Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Info Kesehatan

15 Oktober 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kembali ke Sup Ayam

Hati-hatilah memberikan obat batuk dan flu kepada anak dan bayi Anda. Menurut beberapa lembaga yang bertanggung jawab atas keselamatan penggunaan obat di Amerika Serikat, obat seperti itu dapat memicu efek samping yang serius. Mereka menerima cukup banyak laporan bahwa obat flu dan batuk untuk anak bisa mengakibatkan kematian di bawah usia enam tahun. Para dokter di AS pun mulai tidak menyarankan pemberian obat flu dan batuk bagi anak-anak.

Menanggapi masalah ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sedang serius meneliti ihwal obat flu dan batuk anak-anak. Pada 18 Oktober ini, FDA akan menggelar pertemuan publik dengan sejumlah lembaga untuk membicarakan isu ini. FDA juga telah memperoleh laporan kematian anak akibat mengkonsumsi zat seperti pseudoephedrine, phenylephrine, dan ephedrine, yang biasa terdapat pada obat batuk dan flu pada anak.

Memang, kehebohan di negeri Abang Sam (AS) ini belum sampai ke Indonesia. Namun sebaiknya orang tua tetap berhati-hati dengan obat batuk dan flu untuk anak. Lalu, bagaimana cara mengobati batuk dan flu pada anak? Ya, kembali ke cara tradisional, seperti dengan uap air panas, menyantap sup ayam, atau menerapkan resep tradisional lainnya.

Pembunuh Baru Sel Kanker

Penelitian tentang kanker selalu memunculkan temuan baru yang menggembirakan. Kini giliran Universitas Manchester, Inggris, mengumumkan hasil studi praklinis tentang obat kanker yang mampu membunuh sel tumor neuroblastoma, osteosarcoma, dan sarcoma, yang selama ini kebal terhadap metode penyembuhan yang ada.

RH1, nama obat itu, dapat membasmi sel ganas hingga 50 persen. Cara kerjanya dengan menanamkan mekanisme bunuh diri pada sel tumor. Jadi, sel ganas itu akan mati sendiri ketika berkembang biak.

Uji klinis tahap pertama RH1 bagi pasien kanker dewasa telah dilakukan. RH1 terbukti efektif membasmi tumor yang mengandung enzim DT-diaphorase, yang biasa terdapat pada kanker paru, hati, dan payudara. Menurut Guy Makin, pemimpin Riset Kanker Institut Peterson, Inggris, obat ini akan diujikan untuk pasien kanker anak. ”Kami berharap obat ini hanyalah satu dari obat kanker yang berguna pada masa mendatang,” kata Makin kepada Konferensi Nasional Institut Riset Kanker di Birmingham, seperti dikutip situs BBC, Rabu pekan lalu.

Salah Paham Kanker Payudara

Masih banyak perempuan yang memiliki persepsi salah tentang kanker payudara. Menurut survei Koalisi Nasional Kanker Payudara Amerika Serikat terhadap 1.000 orang perempuan, lebih dari setengahnya menganggap faktor keturunan adalah penyebab terbesar kanker payudara. Faktanya bukan demikian. Hanya 5-10 persen kasus kanker payudara disebabkan faktor genetis.

Faktor terbesar pemicu kanker payudara adalah meningkatnya usia. Hampir 80 persen kanker ini terjadi pada perempuan di atas 50 tahun. Pemahaman ini penting agar para perempuan tergerak melakukan pemeriksaan dini, bukan semata-mata karena pertimbangan faktor keturunan.

Selain itu, lebih dari 80 persen responden percaya, satu dari delapan perempuan didiagnosis kanker payudara tahun ini. Pemahaman ini juga salah. Yang benar, satu di antara delapan orang memiliki risiko terkena kanker payudara sepanjang hidup mereka, atau sekitar 12 persen. Jadi, sekitar 178 ribu perempuan di Amerika didiagnosis kanker payudara tahun ini.

Responden benar dalam hal bahwa kanker payudara adalah pembunuh terbesar perempuan. Namun mereka salah ketika menyatakan kanker ini adalah pembunuh manusia kedua terbesar. Memang, kanker payudara menyebabkan kematian 40 ribu orang per tahun. Namun angka tersebut masih kalah dengan stroke (96.000), kanker paru (71.000), penyakit pernapasan bawah (67.000), alzheimer (45.000).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus