Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Gosok Terus

Minyak gosok mampu bertahan dari gempuran zaman. Perlu penelitian ilmiah untuk membuktikan khasiatnya.

23 Desember 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPERTI umumnya orang Indonesia, Subekti menyukai minyak penghangat tubuh. Hanya, dia sedikit berlebihan. Menjelang tidur, ia membalur seluruh tubuh dengan minyak gosok. Efeknya langsung terasa: badan menjadi hangat, capek dan pegal berkurang, plus nyamuk menjauh.

Karena sudah ketagihan, lajang 34 tahun ini tak mau sehari pun luput dari olesan minyak gosok Cap Tawon asal Makassar itu. Secara berkala, warga Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, ini mentransfer uang ke koleganya yang bekerja di Makassar, lalu paket minyak gosok akan dikirim.

Biasanya satu botol untuk sebulan. Agar lebih praktis, isi botol tersebut dituang ke beberapa botol yang lebih kecil, sehingga bisa ditaruh di kantor, rumah, plus di dalam tas. Belakangan, ibu dan kakak Subekti ikut rutin menggunakan minyak gosok tersebut. "Seperti penyakit menular," katanya sembari terkekeh.

Kebiasaan membalur minyak tradisional juga dilakukan Joko Widodo, Gubernur Jakarta. Bedanya, yang selalu ia bawa adalah minyak kayu putih. Selain ­melumurkan ke tubuh, mantan Wali Kota Solo ini mengoleskannya ke hidung untuk mencegah pilek. "Senjata saya ya ini, minyak kayu ­putih. Saya selalu membawa ke mana saja," kata Jokowi, akhir September lalu. Pada kesempatan berbeda, saat pilek, ia berujar, "Tadi saya lupa membawa minyak kayu putih."

Minyak gosok merupakan obat tradisional yang sudah turun-temurun ada di Tanah Air. Meski hidup di negara tropis, orang Indonesia memang tak bisa lepas dari aneka macam minyak penghangat. Sejak kita lahir hingga meninggal, minyak seperti itu selalu diandalkan. Ketika bayi, setiap hari kita dilumuri minyak telon. Katanya agar hangat dan tak masuk angin. Ketika kita tua, minyak ini diharapkan bisa meringankan nyeri karena encok.

Tidak jelas benar mulai kapan dan dari mana kebiasaan ini muncul. Hanya ada perkiraan, kita mengadopsinya dari budaya Cina. Pengobatan tradisional Cina memang mengenal obat gosok hangat, meski mereka lebih banyak memakai menta sebagai bahan dasar. Ketika sampai di Indonesia, bahan baku diganti, sesuai dengan kekayaan rempah-rempah dan tanaman obat yang kita miliki. Terutama yang memiliki efek hangat, seperti cengkeh, serai, daun lada, jahe, dan kayu putih.

Zaman berganti, tapi kebiasaan masyarakat kita memakai minyak gosok tak berubah. Itu sebabnya, sejumlah perusahaan—bahkan perusahaan internasional—ikut bermain di ceruk ini. Selain Cussons yang berpusat di London, di pasar beredar minyak produksi Nyonya Meneer, Konicare, Tresno Joyo, dan sebagainya.

Kebiasaan yang tak berubah itu pula yang membuat obat gosok Cap Tawon, yang rutin dipakai Subekti, bisa bertahan selama satu abad. Pada 6 Desember lalu, perusahaan pembuat minyak ini genap berumur 100 tahun.

Minyak Cap Tawon dibuat pertama kali oleh Lie A Liat, pemilik toko obat Boo Loeng, Makassar. Meski Tawon dipakai sebagai merek dagang, bahan bakunya bukan dari tawon atau produk turunannya. Menurut Eddy Mattualy, Direktur Utama PT Tawon Jaya Makassar, yang juga cucu Liat, pemilihan nama tawon karena binatang ini penuh makna positif, seperti mempunyai ikatan kekeluargaan yang besar dan rukun hidup bersama. Tawon juga memiliki banyak manfaat bagi manusia, antara lain madunya bisa dipakai untuk obat.

Selain dijual ke seluruh Indonesia, minyak ini diekspor ke Singapura, Hong Kong, Malaysia, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Saban bulan, produksinya mencapai 300 ribu botol. "Racikan awalnya tetap dipertahankan hingga sekarang," kata Eddy saat ditemui Tempo di rumahnya pekan lalu.

Racikannya terdiri atas rupa-rupa minyak. Selain minyak kelapa, minyak kayu putih, cengkeh, daun lada, jahe, kunyit, dan bawang, ada minyak serai, minyak lawang, lengkuas, temulawak, dan daun sirih. Semua bahan dimasak, diekstrak, lalu disaring. Klaim khasiatnya sebanyak unsur yang dicampurkan. Misalnya menyembuhkan bengkak, mengobati berbagai macam luka, pegal, nyeri, sakit kepala, gatal akibat gigitan serangga, serta cocok untuk pijat atau urut sehari-hari.

