Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Serat Ajaib Pengikat Lemak

Bubur gandum efektif menurunkan kadar lemak darah. Kabar baik di zaman kolesterol.

27 September 2004 | 00.00 WIB

Serat Ajaib Pengikat Lemak
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dunia kini lebih cerah bagi Syarifuddin. Langit lebih biru. Hirupan udara terasa lebih segar. Pusing kepala langganannya sudah menjauh. Rasa capek dan gampang loyo juga telah terusir. Padahal, "Kerjaan tambah banyak. Jadwal makin padat," kata lelaki 54 tahun ini.

Syarifuddin, wartawan senior Metro TV, Jakarta, menuturkan pengalamannya sebagai salah satu di antara 19 orang karyawan Grup Media Indonesia peserta program Smart Heart Challenge. Program tantangan pintar untuk jantung ini khusus dirancang untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Seluruh responden memiliki kadar kolesterol di atas batas normal 200 miligram per desiliter. Jurus yang diterapkan dalam program ini cuma satu: menyantap makanan kaya serat larut (soluble fiber). Selama sebulan penuh, 7 Agustus-September 2004, para peserta wajib menyantap oatmeal saban pagi dan sore.

Hasilnya? Mari kita lirik kondisi Syarifuddin. Awalnya, kadar kolesterol Syarifuddin bertengger di 279 miligram per desiliter darah. Meskipun belum kelewat gawat, kadar sebegini sudah mampu membuat Syarifuddin gampang tegang dan pusing keliyengan. Belakangan, setelah sebulan mengikuti program itu, Syarifuddin merasa tubuhnya lebih bugar, bertenaga, dan siap sedia melakukan tugas liputan apa saja. Kadar kolesterol darahnya pun melorot 49 poin menjadi 230 miligram per desiliter (mg/dl). Lumayan dekat dengan ambang normal 200 mg/dl. "Senang rasanya kolesterol bisa turun," katanya. Syarifuddin tersenyum sukses.

Senyum kawan-kawan Syarifuddin juga bertambah lebar. Ada Arie Eryawan, 42 tahun, yang sanggup mengerek turun kadar kolesterolnya dari 294 menjadi 247 mg/dl. Ada pula Bambang Agus, 52 tahun, yang kadar kolesterolnya turun dari 229 menjadi 198 mg/dl. Lalu ada Hersubeno Arief, 40 tahun, yang kadar kolesterolnya turun lima poin dari 251 menjadi 246 mg/dl. Dan yang terpenting, "Hampir semua peserta bisa menurunkan kadar LDL atau low density lipoprotein, yang biasa disebut kolesterol jahat," kata Dr. Lanny Lestiani, ahli gizi medik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pemimpin program Smart Heart Challenge. Sementara itu, kadar kolesterol baik atau HDL (high density lipoprotein) dalam riset ini tidak terpengaruh oleh konsumsi oatmeal.

Lanny menjelaskan, lemak jahat LDL memang kerap menimbulkan persoalan. Selapis demi selapis LDL menempel pada dinding pembuluh darah koroner. Perlahan-lahan, lapisan ini menebal sehingga pembuluh darah kehilangan keluwesan, kaku, dan menyempit. Kondisi yang disebut arterosklerosis ini membuat jantung mengalami kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, timbul pusing, otot-otot menegang, dan rasa sakit di dada. Bila tak segera ditangani, situasi ini bisa semakin parah dan berisiko mengundang serangan jantung koroner.

Penyakit jantung koroner, menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini adalah pembunuh utama di seluruh bumi. Penyakit ini terutama melanda mereka yang memiliki gaya hidup tidak sehat. Hobi menyantap makanan berlimpah lemak, gampang terimpit stres, malas berolahraga, merokok, dan mencandu minuman keras makin jamak di dunia modern. "Dan di antara semua kebiasaan buruk tadi, penyumbang utama timbunan kolesterol di tubuh adalah makanan yang berlimpah lemak," kata Lanny, yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Ahli Gizi Medik Indonesia (PDGMI). "Karena itu, penting sekali bagi kita untuk menjalani pola hidup sehat," katanya.

Termasuk dalam pola hidup sehat ini adalah rajin menyantap makanan berserat, terutama serat larut. Dalam Smart Heart Challenge, para relawan mengkonsumsi 3 gram serat larut yang didapat dari asupan 75 gram bubuk gandum (oatmeal) saban hari. Sebagian oatmeal disajikan dalam bentuk kue-kue di sore hari. Sebagian lagi disuguhkan dalam bentuk bubur sebagai sarapan pagi. Agar tidak bosan, para peserta dibebaskan berkreativitas. "Ada yang makan bubur oatmeal dengan kuah soto, kuah bakso. Bisa juga bubur oatmeal dicampur susu dan buah apel, pisang, dan jeruk segar," kata Syarifuddin. Dengan teknik padu-padan ini, oatmeal yang hambar bisa pula dibikin menarik dan merangsang selera makan. Syarifuddin pun tak ragu-ragu lagi meneruskan kebiasaan ber-oatmeal-ria setelah program Tantangan Jantung Pintar berlalu. "Demi kesehatan," katanya.

Sebenarnya, penelitian mengenai khasiat serat larut menurunkan kolesterol ini bukan kali yang pertama. Sebuah studi meta-analisis dari 10 penelitian yang dikutip Food and Drug Administration (FDA), Amerika Serikat, menyebutkan bahwa 3 gram beta glucan bisa menurunkan kolesterol darah sekitar 5-6 mg/dl.

Program Tantangan Jantung Pintar pun bukan yang pertama kali. PT Quaker Oatmeal telah menjadi sponsor penyelenggaraan riset serupa di berbagai negara. Bagi Indonesia, Smart Heart Challenge digelar pertama kali pada tahun 1999 oleh Pauline Endang Praptini, ahli gizi medik yang kini bertugas di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Pauline ketika itu sedang mengerjakan penelitian untuk tesis S-2 pada Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI.

Ketika itu Pauline merekrut 20 karyawan PT National Gobel Panasonic, Jakarta, sebagai relawan program. Selama enam pekan para relawan ini diminta mengkonsumsi 70 gram oatmeal saban hari. Hasilnya, para relawan mengalami penurunan total kolesterol 14,15 persen dan kadar LDL 17 persen.

Pauline menjelaskan cara kerja serat larut ajaib ini. Begitu memasuki rongga lambung, serat larut beta glucan akan mengembang dan berubah menjadi gel. Lapisan gel inilah yang kemudian menyerap asam empedu kaya lemak kolesterol yang diproduksi empedu. Walhasil, terciptalah ikatan emulsi antara beta glucan dan asam empedu.

Adanya ikatan beta glucan-asam empedu rupanya mengubah irama metabolisme tubuh. Pertama, semestinya asam empedu bertugas mencerna lemak yang dijumpai dalam perjalanannya menelusuri usus halus. Tapi, karena sudah terikat dengan beta glucan, asam empedu tak bisa menyerap lemak dengan efektif. Kedua, seharusnya cairan asam empedu kembali ke kantong empedu untuk digunakan pada proses pencernaan lemak selanjutnya. Namun, lagi-lagi karena terikat beta glucan, asam empedu tak bisa lagi kembali pulang ke kantong empedu tetapi malah dikeluarkan bersama kotoran.

Akibat berikutnya, kantong empedu menjadi kosong. Demi kesinambungan metabolisme lemak, empedu harus memproduksi lagi cairan asam. Menarik untuk dicatat bahwa bahan baku jus asam empedu ini adalah kolesterol. Nah, kolesterol yang beredar dalam cairan darah akan diserap. "Otomatis, kadar kolesterol darah juga menurun," kata Pauline.

Tapi, mengapa harus oatmeal?

"Tidak harus, kok," kata Dr. Pauline Endang Praptini, ahli gizi medik dari Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan. Beta glucan yang termasuk serat larut juga terdapat pada buah-buahan seperti apel, pear, pisang, jeruk, kacang-kacangan, dan sayuran.

Hanya, sayur-buah-kacang itu cuma mengandung amat sedikit serat larut. Bahan-bahan alami ini lebih didominasi oleh selulosa, yang merupakan serat tidak larut (insoluble fiber). "Sejauh ini sumber terbaik serat larut memang bubuk gandum," kata Pauline. Namun, boleh-boleh saja bila Anda kurang berselera dengan oatmeal dan lebih suka menyantap sayur-buah-kacang yang melimpah murah-meriah.

Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus