Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Alopecia adalah gangguan autoimun yang menyebabkan rambut seseorang rontok. Acapkali, kerontokan tersebut berbentuk gumpalan dan ukurannya satu per empat saja. Memang jumlah rambut rontok berbeda pada setiap orang, tetapi bagi beberapa orang hanya kehilangan rambut di beberapa titik dan orang lainnya mengalami kerontokan lebih banyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kadang, rambut rontok tersebut bisa tumbuh kembali, tetapi rambut tersebut akan tumbuh lagi di tempat lain dan nantinya akan rontok lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir WebMd, ada berbagai jenis kondisi alopecia, yaitu:
1. Alopecia areata totalis berarti seseorang kehilangan semua rambut di kepalanya.
2. Alopecia areata universalis adalah kerontokan rambut di seluruh tubuh seseorang.
3. Diffuse alopecia areata adalah penipisan rambut seseorang secara sangat tiba-tiba daripada suatu bercak yang hilang tiba-tiba.
4. Ophiasis alopecia areata menyebabkan rambut rontok dalam bentuk pita di sekitar sisi dan belakang kepala seseorang.
Baca: Mengenali Gejala Kerontokan Rambut Alopecia dan Berbagai Penyebabnya
Gejala Alopecia
Gejala utama dan paling sering terjadi dari seseorang yang mengalami alopecia adalah kerontokan rambut. Namun, terdapat gejala lain yang dapat muncul ketika seseorang mengalami alopecia, yaitu:
1. Bercak botak kecil di kulit kepala atau bagian lain dari tubuh,
2. Terdapat tambalan yang bisa menjadi lebih besar dan tumbuh bersama menjadi titik botak,
3. Rambut tumbuh kembali di satu tempat dan rontok di tempat lain,
4. Kehilangan banyak rambut dalam waktu singkat,
5. Lebih banyak rambut rontok dalam cuaca dingin,
6. Kuku jari tangan dan kaki menjadi merah, rapuh, dan berlubang, dan
7. Kesemutan, gatal, atau sensasi terbakar di kulit sebelum rambut rontok.
Sebab dan Faktor Risiko
Mengutip medicalnewstoday, alopecia terjadi ketika sel darah putih menyerang sel-sel di folikel rambut. Akibatnya, rambut akan mengalami penyusutan dan secara perlahan produksi rambut melambat. Selain itu, ketika seseorang memiliki penyakit autoimun, sistem kekebalan juga akan menyerang tubuh.
Melalui alopecia, folikel rambut seorang autoimun juga akan diserang. Meskipun tidak tahu mengapa itu terjadi, tetapi dokter akan menyatakan bahwa seseorang lebih besar kemungkinannya mengalami alopecia ketika memiliki riwayat keturunan dari keluarga. Satu dari lima orang dengan gangguan ini memiliki anggota keluarga yang juga menderita alopecia.
Selain dari gen, penelitian lain juga menemukan beberapa faktor risiko seseorang lebih memungkinkan mengalami gangguan ini, yaitu asma, down syndrome, anemia pernisiosa, alergi musiman, tiroid, dan vitiligo. Terlepas dari pendapat banyak orang, ilmuwan, ataupun dokter, sangat sedikit bukti ilmiah yang mendukung pandangan bahwa alopecia areata disebabkan oleh stres. Kondisi stres yang ekstrem berpotensi memicu kondisi tersebut, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa alopecia terjadi karena faktor genetik.
Diagnosis Alopecia
Jika seseorang mengira sedang menderita alopecia, seseorang mungkin akan menemui spesialis kulit atau dokter kulit. Saat sudah bertemu dengan dokter kulit, seseorang akan membicarakan tentang gejala gangguan, menunjukkan kerontokan rambut dengan benar, menarik perlahan rambut di tepi bagian yang botak untuk melihat apakah mudah lepas atau tidak, memeriksa setiap rambut dan folikel untuk melihat apakah bentuknya tidak normal, dan memeriksa kuku.
Banyak kondisi yang dapat menyebabkan alopecia, kerap rambut rontok. Jadi, dokter mungkin akan menguji kulit atau melakukan tes darah untuk mengetahui apakah infeksi jamur, masalah tiroid, hormon, atau sistem kekebalan tubuh.
RACHEL FARAHDIBA R
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.