Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Hubungan AIDS dan TBC

Penurunan kekebalan akibat tertular HIV dapat menyulitkan pengetesan TBC. namun bakteri TBC tidak berhubungan dengan penyebaran hiv. Tapi bila HIV mulai menyebar, angka kematian krn TBC akan tinggi.

18 Januari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERNYATA TBC mempunyai kaitan dengan AIDS. Penyakit ini tiba-tiba muncul lagi di Amerika Serikat, negara yang sudah dinyatakan bersih dari TBC. Penyakit paruparu ini menyebar terutama di kalangan narapidana, di mana penularan HIV juga meluas. Sekitar 20% narapidana di AS mengidap HIV -- akibat luasnya praktek homoseks di penjara. Belum lama ini, Pusat Pengontrolan Penyakit Menular Federal AS (CDC) mengeluarkan kebijaksanaan baru untuk memberantas bakteri TBC. Semua pengidap HIV, yang diperkirakan membawa bakteri TBC, diharuskan menjalani pengobatan TBC selama 9 bulan, sekali pun bukan penderita TBC. CDC tak mau mengambil risiko bakteri TBC menular lebih luas. Kebijaksanaan itu ditetapkan setelah akhir tahun lalu tercatat 13 narapidana meninggal di AS karena AIDS -- TBC-nya tidak terlacak. Inilah masalah TBC yang dihadapi CDC paling akhir. Laporan petugas lapangan menunjukkan bahwa ternyata virus HIV dapat membelokkan hasil tes TBC. Ketika tes ini dilakukan pada pengidap HIV, hasilnya negatif, padahal ia menderita TBC. Tes TBC yang umum dilakukan di sana adalah tes kulit. Metode tes ini ditemukan oleh Doktor Thomas Kardjito dari Indonesia pada tahun 1983, dan dikenal dapat melacak bakteri TBC dalam waktu hanya 7 jam. Sebelumnya, tes TBC memerlukan waktu paling tidak 72 jam. Pada tes ini, protein murni bakteri TBC, RT 23 (inilah yang ditemukan Kardjito) disuntikkan ke dalam darah. Dalam waktu singkat reaksi imunitas mengakibatkan antigen (pengenal bakteri) TBC dalam darah dapat diketahui kehadirannya. Tandanya, timbul benjolan pada kulit. Tes TBC di AS yang mengecoh itu sebagai akibat menurunnya kekebalan tubuh pada mereka yang terjangkit HIV. Inilah sebabnya mengapa tidak terjadi reaksi kekebalan tubuh, dan juga benjolan pada kulit. Hasil tes yang seharusnya positif, seperti negatif. Celakanya, pemeriksaan lebih lanjut dengan Sinar X, seperti yang dilaporkan para dokter, juga terganggu HIV. Pada hasil penyinaran ini gambar paru-paru sebelah kiri, dekat jantung, pada mereka yang tertular HIV, sangat kabur dan sulit dilihat. Padahal, pada bagian inilah dapat dilihat tanda-tanda seseorang menderita TBC atau tidak. Karena itu, CDC kini sibuk mencari metode pengetesan baru untuk pelacakan tingkat pertama. Sebenarnya, pemeriksaan TBC tingkat lanjut dengan pengujian riak (ludah tenggorokan) dan pembiakan bak teri di laboratorium tidak terganggu HIV. Namun, pemeriksaan ini, menurut pejabat CDC, terlalu lama dan sulit diterapkan untuk pengetesan besar-besaran. Sementara ini, TBC belum dikukuhkan sebagai infeksi oportunistis yang menyertai AIDS. Insidensinya pada penderita AIDS relatif kecil dibandingkan dengan radang paru-paru pneumocystis carnii. Namun, tingginya angka pneumocystis carnii tak dapat disangkal berasal dari data negara maju, tempat jumlah penderita TBC hampir tidak ada. Di negara berkembang, tempat angka penderita TBC tinggi, bukannya tidak mungkin infeksi oportunistis AIDS malah TBC. Korelasi antara AIDS dan TBC seperti yang kini terjadi di AS, mempertegas kemungkinan hubungan keduanya. Sebelumnya, tanda itu sudah terlihat di Afrika. Di sana, persentase kejangkitan HIV di kalangan penderita TBC sangat tinggi. Tapi, hubungan keduanya sulit dipastikan karena angka penyebaran TBC dan HIV sama-sama tinggi. Semua gejala itu penting bagi Indonesia karena angka penderita TBC di sini tinggi. Kendati jumlah penderita yang kini menjalani pengobatan tercatat hanya 400.000, angka sebenarnya mencapai 4,5 juta. Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Hidup (P2MPLH), Dokter Gandung Hartono, menyadari urgensinya untuk meneliti hubungan TBC dan AIDS. "Sudah kami pikirkan karena prevalensi TBC di Indonesia memang tinggi," katanya. "Namun, saat ini belum diprioritaskan." Menurut ahli AIDS di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Dokter Zubairi Djoerban, hubungan TBC dan AIDS dapat dilihat secara teoretis. "Keduanya bisa saling mempengaruhi," katanya. Bagi penderita TBC, kejangkitan HIV dapat fatal. Dengan kata lain, kematian akibat AIDS menjadi lebih cepat. Namun, bukan cuma penderita TBC yang menghadapi ancaman AIDS itu. Di Indonesia bakteri TBC menular sangat luas. Terdapat sejumlah besar orang pembawa bakteri yang tidak sampai menderita TBC. Angka infeksi ini enam kali jumlah penderita TBC yang 4,5 juta, atau 27 juta orang. Pada kelompok ini, akibat mengidap bakteri TBC dapat sama fatalnya bila AIDS datang. Kalau dikaji, infeksi oportunistis pada penderita AIDS adalah akibat berkembangnya bakteri penyakit sampai ke tingkat fatal karena menurunnya imunitas. Sebelumnya, bakteri atau virus penyakit sudah ada dalam tubuh, tapi tidak berkembang karena imunitas masih normal. Bakteri TBC tidak berhubungan dengan penyebaran HIV. Namun, yang patut diperhitungkan, bila HIV menyebar suatu ketika, infeksi TBC akan membuat angka kematian menjadi tinggi. Wajah AIDS dapat lebih buruk dari yang terlihat sekarang. Sehubungan dengan kesiagaan menghadapi ancaman AIDS, keadaan inilah yang selayaknya diperhitungkan oleh Departemen Kesehatan. Melihat kegagalan tes TBC di AS, langkah pertama yang dapat kita tempuh adalah menguji metode tes TBC yang lebih baru. Pada tahun 1988 Doktor Indro Handoyo dari Universitas Airlangga, Surabaya menemukan metode tes baru. Metode ini melacak Imunoglobulin G (Ig G) dalam darah. Siapa tahu tes ini tidak terganggu HIV, dan program pelacakan TBC, bahkan, tak terganggu. Dan satu lagi: metode ini dapat ditawarkan ke AS. Jim Supangkat, Bambang Sudjatmoko, Sri Pudyastuti R.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus