Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suasana asri terasa begitu memasuki Javara Culture di Gedung BS, Kemang, Jakarta Selatan. Di bagian kiri ruangan, aneka produk organik Javara tertata rapi di etalase. Beberapa pot tanaman diletakkan di sebuah bangku, menjadi pembatas sekaligus mempercantik ruangan.
Sambil menunggu makanan utama, kami mencicipi nugget tempe dan nugget tahu. Bukan sepenuhnya nugget, melainkan tahu dan tempe berbalut tepung sagu dan tepung beras yang digoreng dengan minyak kelapa. Menu itu disajikan rapi di atas talenan mini beralas daun pisang. Bumbunya cukup merasuk ke tempe yang gurih dan tahu yang diiris cukup tebal, hangat-hangat lezat dicocol sambal kecap.
Menu utama kami adalah Mie Pelangi Dabu-dabu. Sejak terbaca di buku menu, mi ini sudah memantik rasa penasaran dan selera karena warna cantiknya. Ini salah satu andalan resto ini. Mi yang memiliki empat warna, yakni ungu, kuning, hijau dan krem, itu tersaji dengan potongan tuna yang segar. Sambal dabu-dabu yang terdiri atas potongan tomat, cabai rawit, bawang merah, daun dan perasan air jeruk nipis menyiram mi. Enak sekaligus gurih ditambah rasa segar dari sambal.
Mie Pelangi, berdasarkan situs Javara, terbuat dari bahan-bahan lokal. Mereka menggunakan pewarna alam yang diperoleh dari tanaman lokal, seperti ubi ungu untuk warna ungu, daun kelor, sawi, daun bawang atau bayam untuk warna hijau, kunyit untuk warna kuning dan wortel, serta tomat untuk warna kuning muda. Mi ini tersedia dalam beberapa varian, seperti mie Pelangi Jamur dan Mie Rumput laut.
Menu utama lain kami hari itu adalah Daging Batokok. Ini adalah masakan daging tenderloin organik ala Padang yang direndam dalam air kelapa, dilumuri sambal, dan disajikan dengan tumisan bunga pepaya. Dagingnya lembut dan gurih dipadu sedikit rasa pahit tumisan bunga pepaya. Sambalnya tak terlalu pedas. Di buku menu ditandai dengan satu gambar cabai.
Selanjutnya, kami mencicipi Bebek Betutu, masakan ala Bali yang disajikan dengan daun singkong dan sambal matah. Bebeknya empuk dan tidak amis. Jika dimakan tanpa nasi memang agak asin, namun menu ini cukup pas dinikmati bersama rebusan daun singkong dan sambel matah yang cukup pedas. Biasanya sambal matah terasa segar dengan irisan cabai rawit, bawang merah, sereh, perasan jeruk nipis, minyak, gula dan garam. Tapi kali ini sambal matahnya terasa cukup kuat dengan aroma bawang putih.
Untuk minuman, kami memesan Limun Bunga Telang (Clitoria Ternatea), Limun Kemangi, dan Blue Pea Flower Latte. Warnanya yang eksotik sungguh menggoda. Limun Bunga Telang dingin berwarna ungu, dibuat dari sirup bunga telang, serai dipadu soda dan gelato lime. Sepintas rasanya seperti minuman soda rasa anggur. Limun Kemangi pun sama menyegarkan. Aroma kemangi berbaur dengan dengan lime.
Blue Pea Flower Latte dingin juga unik rasanya. Susunya segar seperti susu kedelai, tidak bikin enek dicampur seduhan bunga telang dan manisnya sirup vanila. Sebagai menu penutup, kami memesan Klepon Gelato yang beraroma pandan, manis dan lumer di mulut, mengakhiri perjalanan kuliner kami bertiga.
Javara Culture, yang didirikan Helianti Hilman dan memiliki outlet di Jakarta, Semarang, dan Bali, memang dikenal memakai tanaman pangan Nusantara. Mereka memanfaatkan bumbu, rempah, dan bahan pangan lokal organik yang menyehatkan, kaya khasiat, sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat. Misalnya, daun kelor kaya nutrisi, baik vitamin A, B6, C, zat besi, magnesium, protein, maupun riboflavin.
Tanaman bunga telang dikenal dalam pengobatan tradisional India. Tanaman ini punya manfaat antara lain sebagai obat hipolipidemik, analgesik, antiparasit pada saluran cerna, antimikroba, insektisidal, antikanker, antidiabetes, hingga mengurangi radang di sekitar mata dan meningkatkan penglihatan.
Menu-menu di restoran itu dihargai bervariasi. Minuman Rp 18-30 ribu, makanan kecil berkisar Rp 20 ribuan, serta menu utama dan favorit Rp 50-65 ribu. Harga-harga itu cukup terjangkau untuk dine in di kawasan Kemang. ****
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo