Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kontrasepsi Hormonal buat Pria
Selama ini, cuma ada dua jenis alat kontrasepsi bagi kaum pria: kondom dan vasektomi, yang sifatnya permanen. Tapi, di masa mendatang, akan ada satu tambahan, yaitu kontrasepsi hormonal. Saat ini, ilmuwan di seluruh dunia tengah giat-giatnya meneliti kontrasepsi jenis ini, termasuk sekelompok peneliti asal Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.
Mereka tengah mempelajari kemungkinan penggunaan ekstrak daun gandarusa (Gendarussa vulgaris Nees) sebagai bahan kontrasepsi pria. Kabar menggembirakan ini disampaikan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief di sela-sela acara peluncuran Hari Kontrasepsi Dunia di Jakarta, Rabu pekan lalu.
Menurut dia, para ahli sedang meneliti pengaruh polifenol yang terkandung dalam ekstrak daun gandarusa terhadap penurunan aktivitas hialuronidase pada spermatozoa mencit. ”Penurunan aktivitas hialuronidase itu membuat sperma tidak bisa menembus sel telur,” tuturnya. BKKBN, kata dia, akan mengusahakan supaya penelitian itu bisa diujicobakan pada manusia.
Sugiri berharap makin beragamnya alternatif kontrasepsi yang ditawarkan mampu mendongkrak tingkat keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana. Maklum, berdasarkan catatan BKKBN, jumlah pria yang ber-KB masih sangat rendah, cuma 1,3 persen. ”Pada 2009 diharapkan bisa meningkat menjadi 4,5 persen, seperti yang telah ditargetkan,” katanya.
Pria Bersuara Berat Lebih Subur
Bagi para perempuan yang ingin punya banyak anak, carilah pasangan bersuara berat ala mendiang penyanyi Barry White. Sebab, mereka punya tingkat kesuburan lebih baik ketimbang pria bersuara melengking atau cempreng.
Untuk membuktikannya, sekelompok ilmuwan asal McMaster University, Kanada, mencoba melakukan serangkaian penelitian. Hasilnya dipublikasikan di jurnal Biology Letters edisi terbaru, seperti dilansir situs MSNBC, Senin pekan lalu.
David Feinberg, yang memimpin penelitian itu, mengatakan pria bersuara berat selama ini lebih menarik di mata wanita karena dianggap lebih berwibawa, sehat, dan maskulin. Ternyata kelebihan mereka bukan cuma itu. ”Mereka juga lebih subur dan mampu menghasilkan banyak keturunan,” katanya.
Kesimpulan ini diperoleh setelah mereka meneliti para pria suku Hadza yang bermukim di wilayah Tanzania. Para pria itu dipilih sebagai responden karena tak pernah mengenal program keluarga berencana. Hal ini memudahkan para peneliti melakukan perbandingan jumlah rata-rata kelahiran masing-masing keluarga. Hasilnya, jumlah anak yang dimiliki pria bersuara ”berat” dan ”dalam” ternyata lebih banyak ketimbang pria bersuara tinggi.
Kanker Leher Rahim Picu Perceraian
Penderita kanker leher rahim ataupun kanker testis tak cuma harus menderita sakit fisik, tapi juga ”sakit hati”. Tidak sedikit dari mereka yang harus tertimpa perceraian. Sekelompok ilmuwan dari Norwegia pekan lalu membeberkan masalah ini dalam pertemuan European Cancer Organization yang digelar di Barcelona, Spanyol, Rabu pekan lalu.
Penelitian yang dipimpin Astri Syse dari Norwegian Cancer Registry menemukan tingkat perceraian di kalangan penderita kedua jenis kanker ini terbilang tinggi. ”Padahal beberapa tahun terakhir ini kasus perceraian yang menimpa penderita kanker jenis lain justru menurun cukup tajam,” kata Syse.
Penelitian yang dikutip situs kesehatan Healthday itu membeberkan, risiko perceraian pada perempuan penderita kanker leher rahim 40 persen lebih tinggi dibanding pada perempuan sehat. Sedangkan pada laki-laki penderita kanker testis 20 persen lebih tinggi dibanding pada laki-laki yang bebas dari penyakit tersebut.
Sayangnya, penelitian tersebut tak mampu mengorek informasi mengapa perceraian terjadi. Tapi umumnya perceraian lebih sering terjadi pada pasangan dengan usia pernikahan muda. Diperkirakan hal ini terkait dengan terganggunya kehidupan seksual akibat penyakit itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo