Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Info Kesehatan

27 September 2004 | 00.00 WIB

Info Kesehatan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Awasi Kolesterol, Cegah Komplikasi

Diabetes biasanya tidak datang sendirian. Ada berbagai ancaman turut mengintip. Tekanan darah tinggi (hipertensi), misalnya, adalah penyakit ikutan yang paling sering muncul. Pasien diabetes juga berisiko terkena arteriosklerosis, pengerasan pembuluh darah, yang rawan memicu stroke dan serangan jantung.

Berbagai komplikasi gawat tadi jelas harus dicegah. Disiplin mesti ditegakkan demi membentengi diri dari komplikasi. Caranya antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol darah. Langkah ini penting mengingat tingginya kolesterol adalah biang keladi komplikasi pada sebagian besar pasien diabetes.

Atorvastatin, obat baru penurun kolesterol, bisa menjadi pilihan. Khasiat obat ini telah melalui penelitian komprehensif yang berjudul CARD (Collaborative Atorvastatin Diabetes Study). Pekan lalu, penelitian ini juga menjadi bahasan dalam acara bertajuk "Meet the Expert: Lesson from the Trial" di Denpasar, Bali.

Penelitian CARD ini memang berskala cukup besar. Riset digelar di 132 kota di Inggris dan Irlandia dengan melibatkan 2.838 pasien diabetes tipe 2. Ini jenis diabetes yang tidak bergantung pada pasokan insulin.

Setelah enam bulan, terbukti adanya penurunan kadar kolesterol yang cukup berarti pada 1.346 pasien yang minum atorvastatin. Kadar LDL (kolesterol buruk) mereka turun dari 3,04 menjadi 1,75 mmol/L. "Kadar ideal LDL yang direkomendasikan bagi penderita diabetes adalah 1,8 mmol/L atau 70 mg/dl," kata Profesor John M.F. Adam. Ahli diabetes dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, ini menjadi salah satu tamu dalam acara "Meet the Expert".

Risiko Bocah Gendut

Kegendutan pada anak-anak tidak selalu berarti lucu menggemaskan. Riset terbaru yang digelar World Heart Federation di Jenewa, Swiss, menunjukkan bahwa bocah-bocah yang kelebihan berat badan memiliki risiko terkena sederet penyakit sebelum mereka berusia 65 tahun. Anak-anak gendut ini menyandang risiko—meliputi serangan jantung, diabetes tipe 2, stroke—lima kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan teman mereka yang bertubuh ramping.

Janet Voute, pejabat World Heart Federation, mengatakan bahwa gaya hidup yang tidak sehat patut disoroti dengan serius. Anak-anak kita terbiasa menyantap makanan yang berkalori tinggi, kurang berolahraga, dan berjam-jam duduk di depan televisi atau komputer. Hal-hal semacam inilah yang memicu kegemukan (obesitas) pada anak-anak. "Orang tua diharapkan dapat mencegah kebiasaan buruk ini," katanya.

Saat ini diperkirakan ada 155 juta bocah di seluruh dunia yang mengalami kegemukan. Susahnya, sebagian besar orang tua, remaja, dan anak-anak itu sendiri tidak menyadari bahwa kegemukan mereka akan menjadi masalah ketika mereka beranjak dewasa. Demi mencegah laju obesitas, Voute meminta pihak sekolah bekerja sama dengan menyediakan makanan sehat dan sarana aktivitas fisik untuk siswa.

Suplemen Vs. Efek Kemoterapi

Bila sedang menjalani kemoterapi, ada baiknya Anda menambah menu sehari-hari dengan suplemen vitamin. Riset terbaru menunjukkan, tambahan suplemen vitamin mengurangi dampak negatif yang diakibatkan kemoterapi pada pasien kanker payudara.

Riset itu dilakukan tim yang dipimpin Richard F. Branda, ahli kanker dari University of Vermont, Burlington, Amerika Serikat. Tim peneliti itu mengamati 49 perempuan, pasien kanker payudara, yang sedang menjalani kemoterapi. Pasien rata-rata meminum tiga jenis pil suplemen setiap hari, yang umumnya adalah vitamin E, kalsium, dan multivitamin. Beberapa pasien bahkan mengkonsumsi lebih dari 20 jenis pil suplemen saban hari.

Seperti dilaporkan dalam jurnal Cancer terbaru, Branda mendapati bahwa pasien yang mengkonsumsi multivitamin dan vitamin E mengalami penurunan kadar netrofil—sel darah putih yang membantu daya tahan tubuh—paling sedikit. Anehnya, pasien yang minum vitamin B-folat mengalami penurunan netrofil yang lebih banyak.

Vitamin B-folat, menurut Branda, cenderung mengganggu metabolisme tubuh yang sedang dalam proses kemoterapi. Karena itu, disarankan agar pasien tidak minum suplemen vitamin B-folat bila sudah menerapkan menu seimbang. Toh, "Folat sudah tersedia cukup dalam makanan," kata Branda.

Sumber: Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus