Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kelainan myelodisplasia syndrome (MDS) membuat jumlah sel-sel darah yang sehat tak mencukupi kebutuhan.
MDS terjadi lantaran kelainan genetik.
Penderita MDS lebih rentan terserang infeksi dibandingkan orang kebanyakan
BEKERJA dari pagi sampai petang kerap membuat Handy Dharmawan disergap kelelahan. Dia mengira rasa capeknya itu akibat bersepeda keliling Stadion Gelora Bung Karno, yang kadang ia lakukan sebelum mulai bekerja. “Biasanya setelah pulang, makan, tidur, badan sudah enakan,” kata Dharmawan, 50 tahun, Senin, 20 Januari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gusinya juga sering berdarah ketika ia menggosok gigi. Pria yang akrab disapa Wawan itu menyangka gusinya berdarah lantaran ia terlalu bersemangat menyikat. Dugaan penyebab kelelahan dan gusi berdarah tersebut ambyar setelah karyawan perusahaan penerbitan di Jakarta Selatan itu memeriksakan kesehatannya pada Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil tes laboratorium menunjukkan sel darah merah, sel darah putih, dan trombositnya jauh di bawah batas normal—di bawah 4,5 juta sel/mm3 (sel darah merah), 4.500 sel/mm3 (sel darah putih), dan di bawah 150 ribu sel/mm3 (trombosit). Petugas yang membaca hasil tes tersebut menyarankan dia melakukan pemeriksaan lebih mendalam. Setelah melakukan berbagai macam tes, sampai pemeriksaan sumsum tulang, dokter penyakit dalam spesialis hematologi dan onkologi medik memvonis Wawan menderita myelodysplastic syndrome (MDS). Ini adalah salah satu kelainan pada darah yang menyebabkan jumlah sel darah yang beredar di tubuh tak mencukupi kebutuhan.
Dokter mewanti-wanti Wawan agar sering mengecek kondisi tubuhnya. Jika mengalami anemia, ia mesti mendapat transfusi darah. Kalau demam, ia juga harus segera periksa ke rumah sakit karena dikhawatirkan terjadi infeksi. Penderita MDS lebih rentan terserang infeksi dibanding orang kebanyakan.
Sampai Januari lalu, Wawan sudah mendapat dua kali transfusi karena sel darah merahnya ngedrop. Ia juga sempat mondok di rumah sakit setelah demam dua hari. Dokter menemukan ada abses (kumpulan nanah) di hatinya. Butuh waktu tiga pekan untuk memulihkan kondisinya. “Kalau orang normal biasanya sembuhnya lebih cepat. Tapi, karena dia punya masalah MDS, penyembuhannya jadi lebih lama,” ujar Veranika Rachman, istri Wawan.
MDS adalah kelainan langka yang mempengaruhi sumsum tulang dan darah yang bisa terjadi pada siapa pun, tapi umumnya pada orang berusia di atas 60 tahun. Sumsum tulang adalah jaringan lunak, seperti spons di dalam tulang, yang menjadi pabrik sel punca. Sel punca ini yang kemudian akan bertumbuh, di antaranya menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Pada orang yang menyandang MDS, sel darah merah, sel darah putih, atau trombosit yang berkembang dari sel punca tersebut tidak bisa matang dengan normal. Ini terjadi lantaran kelainan genetik. Akibatnya, jumlah sel yang sehat tak mencukupi kebutuhan. Padahal sel darah yang masa hidupnya telah habis harus segera digantikan oleh sel yang sudah matang. “Yang mati lebih banyak dibanding penggantinya,” kata Ikhwan Rinaldi, ahli hematologi dan onkologi medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Handy Dharmawan./Dok. Pribadi
Sel darah merah mengandung hemoglobin, protein kaya zat besi yang memberi warna merah dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh. Kekurangan darah merah antara lain akan membuat tubuh lebih cepat lelah dan lemas serta terkadang menimbulkan sesak napas.
Sedangkan sel darah putih adalah tentara imun tubuh yang bertugas melawan musuh yang masuk, seperti kuman, virus, dan jamur. Jumlah pasukan imun yang minim akan membuat mereka jadi lebih gampang dikalahkan musuh yang masuk, sehingga tubuh lebih mudah terserang infeksi. “Pada orang dengan MDS, flu biasa bisa berujung pada pneumonia. Bakteri yang pada orang normal tak tumbuh pun pada mereka bisa menyeberang ke hati,” ucap ahli hematologi dan onkologi medik Nadia Ayu Mulansari.
Adapun trombosit merupakan fragmen sel darah yang saling menempel dan berfungsi menutup luka kecil serta menghentikan perdarahan. Jumlah trombosit yang minim akan membuat perdarahan sulit berhenti, luka lebih lama menutup, dan mudah berdarah, seperti mimisan atau saat menggosok gigi.
Belum diketahui dengan pasti penyebab mutasi genetik yang menyebabkan MDS. Namun para ahli curiga ini berkaitan dengan zat karsinogenik, seperti polusi udara, air yang tercemar, pupuk kimiawi, rokok, dan benzena yang terkandung dalam bensin.
Nadia menuturkan, MDS terbagi-bagi berdasarkan jumlah mutasi genetik yang terjadi. Makin banyak gen yang bermutasi, darah yang matang makin sedikit. Sebaliknya, makin sedikit gen yang bermutasi, penyakitnya makin ringan. “Beberapa jenis MDS dapat tetap ringan selama bertahun-tahun, tapi ada pula yang lebih serius dan agresif,” ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, tersebut.
Pembagian MDS/Tempo
Menurut ahli hematologi dan onkologi medik Ronald Hukom, pada MDS yang berkembang dengan agresif, sumsum tulang secara bertahap diambil alih oleh sel-sel darah yang belum matang yang tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, jumlah sel sehat yang berhasil masuk ke aliran darah makin sedikit. Kondisi ini dapat berkembang secara lambat atau cepat. “Pada beberapa orang, MDS dapat berkembang menjadi leukemia myeloid akut (AML) dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun,” tutur dokter yang berpraktik di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta, tersebut. Karena itu, dokter menyebut MDS sebagai tahapan prakanker.
Pengobatan utama MDS, kata Nadia, adalah dengan transplantasi sumsum tulang. Namun jika tak memungkinkan, misalnya kondisi pasien sudah tua, biasanya dokter akan memberikan obat untuk memperbaiki bentuk sel darah sehingga bisa berfungsi seperti sel darah normal. “Supaya tak terlalu sering transfusi darah,” ujarnya.
Nadia juga mewanti-wanti pasien MDS agar menghindari infeksi, misalnya dengan menjaga kebersihan tubuh, hanya mengkonsumsi makanan yang sudah dimasak matang, dan menghindari jajan sembarangan. Kalau demam, harus segera periksa ke dokter. Infeksi bisa berakibat fatal bagi pasien MDS.
NUR ALFIYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo