KONTRASEPSI baru Norplant, di Indonesia disebut "susuk KB",
dikecam di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya.
Susuk buatan Wyeth Corporation AS berupa enam kapsul kecil itu
dikhawatirkan menimbulkan efek samping yang serius. Terutama
karena kapsul yang mengandung levonorgestrel itu belum pernah
diteliti secara mendalam.
Belum ada petunjuk, susuk tersebut bisa menimbulkan kanker. Tapi
banyak akseptor di negara tadi mengalami efek samping berupa
haid terganggu, perdarahan atau haid berhenti sama sekali. Juga
banyak keluhan seperti pusing, jantung berdebar dan pegal serta
gatal di seputar lengan tempat susuk ditanamkan. Keluhan
semacam, hampir sama dengan yang bisa ditimbulkan obat suntik
depo medroxy progestrone acetate, dengan merk dagang Depo
Provera--yang sejak 1978 dilarang di AS.
Tapi di Indonesia Depo Provera masih banyak dipakai. Lebih-lebih
lagi Norplant, yang kini sedang amat digemari para akseptor.
Mulai dicoba lewat Klinik Raden Saleh (Jakarta Pusat) dan Rumah
Sakit Hasan Sadikin, (Bandung), Mei 1981, para akseptor rupanya
ingin mencoba metode terbaru itu. "Peminatnya menggebu-gebu,
sampai kami kewalahan," ungkap dokter Biran Affandi, ahli
kandungan di Klinik KB Raden Saleh dan staf Bagian Obstetri
Ginekologi FKUI.
Sampai sekarang klinik ini sudah menangani 700 akseptor susuk
KB. Ternyata yang berminat tak hanya di Jakarta atau Bandung.
Bulan lalu klinik-klinik KB di Semarang dan Surabaya yang
dikirimi masing-masing 200 buah, "habis terpasang dalam tempo
seminggu," kata Biran.
Doktor Haryono Suyono, Deputi BKKBN Pusat, bukannya tak tahu ada
kecaman terhadap pemakaian susuk KB. Tapi masalahnya," belum ada
kontrasepsi yang tak punya efek samping, sampai saat ini." Maka
penggunaan susuk lB itu pun cukup hati-hati. Sampai kini
pemakaiannya baru sampai taraf penelitian klinis, yang akan
dilanjutkan dengan penelitian lapangan. Karena itu, menurut
Haryono Suyono, susuk ini belum resmi dinyatakan sebagai alat
kontrasepsi dalam Program Nasional Keluarga Berencana di
Indonesia, seperti halnya pel, IUD atau kondom.
Keenam kapsul Norplant masing-masing berukuran 34 mm panjang dan
2,4 mm lebar. Sedikit lebih kecil dibanding anak korek api.
Mengandung levonorgestrel 38 miligram tiap kapsul, susuk itu
berkhasiat menghambat pembuahan selama lima tahun. Selongsongnya
terbuat dari bahan silastic (polydimethylsilo xane) yang
mempunyai keistimewaan bisa melepaskan bahan aktif yang ada di
dalamnya dalam dosis yang relatif tetap. Dalam sehari rata-rata
50 mikrogram levonorgestrel dilepaskan, hingga kehamilan tak
terjadi.
Pemasangannya cukup mudah. Setelah pembiusan lokal, dokter hanya
perlu menoreh kulit sepanjang 0,5 sentimeter. Lalu satu persatu
susuk dimasukkan ke bawah kulit berjajar menyerupai kipas.
Pemasangan biasanya dilakukan di lengan kiri atas atau
bawah--kecuali bagi akseptor kidal, yang tangan kirinya relatif
lebih banyak bergerak.
Sebenarnya, kapsul-kapsul itu bisa disusukkan di bagian tubuh
lain. Hanya saja kalau dipasang di dada, misalnya, dikhawatirkan
turun ke perut atau menggeser ke punggung.
Setelah itu, bekas torehan diplester dan dibalut. Untuk mencegah
infeksi, "paling tidak tiga hari balutan tak boleh terkena air,"
kata Biran. Pemasangan susuk hanya memakan waktu sekitar sepuluh
menit. Agaknya memang praktis dibanding pel yang mesti ditelan
setiap hari, atau suntikan yang hanya tahan untuk tiga bulan.
Kebolehan lain, metode susuk bisa mengembalikan kesuburan
akseptor nyaris secara sempurna. Setelah susuk dicabut, 90%
akseptor bisa hamil dalam waktu setahun. Tapi para wanita
menggemari KB menggunakan susuk, tampaknya karena vagina sama
sekali tak diapa-apakan.
Namun efek samping berupa gangguan haid, perdarahan atau haid
berhenti sama sekali, diakui dr. Biran Affandi bisa muncul,
terutama pada bulan-bulan pertama setelah pemasangan. Penelitian
dr. Biran dan kawan-kawannya pada Desember 1981 terhadap 200
akseptor menunjukkan, gangguan haid dijumpai pada 4,5% akseptor.
Meningkat menjadi 9% pada bulan kedua dan mencapai puncaknya di
bulan ketiga dengan 20,5%. Tapi setelah itu keluhan haid
cenderung menurun. Bahkan boleh dibilang hilang sama sekali pada
bulan keenam.
Keluhan subyektif yang terbanyak ialah merasa pegal (8% dari
jumlah akseptor yang diteliti dan gatal (2,5%) diseputar lengan
yang dipasangi susuk. Ada juga yang mengeluh pusing (5,5%) dan
jantung berdebar-debar (2%).
Adanya keluhan itu menyebabkan susuk beberapa akseptor terpaksa
dicabut kembali. Satu di antaranya yang merasa amat gatal dan
tak bisa disembuhkan dengan obat yang diberikan. Wanita itu
rupanya menderita alergi.
Keadaan kesehatan semua akseptot susuk KB, di seluruh Indonesia
kini mencapai angka 1.500, terus dimonitor. Paling tidak,
setelah dua minggu pemasangan, ia diminta datang lagi ke klinik.
Keadaannya, termasuk segala keluhannya, dicatat dengan seksama.
Akseptor juga diminta mengontrolkan diri setelah waktu 13 bulan,
25 bulan, 37 bulan 49 bulan dan 61 bulan, yaitu ketika susuk
yang dipakainya sudah habis kekuatannya. Di luar jadwal
tersebut, bila akseptor mengalami gangguan atau ada keluhan,
bisa datang untuk berkonsultasi. Bila pemasangan susuk ternyata
tak cocok, keenam kapsul KB itu segera dilepas.
Memang tak semua wanita bisa menjadi akseptor dengan susuk.
Paling tidak ia sudah pernah hamil dan punya satu anak, dan
tidak sedang menyusui. Umur ditentukan 1840 tahun. Dan bagi yang
mempunyai kelainan jantung, sakit kuning, sakit gula, infeksi
punggung dan menderita varises berat, misalnya, tak dibolehkan
memakai susuk KB. Sebab itu, pemeriksaan darah dan urine (air
seni) di laboratorium mutlak diperlukan sebelum akseptor
dipasangi susuk.
HANYA untuk pemeriksaan laboratorium inilah akseptor cara ini
harus mengeluarkan biaya. Untuk pemasangan susuk tak dipungut
bayaran. Juga keenam kapsul yang ditanam di bawah kulit,
diberikan cuma-cuma. Soalnya, kata dokter Biran, sampai kini
Norplant itu masih diterima dari AS sebagai bantuan. Nanti
setelah ternyata berhasil dan resmi menjadi salah satu alat
kontrasepsi di Indonesia," baru kita membeli." Di AS harga satu
set susuk KB itu USA$ 7 atau sekitar Rp 5 ribu. Harga sebegitu
untuk pemakaian selama lima tahun, tergolong murah. Suntikan
Depo Provera yang hanya tahan tiga bulan, kini sekali suntik Rp
2 ribu.
Brazilia, Chili, Yamaika, Dominika dan Thailand telah memakai
susuk KB ini sejak 1975.
Dr. Haryono optimistis, metode susuk itu dalam dua-tiga tahun
mendatang bisa diterima menjadi salah satu kontrasepsi dalam
Program Nasional Keluarga Berencana, karena hasilnya positif.
Sampai Agustus 1983 nanti diharap akseptor menggunakan susuk
mencapai 10 ribu. Dr. Haryono tak khawatir akan efek samping
yang ditimbulkannya. "Yang penting kita harus mampu memberikan
perlindungan pada akseptor," katanya.
Harapan Dr. Haryono yang cukup besar terhadap keberhasilan susuk
KB bisa dimengerti, terutama bila dihubungkan dengan jumlah
akseptor yang hendak dicapai sepuluh tahun mendatang: 18-20
juta! Atau sekitar dua kali lipat dari sekarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini