Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia disingkat WHO telah mengumumkan wabah pertama penyakit virus Marburg di Guyana Ekuatorial. Tercatat ada 16 orang yang diduga tertular virus ini dengan sembilan di antaranya meninggal dunia.
Lebih dari 200 orang sedang menjalani karantina. Tingkat kematian akibat penyakit virus Marburg dapat mencapai 88 persen.
Asal-usul virus Marburg
Virus Marburg pertama kali terdeteksi pada 1967 setelah munculnya wabah di Marburg dan Frankfurt, Jerman dan di Beograd, Serbia. Virus Marburg ditularkan dari paparan kelelawar Rousettus. Virus dapat menyebar antar manusia melalui darah, sekresi, organ, atau cairan tubuh lainnya. Virus ini juga menular melalui tempat tidur dan pakaian dari orang yang terinfeksi.
Apa saja gejala yang terlihat?
Infeksi Marburg biasanya ditandai dengan demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan secara tiba-tiba. Sebagian orang dilaporkan mengalami sakit otot yang parah dan nyeri selama periode ini. Masa inkubasi bervariasi mulai dari 2 hingga 21 hari. Pada hari ketiga, pengidap kemungkinan akan mengalami diare, sakit perut, kram, mual, dan muntah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diare yang terjadi bisa bertahan selama seminggu. Penampilan pasien pada fase ini mulai memburuk yang ditandai dengan mata deep-set, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuan ekstrim. Dalam lima hingga tujuh hari, banyak pengidap mengalami kondisi hemoragik parah seperti adanya darah segar dalam muntahan dan tinja, pendarahan dari hidung, gusi, dan vagina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama fase penyakit yang parah, pengidap dapat mengalami demam tinggi. Seiring perkembangan infeksi, hal itu dapat memengaruhi sistem saraf pusat pasien yang mengakibatkan perilaku agresif. Sejumlah pasien juga melaporkan mengalami orkitis atau peradangan pada salah satu atau kedua testis. Ini biasanya terjadi selama fase akhir penyakit. "Dalam kasus yang fatal, kematian paling sering terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului oleh kehilangan banyak darah dan syok," demikian sebut WHO. Ruam makulopapular juga dapat terlihat pada beberapa pasien.
Cara mengobati penyakit Marburg
Belum ada vaksin atau obat antivirus yang disetujui untuk menyembuhkan penyakit Marburg. Berbagai perawatan yang potensial seperti produk darah, terapi kekebalan dan obat, serta calon vaksin dengan data fase 1 sedang dalam peninjauan."Perawatan suportif, rehidrasi dengan cairan oral atau intravena, dan pengobatan gejala tertentu dapat meningkatkan kelangsungan hidup," demikian WHO ihwal pengobatan penyakit akibat virus Marburg.
HATTA MUARABAGJA
Pilihan editor : Guinea Ekuatorial Laporkan Wabah Virus Marburg Pertama, 9 Warga Tewas
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.