Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Info Kesehatan

5 Mei 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terseksi pada Masa Subur

Temuan yang ditulis di majalah New Scientist edisi terbaru ini bisa digunakan untuk melatih kepekaan telinga lelaki. Peneliti dari State University of New York di Albany, Amerika Serikat, menemukan suara perempuan terdengar paling seksi apabila berada pada masa puncak kesuburan (fertilitas). Ini akibat pengaruh hormon seks terhadap pita suara.

Selama ini, diyakini siklus reproduksi manusia berbeda dengan mamalia lainnya. Pada manusia, dianggap tak ada tanda-tanda jelas bila mereka memasuki masa subur. Namun peneliti sebenarnya sudah menduga, naik dan turunnya hormon seks perempuan dapat dideteksi lawan jenisnya. Kaum Adam merasa perempuan lebih menarik pada saat-saat tertentu, tanpa bisa menjelaskan alasannya.

Nah, peneliti dari State University of New York ini merekam suara perempuan yang berada di titik-titik berbeda sehubungan dengan siklus menstruasi mereka. Suara tersebut diperdengarkan kepada murid laki-laki dan perempuan. Ternyata suara perempuan menjelang masa ovulasi—ketika sel telur siap dibuahi—disebut memiliki suara yang paling seksi. ”Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menjelaskan bagaimana cara hormon seks mempengaruhi pita suara,” kata seorang peneliti, seperti dikutip di situs BBC, Kamis pekan lalu.

Bahaya Soda bagi Tulang Perempuan

Kaitan antara soda dan kesehatan tulang kembali dikonfirmasikan sebuah penelitian. Studi terbaru Tufts University menyebutkan konsumsi soda tinggi bisa mengakibatkan massa tulang rendah, terutama untuk perempuan. Kesimpulan riset yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition itu diambil setelah mereka meneliti 2.500 orang berumur sekitar 60 tahun.

Peneliti mengatakan massa tulang yang rendah, selain diduga berkaitan dengan usia dan masa menopause, disebabkan kurangnya asupan kalsium dan vitamin D. Wanita yang diteliti itu memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman berkarbonasi rata-rata lima kali seminggu dan empat di antaranya cola. Wanita pengkonsumsi cola tanpa kafein (decaffeinated) memiliki risiko lebih rendah. Uniknya, relasi antara problem tulang dan kebiasaan meminum cola ini tak ditemukan pada pria.

Kaitan penyebabnya memang belum bisa dipastikan. Tapi sejumlah pakar meyakini beberapa kemungkinan. Minuman soda–terutama cola–membuat badan kurang mendapat asupan kalsium dan vitamin D. Bisa juga itu karena unsur kafein dalam minuman cola, yang memang berpotensi menyebabkan osteoporosis.

Kemungkinan lain, itu terjadi lantaran minuman ringan hanya mengandung asam fosfor, tanpa kalsium. Dan ini membuat keseimbangan tubuh terganggu. Tubuh akan menetralisasinya dengan kalsium. Bila tak cukup kalsium di badan, tubuh akan mengambilnya dari tulang.

Olahraga Cegah Gagal Jantung

Risiko gagal jantung pada wanita gemuk bisa ditekan dengan berolahraga. Demikian kesimpulan para peneliti di Women’s Health Study di Amerika yang diumumkan akhir April lalu. Telaah tersebut dilakukan oleh Pusat Medis Beth Israel Deaconess di Boston terhadap 38.987 wanita sejak 1992. Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut tinggi dan berat badan serta jumlah waktu berolahraga dalam seminggu.

Pengamatan difokuskan terhadap sepertiga responden yang memiliki kebiasaan berolahraga yang juga mengalami kegemukan. Ternyata, selama masa pengamatan, 948 wanita menghadapi peningkatan risiko jantung yang terkait dengan kenaikan indeks berat badan dan rendahnya tingkat aktivitas fisik.

Menurut Dr Amy R. Weinstein, salah satu peneliti, sel kegemukan (adipocytes) melepaskan cairan kimiawi yang bisa menyerang jantung dengan memacu pengerasan saluran darah arteri serta meningkatkan penyumbatan dan disfungsi pada saluran darah.

Percaya Diri Pangkal Rapuh

Penampilan penuh percaya diri bisa menjadi selubung pribadi yang rapuh. Demikian hasil studi Universitas Georgia di Amerika yang dimuat dalam Journal of Personality pekan lalu.

Menurut para peneliti, orang yang tampil percaya diri bisa jadi merupakan pribadi ”tangguh”, tapi bisa ”rapuh”. Bedanya bisa diketahui dari gaya bercakap. ”Mereka yang rapuh dalam pembicaraan verbal cenderung defensif, menyalahkan orang lain, atau melakukan permaafan,” kata Michael Kernis, profesor psikologi yang memimpin penelitian itu. Bila merasa nyaman, mereka juga cenderung mempromosikan diri.

Penelitian mengenai perbedaan besar dalam karakter percaya diri ini dilakukan Kernis terhadap 100 mahasiswa Universitas Georgia. Caranya dengan memberikan tantangan memicu sikap percaya diri mereka. ”Pribadi yang rapuh berusaha mencari rasa aman dengan berusaha keras melawan balik ancaman yang diterima,” katanya.

Arif A.K., Bina Bektiati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus