Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bekerja di rumah mungkin bisa menurunkan risiko tertular Covid-19. Tetapi, kebanyakan orang menjadi kurang bergerak. Tanpa disadari, kondisi ini menyebabkan tidak hanya berat badan bertambah tetapi juga berisiko terkena dislipidemia dan penyakit-penyakit lain akibat kolesterol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fridolin Seto Pandu, Manager Medical Underwriter Sequis, mengatakan kolesterol tinggi tidak hanya berpotensi menyerang kelompok yang gemuktapi juga orang kurus. Oleh karena itulah dia menyarankan masyarakat untuk melakukan medical check-up, terutama yang sudah berusia di atas 25 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan medical check-up, kita dapat mengetahui kadar lemak pada tubuh, yaitu low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), trigliserida, dan kadar kolesterol total (akumulasi ketiga jenis kolesterol).
“Tubuh gemuk atau kurus tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol baik dan kolesterol jahat. Penyakit ini disebut dislipidemia dan lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat,” ujarnya.
Dislipidemia atau kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah. Kelainan jenis lemak yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, dan penurunan kadar HDL.
Sayangnya, hal ini sering tidak menunjukkan gejala. Terlebih bila postur terlihat kurus dan proporsional sehingga lebih sulit mendeteksi dini seandainya tidak rutin melakukan pemeriksaan.
Adapun, LDL adalah kolesterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah sehingga membuat saluran menyempit. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
Trigliserida adalah kadar lemak yang berasal dari sisa pembakaran kalori yang tidak terpakai. Saat makan, tubuh kita menerima kalori dan dipergunakan untuk aktivitas tubuh. Kalori yang tidak digunakan akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan dalam sel-sel lemak. Ambang batas tinggi rendahnya, normal <150 mg/DL, batas tinggi 150-199 mg/DL, tinggi 200-499 mg/DL, sangat tinggi >500 mg/DL.
Sementara, kolesterol total adalah jumlah keseluruhan kolesterol dalam tubuh. Konsistensinya mirip lemak atau lilin dan bisa ditemukan di semua sel di tubuh dalam jumlah cukup, berfungsi untuk regenerasi sel, produksi hormon, membentuk vitamin D, dan dalam proses pencernaan. Batas kolesterol normal yang ideal adalah < 200 mg/DL, sedang 200-239 mg/DL dan tinggi >240 mg/DL.
Menurutnya, untuk menghindari penyakit tersebut maka perlu menjalankan gaya hidup sehat, antara lain menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti makanan siap saji, makanan yang digoreng, daging olahan seperti sosis serta nugget ayam, makanan laut, jeroan, susu full cream, dan makanan-makanan yang bersantan, tidak merokok, dan kurangi alkohol.
“Sebaiknya juga rutin melakukan aktivitas fisik dan berolahraga serta cukup istirahat. Sedangkan pengobatan dilakukan sebagai respons dari hasil pemeriksaan medis untuk meminimalkan potensi penyebaran penyakit hingga upaya agar dapat normal kembali,” ujarnya.