Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

KB susuk, berbahayakah?

Alat kontrasepsi "norplant" atau susuk KB kini sedang digemari di Indonesia, di AS dan negara-negara maju dikecam keras, ada efek sampingnya. (ksh)

27 November 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONTRASEPSI baru Norplant, di Indonesia disebut "susuk KB", dikecam di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya. Susuk buatan Wyeth Corporation AS berupa enam kapsul kecil itu dikhawatirkan menimbulkan efek samping yang serius. Terutama karena kapsul yang mengandung levonorgestrel itu belum pernah diteliti secara mendalam. Belum ada petunjuk, susuk tersebut bisa menimbulkan kanker. Tapi banyak akseptor di negara tadi mengalami efek samping berupa haid terganggu, perdarahan atau haid berhenti sama sekali. Juga banyak keluhan seperti pusing, jantung berdebar dan pegal serta gatal di seputar lengan tempat susuk ditanamkan. Keluhan semacam, hampir sama dengan yang bisa ditimbulkan obat suntik depo medroxy progestrone acetate, dengan merk dagang Depo Provera--yang sejak 1978 dilarang di AS. Tapi di Indonesia Depo Provera masih banyak dipakai. Lebih-lebih lagi Norplant, yang kini sedang amat digemari para akseptor. Mulai dicoba lewat Klinik Raden Saleh (Jakarta Pusat) dan Rumah Sakit Hasan Sadikin, (Bandung), Mei 1981, para akseptor rupanya ingin mencoba metode terbaru itu. "Peminatnya menggebu-gebu, sampai kami kewalahan," ungkap dokter Biran Affandi, ahli kandungan di Klinik KB Raden Saleh dan staf Bagian Obstetri Ginekologi FKUI. Sampai sekarang klinik ini sudah menangani 700 akseptor susuk KB. Ternyata yang berminat tak hanya di Jakarta atau Bandung. Bulan lalu klinik-klinik KB di Semarang dan Surabaya yang dikirimi masing-masing 200 buah, "habis terpasang dalam tempo seminggu," kata Biran. Doktor Haryono Suyono, Deputi BKKBN Pusat, bukannya tak tahu ada kecaman terhadap pemakaian susuk KB. Tapi masalahnya," belum ada kontrasepsi yang tak punya efek samping, sampai saat ini." Maka penggunaan susuk lB itu pun cukup hati-hati. Sampai kini pemakaiannya baru sampai taraf penelitian klinis, yang akan dilanjutkan dengan penelitian lapangan. Karena itu, menurut Haryono Suyono, susuk ini belum resmi dinyatakan sebagai alat kontrasepsi dalam Program Nasional Keluarga Berencana di Indonesia, seperti halnya pel, IUD atau kondom. Keenam kapsul Norplant masing-masing berukuran 34 mm panjang dan 2,4 mm lebar. Sedikit lebih kecil dibanding anak korek api. Mengandung levonorgestrel 38 miligram tiap kapsul, susuk itu berkhasiat menghambat pembuahan selama lima tahun. Selongsongnya terbuat dari bahan silastic (polydimethylsilo xane) yang mempunyai keistimewaan bisa melepaskan bahan aktif yang ada di dalamnya dalam dosis yang relatif tetap. Dalam sehari rata-rata 50 mikrogram levonorgestrel dilepaskan, hingga kehamilan tak terjadi. Pemasangannya cukup mudah. Setelah pembiusan lokal, dokter hanya perlu menoreh kulit sepanjang 0,5 sentimeter. Lalu satu persatu susuk dimasukkan ke bawah kulit berjajar menyerupai kipas. Pemasangan biasanya dilakukan di lengan kiri atas atau bawah--kecuali bagi akseptor kidal, yang tangan kirinya relatif lebih banyak bergerak. Sebenarnya, kapsul-kapsul itu bisa disusukkan di bagian tubuh lain. Hanya saja kalau dipasang di dada, misalnya, dikhawatirkan turun ke perut atau menggeser ke punggung. Setelah itu, bekas torehan diplester dan dibalut. Untuk mencegah infeksi, "paling tidak tiga hari balutan tak boleh terkena air," kata Biran. Pemasangan susuk hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit. Agaknya memang praktis dibanding pel yang mesti ditelan setiap hari, atau suntikan yang hanya tahan untuk tiga bulan. Kebolehan lain, metode susuk bisa mengembalikan kesuburan akseptor nyaris secara sempurna. Setelah susuk dicabut, 90% akseptor bisa hamil dalam waktu setahun. Tapi para wanita menggemari KB menggunakan susuk, tampaknya karena vagina sama sekali tak diapa-apakan. Namun efek samping berupa gangguan haid, perdarahan atau haid berhenti sama sekali, diakui dr. Biran Affandi bisa muncul, terutama pada bulan-bulan pertama setelah pemasangan. Penelitian dr. Biran dan kawan-kawannya pada Desember 1981 terhadap 200 akseptor menunjukkan, gangguan haid dijumpai pada 4,5% akseptor. Meningkat menjadi 9% pada bulan kedua dan mencapai puncaknya di bulan ketiga dengan 20,5%. Tapi setelah itu keluhan haid cenderung menurun. Bahkan boleh dibilang hilang sama sekali pada bulan keenam. Keluhan subyektif yang terbanyak ialah merasa pegal (8% dari jumlah akseptor yang diteliti dan gatal (2,5%) diseputar lengan yang dipasangi susuk. Ada juga yang mengeluh pusing (5,5%) dan jantung berdebar-debar (2%). Adanya keluhan itu menyebabkan susuk beberapa akseptor terpaksa dicabut kembali. Satu di antaranya yang merasa amat gatal dan tak bisa disembuhkan dengan obat yang diberikan. Wanita itu rupanya menderita alergi. Keadaan kesehatan semua akseptot susuk KB, di seluruh Indonesia kini mencapai angka 1.500, terus dimonitor. Paling tidak, setelah dua minggu pemasangan, ia diminta datang lagi ke klinik. Keadaannya, termasuk segala keluhannya, dicatat dengan seksama. Akseptor juga diminta mengontrolkan diri setelah waktu 13 bulan, 25 bulan, 37 bulan 49 bulan dan 61 bulan, yaitu ketika susuk yang dipakainya sudah habis kekuatannya. Di luar jadwal tersebut, bila akseptor mengalami gangguan atau ada keluhan, bisa datang untuk berkonsultasi. Bila pemasangan susuk ternyata tak cocok, keenam kapsul KB itu segera dilepas. Memang tak semua wanita bisa menjadi akseptor dengan susuk. Paling tidak ia sudah pernah hamil dan punya satu anak, dan tidak sedang menyusui. Umur ditentukan 1840 tahun. Dan bagi yang mempunyai kelainan jantung, sakit kuning, sakit gula, infeksi punggung dan menderita varises berat, misalnya, tak dibolehkan memakai susuk KB. Sebab itu, pemeriksaan darah dan urine (air seni) di laboratorium mutlak diperlukan sebelum akseptor dipasangi susuk. HANYA untuk pemeriksaan laboratorium inilah akseptor cara ini harus mengeluarkan biaya. Untuk pemasangan susuk tak dipungut bayaran. Juga keenam kapsul yang ditanam di bawah kulit, diberikan cuma-cuma. Soalnya, kata dokter Biran, sampai kini Norplant itu masih diterima dari AS sebagai bantuan. Nanti setelah ternyata berhasil dan resmi menjadi salah satu alat kontrasepsi di Indonesia," baru kita membeli." Di AS harga satu set susuk KB itu USA$ 7 atau sekitar Rp 5 ribu. Harga sebegitu untuk pemakaian selama lima tahun, tergolong murah. Suntikan Depo Provera yang hanya tahan tiga bulan, kini sekali suntik Rp 2 ribu. Brazilia, Chili, Yamaika, Dominika dan Thailand telah memakai susuk KB ini sejak 1975. Dr. Haryono optimistis, metode susuk itu dalam dua-tiga tahun mendatang bisa diterima menjadi salah satu kontrasepsi dalam Program Nasional Keluarga Berencana, karena hasilnya positif. Sampai Agustus 1983 nanti diharap akseptor menggunakan susuk mencapai 10 ribu. Dr. Haryono tak khawatir akan efek samping yang ditimbulkannya. "Yang penting kita harus mampu memberikan perlindungan pada akseptor," katanya. Harapan Dr. Haryono yang cukup besar terhadap keberhasilan susuk KB bisa dimengerti, terutama bila dihubungkan dengan jumlah akseptor yang hendak dicapai sepuluh tahun mendatang: 18-20 juta! Atau sekitar dua kali lipat dari sekarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus