Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kalau Anak Anda Terganggu

Poliklinik psikiatri anak dan tenaganya di Indonesia masih terbatas. Poliklinik Psikiatri Anak di Grogol, Jakarta dijadikan model untuk diterapkan didaerah-daerah. (ksh)

14 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUMAH SAKIT Jiwa umumnya dianggap untuk orang dewasa. Khusus di Grogol, Jakarta, RS itu juga menyediakan klinik untuk anak-anak, yang satu-satunya milik negara di Indonesia. Poliklinik Psikiatri Anak dan Remaja demikian namanya, berdiri sejak 1974. Sesungguhnya banyak kebutuhan akan klinik begitu, tapi tenaga psikiater terbatas sekali di kota-kota lainnya di Indonesia. Terutama psikiater anak masih berjumlah 10 orang, dan semua itu menumpuk pula di Jakarta. Penderita penyakit jiwa di antara anak-anak usia 3-5 tahun, menurut laporan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tahun 1977, berkisar 5-15% di negara-negara maju, dan diperkirakan sama di negara-negara berkembang. Laporan ini masih memprihatinkan dalam menyambut Tahun Internasional Anak sekarang. Kalau di Indonesia 10% saja, demikian dr Ibrahim Nuriawangsa dari FK-UGM Yogyakarta seperti dikutip Antara, sedikitnya 5,4 juta anak yang menderita berbagai problima psikiatrik. Jumlah sebanyak itu belum menonjol, antara lain karena poliklinik psikiatri anak itu sendiri masih sesuatu yang baru di Indonesia. Apalagi, kata dr Nyoman Segel, Direktur RS Jiwa Jakarta pada Nadjib Salim dari TEMPO, "masih banyak orangtua yang tidak mau tahu bahwa anaknya terkena gejala penyakit jiwa." Untuk Yang Atas Namun di Jakarta, poliklinik psikiatri anak yang milik swasta sudah sebanyak belasan, suatu pertanda bahwa meningkat kebutuhan masyarakat untuk itu. Tapi poliklinik milik swasta itu umumnya hanya terjangkau oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Klinik Wijaya Kusumah yang mangkal di gedung pertokoan Duta Merlin, misalnya, mengutip pembayaran Rp 5000 untuk sekali konsultasi. "Mereka datang ke sini meminta nasehat cara membimbing anak," kata dr D. Hidayat di Wijaya Kusumah itu. "Atau mengeluh tentang perubahan tingkah laku anak. Adakalanya itu karena ulah orangtua sendiri yang terlalu lanyak menuntut si anak supaya les musik, les renang, bahasa Inggeris dan macam-macam lainnya." Di RS Jiwa Jakarta yang milik negara, poliklinik psikiatri anak cuma mengutip Rp 200 untuk sekali konsultasi. Kepalanya, dr Betty Harjawana, mengatakan mereka yang datang ke situ umumnya dari golongan bawah, "sedikit saja dari golongan menengah." Agak lumayan jumlah fasilitasnya, termasuk berbagai alat mainan, lapangan mainan khusus seperti layaknya di suatu taman kanak-kanak. Semua itu digunakan untuk mengobservasi tingkah laku si anak. Untuk remaja? "Biasanya terapi bagi remaja kami lakukan dengan cara menginterpiu, mengajaknya mengobrol, atau bisa juga family therapy," kata dr Betty. Dijelaskannya bahwa keluarga si pasien pun diwawancarai. "Sering terjadi, setelah diadakan penelitian, ternyata orangtuanya pun mengalami tekanan jiwa." Banyak dijumpai kasus gangguan jiwa anak di situ. Contoh:  Seorang gadis cilik berpakaian Pramuka, asyik dengan bonekanya. Ia tidak mau berbicara walaupun tidak bisu. Disuruh membaca keras, ia tidak mau. Emoh disuruh menyanyi. Juga tidak mau disuruh menulis di papan tulis. Anak itu tadinya terlalu dimanja, terpisah hidupnya, tidak boleh diganggu oleh kakak-kakaknya, tidak pula mengenal lingkungan di luar keluarga sendiri. Pasien begini, menurut dokter, masih bisa disembuhkan. Selain gangguan tingkah laku, banyak pula yang mengalami kelambatan (retardasi) mental. Pusat saraf si anak tidak berfungsi sebagaimana mestinya, mungkin karena infeksi pada otaknya. Mungkin juga karena ibunya kurang hati-hati ketika mengandung, seperti salah meminum obat, atau karena kekurangan gizi. Kasus begini, demikian dr Betty, "tidak bisa sembuh. Kita hanya bisa melatihnya agar tidak terlalu tergantung pada orang lain." Departemen Kesehatan menjadikan poliklinik tadi sebagai 'model' untuk diterapkan pula nanti di daerah-daerah. Ia sekaligus dijadikan pusat latihan bagi dokter jiwa yang memperdalam bidang psikiatri anak. Namun perkembangan poliklinik jiwa anak masih sukar diharapkan secara cepat dari Depkes. Prioritasnya jelas ditujukan untuk menyediakan pelayanan kesehatan lainnya yang lebih mendesak bagi masyarakat -- seperti menanggulangi penyakit infeksi, muntaber dan wabah lainnya. Buktinya, banyak slogan yang dikaitkannya dengan 7 April, Hari Kesehatan Sedunia ke-31 -- sekali ini memakai thema Tahun Internasional Anak -- tidak menyinggung kesehatan jiwa anak secara langsung. Secara tidak langsung, pentingnya kesehatan jiwa anak mungkin dijumpai juga dalam slogan utamanya: Anak Sehat, Hari Depan Cerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus