir, Mei lalu, perusahaan bioteknologi Hayashibara, Jepang, menemukan lagi pemanis bukan gula yang disebut maltitol. Kandungan kalorinya tiga belas kali lebih kecil dibandingkan gula. Penemuan Hayashibara seperti menjawab keguncangan-keguncangan kecil industri makanan dan minuman yang berpusat di Amerika Serikat, April lalu. Terhitung sejak bulan itu, saccharin, salah satu pemanis buatan yang cukup luas digunakan industri makanan dan minuman, ada kemungkinan dicabut izin edarnya. Para industriwan pun cemas karena untuk minuman ringan saja, pemanis buatan yang digunakan setahunnya mencapai US$ 4 milyar. Sebagian dari minuman ringan itu beredar pula di Indonesia. PASALNYA, saccharin sudah lama dikhawatirkan berbahaya karena menimbulkan kanker pada tikus percobaan. Kemungkinan larangan di Amerika Serikat telah muncul sejak tahun 1977. Menyusul larangan cyclamate - pemanis buatan lain - tahun 1969, juga karena menimbulkan kanker. Namun, pada tahun itu, kegigihan para industriwan mampu meyakinkan Kongres AS hingga badan legislatif ini membatalkan larangan bagi saccharin yang dikeluarkan FDA (badan yang berwenang di AS). Penelitian FDA dinilai punya cacat. Di laboratorium percobaan, telah dibuktikan bahwa saccharin - seperti juga cyclamate - menimbulkan kanker pada tikus percobaan. Tapi yang janggal, kanker cuma timbul pada tikus percobaan jantan, dan tidak pada yang betina. Inilah cacat itu. Akan tetapi jangka waktu pembatalan itu hanya berlaku sampai 22 April lalu. Sesudah tanggal itu, bila FDA mempunyai buktibukti baru, saccharin bisa saja kena larangan beredar. FDA agaknya punya hasil penelitian yang diharapkan itu. Frank Young, seorang pejabat FDA, menyebutkan bahwa selam bisa dlpastikan saccharm menimbulkan kanker darah, juga beberapa macam tumor. Saccharin, hingga kini masih luas digunakan dalam industri makanan dan minuman. Pemanis buatan lainnya aspartame, yang tadinya disiapkan untuk menggantikan, ternyata tidak seideal saccharin. Antara lain karena aspartame tak dapat dimasak. Maka, penemuan Hayashibara agaknya merupakan harapan. Bagi industri dan juga kesehatan. Pemanis buatan ini diperkirakan tidak akan menimbulkan kanker karena alamiah. Maltitol, pemanis buatan olahan laboratorium bioteknologi Hayashibara itu, dibuat dari tepung kentang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini