Hormon yang Merapuhkan Tulang

Tubuh pendek tapi sehat, atau jangkung namun bertulang rapuh, sama-sama tidak enak. Namun saran Dr. Jack Yanovski dari National Institute of Child Health and Human Development, Inggris, pekan lalu, mengingatkan pada sesuatu yang penting. Ia menganjurkan agar orang tua tidak terlalu ngoyo mendongkrak tinggi badan anak-anak. Apalagi sampai mencekokinya dengan hormon pertumbuhan (luteinizing hormone-releasing hormone, LHRH). Si anak ba- kal berisiko terserang rapuh tulang kendati usianya masih belia. Berdasarkan penelitiannya, Yanovski mengatakan bahwa pemberian hormon pertumbuhan yang terus-menerus memang membuat badan bertambah tinggi dua inci, tapi berefek negatif: menghambat masa pubertas pada remaja. Sebab, obat ini akan menutup saluran testis dan ovarium serta menghentikan produksi hormon di kelenjar otak. Sisa hormon yang ada seluruhnya akan disalurkan untuk pertumbuhan tulang. Hormon pertumbuhan ini paling banter akan bekerja selama dua tahun. Setelah itu, menurut Yanovski, akan terjadi kerusakan permanen pada tulang. Sebelum menelurkan kesimpulan ini, ia lebih dulu menggelar penelitian terhadap 50 remaja bertubuh pendek. Selama tiga setengah tahun, sekitar 26 remaja diberi hormon pertumbuhan dan sisanya meminum pil palsu (plasebo). Terbukti, sebagian besar remaja yang mengonsumsi hormon ini menderita kerapuhan tulang. Dewi Rina Cahyani (dari berbagai sumber)