Minyak ini sudah diuji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Itu sebabnya, dalam produk minyak Cap Tawon tertulis POM TR sebagai bukti teregistrasi sebagai obat tradisional. "Sejauh ini minyak obat tradisional tidak bermasalah," kata Bahdar Johan, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen BPOM.

Meski demikian, soal khasiat yang diklaim oleh perusahaan Eddy, belum ada yang mengujinya secara medis. Menurut dokter Siswanto, Ketua Komisi Nasional Saintifikasi Jamu di Kementerian Kesehatan, kebanyakan prinsip kerja minyak gosok adalah menghangatkan tubuh sehingga merangsang sirkulasi darah. Rasa hangat didapat, antara lain, dari efek penggunaan kayu putih.

Minyak kayu putih memang terkandung dalam banyak minyak gosok, termasuk Cap Tawon. Hasil penyulingan daun dan ranting tanaman kayu putih ini, selain menghangatkan, mengandung eukaliptol. Zat inilah yang berkhasiat melemaskan otot dan mencegah perut kembung. Itu mengapa minyak ini—bersama minyak kelapa dan minyak adas—dicampurkan ke dalam minyak telon (telu berarti tiga dalam bahasa Jawa).

Yang menarik, pengobatan dengan menggosokkan ke kulit diadaptasi oleh pengobatan modern. Olesan di kulit terbukti diserap tubuh dan lebih aman dibanding obat minum, yang terkadang memicu masalah di organ pencernaan.

Kementerian Kesehatan mendorong obat tradisional, termasuk yang berbentuk minyak, agar tetap eksis. Produk ini dikategorikan sebagai jamu. Bukti khasiatnya mengacu pada penggunaan secara empiris dan turun-temurun. Namun, agar khasiatnya bisa dijelaskan, upaya mencari bukti ilmiah tentang manfaat dan keamanan jamu perlu dilakukan. Karena itulah, pada 2010, dibentuk Komisi Nasional Saintifikasi Jamu. "Soal khasiat, kita rasional saja, enggak usah berlebihan," kata Siswanto.

Dwi Wiyana, Ananda Teresia, Irmawati


Pesan dalam Botol

NAMA berbagai minyak obat tradisional yang beredar di pasar boleh berbeda-beda, tapi cara bekerjanya sama: memesamkan atau menghangatkan. Bahan bakunya beragam, sehingga klaim khasiatnya beraneka rupa. Inilah beberapa jenis minyak yang akrab dan kerap dipakai oleh keluarga di Indonesia.

Minyak Gosok

  • Kandungan: minyak kelapa, minyak kayu putih, minyak serai, minyak lawang, cengkeh, daun lada, jahe, kunyit, lengkuas, temu­lawak, bawang, daun sirih.
  • Khasiat: mengobati keseleo, pegal, otot kaku, sakit pinggang dan punggung, mempercepat penyembuan bengkak karena pukulan atau benturan, mengobati luka bakar, luka khitan, kulit lecet atau luka terkena pisau, meredakan nyeri sendi, sakit gigi, bisul, sakit kepala, kudis, panu, gatal akibat gigitan serangga, muntah, sakit perut, batuk, rematik, bisa untuk minyak pijat.

    Minyak Telon

  • Kandungan: minyak kelapa, minyak adas, minyak kayu putih.
  • Khasiat: memberi rasa hangat pada tubuh bayi karena merangsang pembuluh darah, membantu dan mencegah perut kembung dan masuk angin, mencegah gigitan nyamuk, bisa untuk minyak pijat bayi. Aroma minyak telon juga memberikan rasa tenang (aromaterapi).

    Minyak Kayu Putih

  • Kandungan: minyak hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih.
  • Khasiat: menghangatkan tubuh, melemaskan otot, meredakan dan mencegah perut kembung, mual, dan masuk angin, meredakan gatal akibat gigitan serangga. Aromanya memberikan efek menenangkan.

    Minyak Gandapura

  • Kandungan: minyak hasil penyulingan daun gandapura.
  • Khasiat: membantu meredakan nyeri otot dan sendi, encok, rematik, pegal, keseleo, dan nyeri.

    Minyak Angin

  • Kandungan: minyak kayu putih, minyak gandapura, minyak kamfer, minyak mentol.
  • Khasiat: membantu meredakan gejala masuk angin, pusing, mabuk perjalanan, mual, pegal, gatal karena gigitan nyamuk atau serangga, bisa untuk aromaterapi.

    DW

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus