Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis jantung dan pembuluh darah Leonardo Paskah Suciadi mengatakan ada beberapa tahap pemeriksaan untuk gagal jantung, meliputi pemeriksaaan fisik untuk menilai keluhan dan tanda-tanda khas, rekam jantung (EKG) untuk dugaan adanya kelainan jantung, dan ekokardiografi jantung untuk menilai struktur dan fungsi jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selanjutnya, ada pemeriksaan lain yang harus dilakukan, yakni pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menunjang diagnosis (NTproBNP atau BNP) maupun menilai berbagai kelainan penyerta yang berkaitan, misal fungsi ginjal, diabetes melitus, anemia, fungsi tiroid, kadar zat besi, dan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun, pemeriksaan pencitraan merupakan pemeriksaan lanjutan berupa ekokardiografi transesofageal (melalui kerongkongan), MRI jantung/pencitraan nuklir, CT Scan jantung. Hal ini dapat dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis maupun menentukan penyebab pasti gagal jantung.
Terapi yang dapat digunakan untuk kondisi gagal jantung antara lain mengubah gaya hidup menjadi sehat. Misalnya, pola makan rendah garam dan pembatasan asupan cairan, baik dari minuman maupun makanan, menurunkan berat badan, meningkatkan kapasitas latihan, dan olahraga.
Identifikasi penyebab
Selain itu, dokter akan melakukan identifikasi dan mengobati penyebab yang mendasari gagal jantung. Misalnya, jika terdapat penyakit jantung koroner yang berat, dokter akan melakukan intervensi pemasangan stent atau bahkan operasi bedah sepintas jantung (bypass). Dokter juga akan mengkombinasikan obat-obatan khusus gagal jantung yang perlu diminum rutin untuk jangka panjang.
Jika gagal jantung sudah berada di stadium lanjut, maka diperlukan prosedur khusus untuk meminimalisirnya. Misalnya, memasang pacu jantung khusus untuk sinkronisasi otot jantung (CRT), menjepit katup mitral yang bocor melalui kateterisasi jantung (klip katup mitral), implantasi mesin pompa jantung buatan (LVAD) secara prosedur bedah jantung, hingga transplantasi jantung. Paskah meminta untuk melakukan identifikasi segera melalui skrining atau pemeriksaan menyeluruh sebelum bergejala, terutama bagi yang memiliki faktor risiko atau berusia di atas 65 tahun.
"Hal ini untuk mengetahui lebih dini penyakit gagal jantung dan dapat meminimalisirnya dengan gaya hidup sehat," tutur Paskah.
Pilihan Editor: Cara Menekan Risiko Gagal Jantung