Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) melakukan riset perilaku konsumsi minuman alkohol dan merokok di masa pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil penerlitian menunjukkan 44,5 persen responden terbiasa mengkonsumsi minuman beralkohol tidak melakukan perubahan selama pandemi Covid-19. Riset ini juga memaparkan hasil tidak ada perubahan pola konsumsi rokok di masa pandemi terhadap 47,6 persen responden perokok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada pula fakta peningkatan konsumsi minuman beralkohol sebesar 25,7 persen dari orang yang sebelumnya tidak mengenal minuman keras. Begitu pula penambahan 20,1 persen pada orang yang merokok. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam mengatakan perubahan perilaku ini patut diwaspadai untuk mengantisipasi peningkatan beban psikologis akibat pagebluk.
Studi yang melibatkan 4.584 responden ini telah dipublikasi di jurnal internasional Frontiers in Psychiatry pada 2 Februari 2021. Sejumlah peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI - RSCM yang terlibat adalah Enjeline Hanafi, Kristiana Siste, Albert Prabowo Limawan, Lee Thung Sen, Hans Christian, Belinda Julivia Murtani, Adrian, Levina Putri Siswidiani, dan peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya, Christiany Suwartono.
Kuesioner disebar secara daring pada 28 April - 1 Juni 2020 melalui beberapa aplikasi media sosial. Daftar pertanyaan riset tersebar melalui perusahaan milik negara, mahasiswa, dan responden yang diminta untuk menyebarkan tautan kuesioner kepada orang lain.
Dalam penelitian tersebut juga diketahui konsumsi minuman beralkohol dan merokok yang berbeda berdasarkan tempat tinggal, terkait kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Hasil riset menunjukkan, tingkat konsumsi minuman beralkohol dan merokok di wilayah yang menerapkan PSBB menurun.
"Penurunan sejalan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat terkait hubungan antara merokok dengan Covid-19 dan dapat memperburuk gejala," kata Ari Fahrial Syam. Penurunan konsumsi rokok ini juga berhubungan dengan peningkatan jumlah kasus gejala psikologis, seperti kecemasan, sensitivitas interpersonal, dan perilaku psikotik yang mungkin didorong akibat penurunan konsumsi nikotin.
"Pandemi Covid-19 mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan jiwa," kata Ari. "Perubahan pola konsumsi alkohol dan rokok menjadi tantangan baru bagi praktisi kesehatan, terutama dalam bidang adiksi."