Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengelolaan dan perawatan pasien diabetes di rumah sakit saat ini masih mengalami tantangan. Karena itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PP Perkeni), Prof. Dr. dr. Em Yunir Sp.PD, K-EMD, mendukung Kementerian Kesehatan dalam membentuk RS Cipto Mangunkusumo Jakarta sebagai rumah sakit pengampu diabetes untuk menyamakan standar prosedur perawatan pasien.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“RSCM melatih rumah sakit di bawah untuk melakukan standar prosedur yang sama, harus ada dokternya, sarana prasarana harus ada, harus ada obatnya, ruang rawat dan praktek dokternya. Kita bikin standar dengan level ada yang madya,” kata Yunir dalam diskusi mengenai masalah yang dihadapi rumah sakit untuk perawatan diabetes di IMERI FKUI, Jakarta, Jumat, 22 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan setiap rumah sakit dengan tipe B dan C, madya, paripurna, hingga pusat primer seperti RSCM akan melatih dokter dan perawat agar mempunyai kemampuan yang sama dalam mengelola penyakit katastropik seperti diabetes atau kardiovaskular. Ia juga berharap rumah sakit umum daerah sudah bisa mengampu pasien diabetes agar tidak ada lagi pasien yang harus jauh ke kota untuk mendapatkan dokter penyakit dalam yang bisa mengobati diabetes.
Salah satu keterbatasan adalah aturan dan ketersediaan obat diabetes. Ini juga berdampak pada manajemen rumah sakit yang harus bekerja keras untuk mengantisipasi keterbatasan yang diterapkan. Terlebih pasien penyakit metabolik kebanyakan menggunakan penjamin pengobatan dari pemerintah atau BPJS.
“Bisa dari sisi manajemen, dari pemberi asuransi, dari pasiennya sendiri, dari dokter, dari sistem rujukan yang ada. Ini menyadarkan kita semua bahwa kita hidup dalam kondisi keterbatasan, bagaimana kita bisa mengoptimalkan keterbatasan itu menjadi sesuatu yang baik,” paparnya.
Pastikan ketersediaan obat
Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengatakan pemangku kebijakan juga perlu mempertimbangkan ketersediaan obat diabetes bagi rumah sakit dan memastikan obat yang diberikan selalu ada karena diabetes tidak hanya fokus pada ketersediaan obat penurun gula darah namun juga perlu tatalaksana penyakit lain seperti darah tinggi, kolesterol, dan penyakit penyerta lainnya.
Sementara dari pasien, Yunir juga mengharapkan selalu tepat waktu saat mendapat jadwal kontrol dan bersedia mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan agar tidak menimbulkan kondisi diabetes yang menjadi buruk.
“Banyak kendala, mungkin pasien yang tua enggak ada yang mengantar, harus izin kantor, sehingga saat disuruh kembali lagi tertunda terus bulan depan. Itu sudah satu rangkaian menyebabkan risiko terjadinya penyulit. Kalau itu berlangsung bertahun-tahun, suatu saat yang tadinya bagus bisa saja matanya harus dioperasi, lukanya infeksi,” jelasnya.