Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Komplikasi Penyakit, Apa Kaitannya dengan Lever? Cek Kata Dokter

Benarkah saat mengalami komplikasi penyakit,yang melibatkan lever, keselamatan lever mesti diprioritaskan?

28 Agustus 2018 | 09.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi liver. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bagaimana mengobati komplikasi penyakit? Benarkah saat pasien mengidap komplikasi yang melibatkan lever, keselamatan lever mesti diprioritaskan? 

Baca juga: Tolak Vaksin MR? Waspadai Dampak Penyakit Campak dan Rubella

Pada prinsipnya, pengobatan penyakit komplikasi mesti menyeluruh. Misalnya, pasien mengidap penyakit diebetes yang merambat ke jantung dan ginjal, tim dokter mesti mengobati semua organ yang terdampak. Jangan hanya jantung dan ginjal. Itu sama saja mengobati akibat tanpa membereskan sebab.

“Lever salah satu organ terbesar tubuh dengan fungsi paling banyak. Ia mendetoksifikasi racun, melancarkan metabolisme gula darah, memproduksi sel darah merah dan protein, menegakkan sistem kekebalan tubuh, hingga mengatur pembekuan sel darah. Karena fungsinya banyak, kalau ada penyakit menjangkiti organ lain, lever rentan terdampak. Bahkan obat-obatan yang kita konsumsi pun dicerna juga oleh lever,” terang Erik di Jakarta, pekan lalu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ilustrasi penyakit jantung. Ctntexas.com
Kerusakan lever bisa disebabkan penyakit primer dan sekunder. Disebut primer, saat lever terganggu karena infeksi virus misalnya hepatitis B, hepatitis C, atau kebiasaan menenggak alkohol. Sementara penyakit sekunder disebabkan konsumsi obat atau penyakit yang menyerang organ lain kemudian menjalar ke lever. Saat gangguan lever terdeteksi, tim dokter harus mengecek apakah itu gangguan primer atau sekunder.

Baca juga: Kulit Pria Ini Jadi Hitam Usai Cangkok Hati Orang Hitam!

“Misalnya ibu hamil muntah-muntah. Setelah dicek, fungsi hatinya meningkat. Kita harus cek dulu, peningkatan fungsi hatinya seberapa besar. Kalau peningkatannya tinggi sampai ratusan biasanya karena virus Hepatitis atau gagal jantung berat,” Erik menukas.

Ia mengingatkan, lever organ supersensitif. Karena fungsinya banyak, ia menjadi yang terpenting dalam tubuh. Bersyukurlah jika gangguan lever terdeteksi sejak dini. Biasanya, pasien penyakit lever dibawa ke rumah sakit dalam kondisi muntah darah. Ini sangat terlambat.

“Lever memiliki daya regenerasi yang sangat baik. Meski telah rusak 50 persen, ia tetap bekerja maksimal seolah semuanya baik-baik saja. Kinerja lever baru terganggu jika kerusakannya mencapai 90 persen. Itu ditandai dengan pembengkakan tubuh, kulit menguning, dan muntah darah,” beri tahu Erik.

Terkait salah diagnosis, Erik mengatakan dokter selayaknya detektif. Ia menegakkan diagnosis berdasarkan bukti-bukti yang terkumpul. Salah diagnosis biasanya terjadi karena bukti-bukti yang terkumpul belum cukup. Di sisi lain, Erik mengimbau pihak keluarga aktif memantau kondisi klinis pasien selama 48 sampai 72 jam setelah pulang dari rumah sakit.

“Mohon dicek apakah obat pemberian dokter bekerja maksimal atau tidak. Jika dalam satu atau dua hari kondisinya tidak membaik, bawa lagi ke dokter. Kalau demam meninggi, berat badan terus menyusut, nafsu makan pasien berkurang, mudah dehidrasi, dan tingkat kesadarannya menurun, keluarga harus cepat mengambil tindakan. Bisa jadi penyakit yang diderita memberat sehingga obat yang digunakan tidak lagi efektif,” Erik mengakhiri perbincangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus