Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Film Menggoda Remaja Merokok
Pengaruh film dalam mendorong kebiasaan merokok pada remaja sangat besar. Bahkan film mengalahkan pengaruh partisipasi dalam olahraga, yang sebenarnya efektif mencegah kebiasaan merokok. Sedikitnya 3050 persen perokok remaja terinspirasi oleh film.
Anna M. AdachiMejia, asisten profesor riset di Department of Pediatrics, Hood Center for Children and Families, Dartmouth Medical School, New Hampshire, Amerika Serikat, mengatakan keterlibatan dalam olahraga tidak cukup mencegah rayuan rokok. "Orang tua harus membatasi film yang tak langsung mempopulerkan rokok," katanya.
Laporan kajian keampuhan film dibanding olahraga itu dimuat dalam The Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine, Juli 2009. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data dari 2.048 orang remaja pada 19992007. Data menunjukkan film berbau rokok ditonton remaja berumur 914 tahun. Sebagian masuk tim olahraga pada usia 1621 tahun.
Temuannya, 17,2 persen remaja dari kelompok yang masuk tim olahraga menjadi perokok pemula. Mereka mengaku belajar merokok karena terinspirasi tokoh dalam film yang merokok, yang terlihat anggun dan jantan. Adapun remaja yang tidak masuk tim olahraga lebih banyak lagi yang menjadi perokok pemula, yakni 19,3 persen.
Kopi Mencegah Pikun
Satu lagi manfaat minum kopi: menajamkan ingatan dan mencegah kepikunan. Temuan ini merupakan hasil rintisan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Alzheimer's Disease. Kafein zat utama dalam biji kopi terbukti mengurangi tingkatan protein betaamyloid dalam darah dan otak. Protein ini biasa ditemukan pada orang yang mengalami kepikunan. "Kafein bisa untuk perawatan, tidak hanya pencegahan," kata salah satu peneliti, Gary Arendash, ahli saraf dari University of South Florida.
Penelitian itu menggunakan tikus sebagai media. Sebagian kelompok tikus diberi minuman yang mengandung 500 miligram kafein (setara dengan lima cangkir kopi), sedangkan kelompok lain mendapat minuman tanpa kafein. Setelah dua bulan, tikus yang minum kafein menunjukkan kemajuan pada kemampuan memori dan daya pikirnya. Tikus yang tidak ngopi gagal dalam tes yang dapat dilalui tikus berkafein. Otak tikus yang mengkonsumsi kafein mengalami penurunan tingkatan protein betaamyloid hingga 50 persen.
Musik untuk Penyembuhan
Kian marak terapi musik untuk penyembuhan diterapkan para dokter di Amerika Serikat. Terapi ini merujuk pada kajian yang menunjukkan melodi musik dapat membantu detak jantung dan meningkatkan hormon.
Simak pengalaman Victor Fabry, 68 tahun, pasien di Gagnon Cardiovascular Institute di Morristown, New Jersey. Setelah menjalani operasi, dia mendapat perawatan pemulihan dengan bantuan lantunan musik. Pada monitor, detak jantungnya terlihat stabil ketika dia mendengarkan permainan gitar Brasil atau ketika para pemain harpa memainkan musik di sampingnya. "Sangat membuat rileks," katanya.
Lantunan musik ini terdengar juga di rumah sakit lain, dari Massachusetts General hingga Mayo Clinic. "Musik dapat membuat orang tenang, mempengaruhi kreativitas, dan dapat menimbulkan energi," kata Ali Rezai, Direktur Center for Neurological Restoration di Ohio's Cleveland Clinic. Saat ini tim kedokteran Ali Rezai tengah melakukan penelitian untuk membuktikan musik dapat memicu selsel dalam tubuh menjadi lebih aktif.
Claudius Conrad, dokter bedah senior di Harvard Medical School, menambahkan, detak jantung orang yang mendengarkan musik akan seirama dengan beat musik tersebut. Karena itu, untuk penyembuhan, musik yang diperdengarkan ke pasien sebaiknya musik dengan beat lambat.
Kaitan pengaruh musik dengan jantung ini melalui mekanisme perjalanan gelombang udara di telinga menuju tulang tengah telinga. Otak kemudian mengolah getaran dengan mentransformasi energi mekanikal menjadi energi elektrik, sehingga terkirim sinyal ke persepsi dan memori otak. Kontrol pusat otak ini langsung mempengaruhi emosi, kecemasan, kesenangan, dan kreativitas. Gelombang musiklah yang membuat tenang. Musik favorit positif untuk kondisi emosi dan baik bagi kesehatan fisik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo