Akibat perubahan pola hubungan seks, di Semarang, banyak pelacur kena GO faring. Susah dideteksi dan tidak mempan penisilin. GONORRHOEA, penyakit kelamin yang punya sebutan populer GO, mirip ular yang bisa merambat. Ternyata, penyakit itu tak hanya bersarang pada alat kelamin manusia saja. Kini, menurut Dokter Pamudjo, GO malah mulai banyak menyerang tenggorokan. Gejala ini diungkapkan Pamudjo, dokter di Rumah Sakit Dokter Kariadi, Semarang, dalam kertas karya akhirnya yang dibuatnya untuk dilantik sebagai dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin. Dalam kertas karya yang dipublikasikan Kamis dua pekan lalu itu, ia menyebutkan makin lama makin banyak penderita yang terkena GO faring (tenggorokan). Kesimpulan itu didapat Pamudjo berdasarkan penelitiannya yang dilakukan sepanjang Desember 1987 sampai Mei 1981 terhadap enam puluh pelacur di Semarang. Mereka diambil secara acak, masing-masing tiga puluh pelacur profesional di lokasi resmi Sunan Kuning dan sisanya pelacur yang amatiran (terselubung) dari sebuah panti mandi uap di kota itu. Lewat anamnesis, pemeriksaan klinis dan mikrobiologi, Pamudjo 44 tahun, menemukan kuman gonokokus. Penyebab GO, atau kencing nanah, mulai banyak bersarang di tenggorokan. "Ini muncul karena terjadi perubahan pola hubungan seksual antara pelacur dan pria konsumen," katanya. Menurut ayah tiga anak ini, hubungan seksual yang dilakukan secara tradisional, yaitu dilakukan secara genitogenital (kontak antara dua jenis kelamin) kini mulai ditinggalkan. Rupanya, tingkat kepuasan konsumen menuntut jenis pelayanan baru dari kalangan para pelacur. Sebagian pelanggan meminta agar pelacur melayani kebutuhan seks dengan cara orogenital, atau felasio, yakni hubungan seks dengan cara kontak antara mulut dan kelamin pria. "Kalau bukan permintaan langganan, saya tidak mau melakukannya," kata salah seorang pelacur dari Sunan Kuning. Inilah penyebab utama terjadinya penularan GO. Jika seorang pelacur melakukan hubungan dengan cara tadi, dan pasangannya kebetulan mengidap gonorrhea, ia punya risiko yang tinggi tertikam GO tenggorokan. Dari 60 responden, 20% mengaku telah melakukan oral sex. Dibandingkan antara pelacur terselubung dan pelacur resmi, mereka yang praktek di panti mandi uap ternyata lebih banyak (30%) yang melakukan oral sex. Hasil penelitian dosen Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu tentu meruntuhkan kiat yang selama ini dipakai pria iseng. Agar merasa aman dari penyakit kelamin, ketika berhubungan dengan pelacur, mereka biasanya melakukan oral sex. Padahal 90% pelacur yang mengaku melakukannya menderita GO tenggorokan. Berbeda dengan GO di alat kelamin, infeksi di tenggorokan ini lebih sulit diobati. Sebab, penisilin sudah tidak mempan lagi. Kuman GO faring dapat menghasilkan enzim penisilinase, yang mampu memecah serta menonaktifkan penisilin. Dan adanya gonokokus yang menghasilkan penisilinase memungkinkan pula terjadinya transformasi genetik pada kuman-kuman lain yang ada di tenggorokan. "Akibatnya, makin banyak kuman yang tak mempan dilumpuhkan dengan penisilin," ujar Pamudjo. GO faring bahkan bisa tertular lewat ciuman mesra. Sedangkan si penderita mungkin tidak menyadarinya. Gejala peradangan kemerahan di tenggorokan memang sulit dideteksi oleh penderita. Dan jika dibiarkan, kuman ini akan menyebar sampai ke persendian, bahkan ke selaput otak penderitanya. Rustam F. Mandayun dan Heddy Lugito (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini