Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jangan Cuma Covid-19, Waspadai Juga TBC yang Sama Mematikan

Di masa pandemi ini, jangan hanya Covid-19 yang menjadi perhatian. TBC pun perlu diperhatikan karena sama mematikan.

13 Agustus 2021 | 09.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sebanyak 1,4 juta orang meninggal karena tuberkulosis atau TBC pada 2019. Di seluruh dunia, penyakit ini termasuk salah satu dari 10 penyebab kematian teratas dan penyebab utama dari agen infeksi tunggal di atas HIV/AIDS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koordinator Substansi Tuberkulosis Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr. Tiffany Tiara Pakasi, mengatakan sama seperti COVID-19, penyakit tuberkulosis atau TBC juga bisa mematikan bila tak diobati sampai tuntas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya dampak, dua masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia itu juga memiliki kemiripan cara penularannya, yakni dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi dan organ pernapasan yang diserang.

Bila COVID-19 akibat infeksi virus SARS-CoV-2, tubekulosis akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sama-sama menyerang organ pernapasan, yakni paru-paru.

"Mari bekerja bahu membahu untuk mengatasi dua penyakit yang sebenarnya cara penularannya mirip dan juga efek mematikannya mungkin lebih cepat COVID-19, tetapi sebenarnya TBC juga mematikan jika tidak diatasi secara tuntas sampai sembuh," ujarnya.

Walau mematikan, TBC bisa diobati dan disembuhkan. Sejak tahun 2000, diperkirakan 63 juta nyawa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB. Oleh karena itu, pasien tetap harus minum obat rutin hingga sembuh. Kepatuhan minum obat juga membantu mencegah resistan obat yang membuat pengobatan lebih lama dan berpotensi menularkan kepada yang kontak.

Di sisi lain, pelayanan tuberkulosis pun diupayakan tidak berhenti walau di masa pandemi.

"TBC di masa COVID-19, pasiennya harus tetap minum obat. Kelompok yang rentan tolong jangan diabaikan, khususnya anak-anak, ibu hamil, lansia, pasien dengan komorbid, karena tetap perlu ditanggulangi TBC-nya juga," kata Tiara.

Tetapi, mengingat adanya penyesuaian di masa pandemi ini terkait logistik, maka ada relaksasi dalam pengambilan obat. Tiara membolehkan obat diambil dari yang semula seminggu sekali menjadi dua minggu sekali.

Selain itu, demi pencegahan, orang yang sehat disarankan tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga rutin, rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, memastikan rumah mendapatkan sinar matahari dan ventilasi udara memadai, memakai masker, serta menerapkan etika batuk yang benar.

"Penting tetap ada edukasi untuk pencegahan TBC di masa pandemi COVID-19 ini," tutur Tiara.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus