Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada cara lain untuk menepis hawa dingin Dieng, Jawa Tengah, saat perhelatan Dieng Culture Festival 2018 di Banjarnegara, Jawa Tengah, 4 Agustus lalu. Bukan saja dengan membalut tubuh dengan pakaian tebal, tapi juga menyeruput kuah kental mi, kuliner khas negeri atas awan itu: mi ongklok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Klok…klok… Mi kuning yang dicelupkan ke air mendidih dengan medium keranjang kecil dari anyaman bambu itu berbunyi demikian. Karena proses memasaknya yang berbunyi klok klok itu, kuliner khas Wonosobo ini konon dinamai mi ongklok. Pada hawa dingin Dieng, suara klok-klok itu bagai undangan merasakan kehangatan dan kelezatan kuliner andalan warga setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu penjualnya, Sofiah, 70 tahun, mengatakan mi ongklok berbeda dengan mi lainnya. Kuahnya terbuat dari rebusan kanji sehingga kental. Lantas dicampur dengan ebi dan kaldu ayam. Sedangkan mi yang menjadi komplemen utamanya adalah mi kodok atau mi kuning bertekstur sangat lembut dan berbentuk pipih.
Sofiah mengisahkan, mi ongklok adalah mi tradisional yang bertahan dari zaman ke zaman. Istimewanya, mi ini terasa nikmat bila disantap di Dieng, daerah dengan suhu mencapai hampir nol derajat saban hari. “Untuk menghangatkan tubuh, ya, cocok,” katanya saat ditemui di warungnya, Jalan Arjuna, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu lalu, 4 Agustus.Dua penjaja mi ongklok juga menyediakan gorengan sebagai teman makannya di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Agustus 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Kuah mi ongklok mengebul saat disajikan. Namun tak boleh terlalu lama didiamkan. Suhunya akan berubah dingin dan mi seketika menjadi anyep bila dianggurkan bermenit-menit. Cuaca dingin di luar ruangan akan melenyapkan kuah panas itu seketika. Maka, ketika dihidangkan, mi ongklok kudu langsung dilahap.
Rasa kuah mi ongklok manis. Sama seperti karakter masakan Jawa Tengah lainnya. Mi ini dihidangkan dengan sayur kocai, kol, dan selada air. Tidak ada ayam atau daging sapi irisan dalam mi itu, seperti tipikal mi lainnya di Nusantara. Namun, justru ada yang unik. Terdapat tiga tusuk sate lengkap dengan bumbu kacangnya.
Sate itu adalah sate ayam. Dua menu ini tampak bertabrakan: mi rebus dan sate ayam. Namun beginilah kekhasan menikmati mi ongklok. Ada bagian yang menyatu dari rasa kuah mi dan bumbu kacang sate ayam. Keduanya sama-sama manis, namun saat disantap tidak membikin eneg atau giyung.
Untuk menambah rasa pedas, pengunjung bisa membubuhkan sambal ulek. Sambal ulek adalah sambal khas temanggung yang terbuat dari ulekan cabai hijau. Tentu tanpa campuran bebumbuan lainnya. Pedasnya sungguh nampol hingga membikin bulu kuduk merinding.
Perempuan sepuh mantan pemain sepak bola ini menjajakan minya seharga Rp 15 ribu seporsi. “Sudah plus sate,” katanya. Kalau ingin menambah ornamen pada mangkuk, pengunjung bisa menambahkan tempe kemul. Harganya Rp 1.000 per buah.