Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kaki tia yang malang

Hartini cahya edma, 9, setelah menjalani operasi usus, kaki sebelah kanan membusuk akibat pembuluh darah di kaki yang diinfus pecah. (ksh)

22 Desember 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPOTONG kaki mungil dalam keadaan rusak mengambang dalam botol formalin. Potongan anggota tubuh yang diawetkan itu bukan barang peragaan laboratorium krimmologi atau benda pameran kedokteran. Itu kaki Hartini Cahya Edma, yang sehari-hari dipanggil Tia, bayi berusia sembilan bulan. Potongan kaki Tia itu sengaja diawetkan kakeknya untuk ditunjukkan kepada cucunya bila kelak dewasa, bahwa kakinya lepas karena kecerobohan dokter-bukan cacat sejak lahir. Pekan lalu, ayah Tia, Eddy Subroto, menyodorkan botol dengan pemandangan yang tak sedap itu kepada Rizal Effendi, pembantu TEMPO di Kalimantan Timur, sambil mengutarakan rasa tidak puasnya terhadap pelayanan RSUP Balikpapan. Ia menuduh ada yang tak beres dalam perawatan anaknya. Penderitaan Tia bermula pada 17 Agustus. Hari itu, Tia, yang baru berumur lima bulan, jatuh sakit. Badannya panas disertai batuk. Dua hari kemudian, Tia muntah-muntah, dan yang mengkhawatirkan, ada darah pada kotorannya. Ia segera dibawa ke RSUP Bahkpapan. Diagnosa dr. Tatang, ahli anak-anak, menunjukkan bahwa usus Tia melilit. Untuk itu perlu dilakukan operasi. Tapi pembedahan tak segera bisa dijalankan, karena panas Tia mencapai 40 Celcius. Selang beberapa saat, setelah ia diinfus, muntah dan berak Tia hilang, dan keadaannya mulai membaik. Hari keempat Tia diopname, 22 Agustus, operasi pun dilakukan dr. Ganung, ahli bedah anak, setelah diadakan pemeriksaan ronsen - untuk kepastian letak bagian usus Tia yang melilit. Operasi Tia, menurut Ganung, berjalan baik. Keberhasilan di meja operasi ternyata tak berlanjut sampai ke ruang perawatan. Terjadi kesulitan pemasangan jarum infus, karena urat nadi (pembuluh darah dari jantung ke seluruh tubuh) Tia sulit ditemukan. Keadaan itu mungkin saja terjadi. Namun, dalam kasus Tia, hal itu agak janggal, karena sebelumnya infus sudah dilakukan. Untuk mengatasi keadaan, kaki Tia lalu dibedah (vinaseksi). Setelah pembuluh nadi ditemukan, infus pun berlangsung. Khawatir jarun infus lepas, kaki kanan Tia itu pun dibalut. Sampai kini, karena petugas RSUP Balikpapan tutup mulut, sulit diperkirakan pembalutan macam apa yang telah dilakukan. Ada sumber mengatakan, kaki Tia dibalut dengan perban. Ada pula yang menyebutkan di-spalk - seperti perawatan patah tulang. Selang beberapa hari setelah diinfus, kaki Tia membengkak dibalik pembalut. Atas protes keluarga, pembalut lalu dibuka. Setelah pembalut dibuka itulah terlihat pemandangan mengerikan: kaki Tia membusuk di bagian pergelangan, tempat jarum infus ditusukkan, dan keadaannya sepertl luka bakar. Kurang jelas apakah pembusukan itu segera dilaporkan ke dokter atau tidak. Yang pasti, hari itu juga, perawat memindahkan infus dari kaki kanan ke kaki kiri atas perintah dokter - yang bisa saja memerintahkan pemimdahan tanpa melihat pasien. Infus pada kaki kiri ternyata juga mengalami kesulitan, dan sekali lagi dilakukan vinaseksi. Sementara itu, kaki kanan Tia terus membusuk. Ketika Ganung memeriksa, menurut keterangan keluarga Tia, dokter itu terkejut, dan menyatakan baru pertama kali ini menemukan kasus seperti diderita Tia. Ahli bedah anak itu segera melakukan konsultasi dengan Tatang Keputusannya, pada 27 Agustus, imfus dicopot. Belum selesai soal pembusukan di kaki, bekas operasi di perut Tia jebol. Tiga dari enam jahitannya lepas. Dari perut yang pecah itu keluar air dan kotoran. Tapi Ganung, dalam menangani jahitan yang lepas itu, hanya memerimtahkan perawat menutup luka dengan perban. Kemudian ia memberi mikrolax dari anus agar kotoran bisa keluar dari lubang dubur. Kotoran memang berhenti muncrat dari perut. Tapi siksaan Tia belum berakhir. Daging pada kaki Tia, yang membusuk, turun dan lepas, hingga perawat harus membuangnya setiap hari, hingga akhirnya tulang terlihat. Lebih parah lagi, seminggu kemudian, bagian kaki, yang membusuk sebatas betis itu, lepas sama sekali. Lalu, suhu badan Tia naik sampai 39/ 40C. Masuk akal, karena bagian-bagian tubuhnya yang terbuka membuka peluang besar terjadinya kontaminasi. Pemeriksaan laboratoris terhadap air seni, darah, dan kotoran menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada tubuh Tia memang berlebihan. Untuk menatasi infeksi itu, Tia mendapat suntikan claforan sebanyak 18 kali. Setelah dua bulan dirawat, Tia dibolehkan pulang, 23 Oktober siang, dan selanjutnya berobat jalan. Pada masa pengobatan itu, Tia dibawa ibunya, Nyonya Nining, berobat ke RS dr. Sutomo, Surabaya, untuk menyembuhkan bekas operasi perutnya yang ternyata masih menganga. Para dokter, yang kini menangani Tia di Surabaya, berpendapat, ada yang tidak wajar dalam pengobatan di Balikpapan. "Kasus yang seharusnya tidak terjadi," ujar seorang dokter berhati-hati. Tanpa mau menyebutkan dengan pasti letak kesalahannya, para dokter di Surabaya itu mengutarakan, pembuluh darah yang dialiri infus pecah tanpa diketahui. Karena itu, jaringan sel kaki Tia rusak dan mati, hingga pembusukan tak bisa dihindari. Kritik lain mengenai penutupan luka putus pada kaki Tia. Tulangnya tidak tampak menonjol. Ini kelak akan menyulitkan Tia menggunakan kaki buatan. Reaksi dokter RSUP Balikpapan? Kepala RSUP, dr. Haryono, menyatakan bahwa para dokter di Balikpapan telah melakukan usaha maksimal. Sementara itu, Ganung menerangkan adanya komplikasi pada daerah yang mendapat infus, sehingga terjadi pembusukan. Keterangan lain memperkirakan, Tia mengidap penyakit gula - penyakit ini memang bisa membuat infeksi sukar disembuhkan. Janggalnya, semua keterangan itu tak ada yang pasti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus