BERBAGAI penyakit fatal berpangkal pada sel-sel bagian terkecil jaringan. Kanker, misalnya. Kejanggalannya berawal pada kelainan gen, yaitu pembawa kode di inti sel. "Gen cacat" inilah yang membuat sel jaringan menjadi sel-sel kanker. Masuk akal bila para ahli berusaha melawan gen-gen perusak dalam inti sel itu dengan berbagai cara. Upaya yang dirintis sekitar sepuluh tahun silam ini dikenal sebagai terapi genetik. Dan tahun lalu metode terapinya dikukuhkan. Sayang, penemuan itu tak segera bisa diterapkan. Di lingkungan ilmu rekayasa genetik, ada pasal kode etik yang melarang keras percobaan pada manusia. Rekayasa ini dikhawatirkan disalahgunakan mengubah gen pembawa sifat manusia. Contohnya, membuat manusia super. Namun, para ahli tak selamanya bersikap kaku. Sebab, berbagai penyakit fatal memang payah disembuhkan, kecuali dengan terapi genetik. Maka, muncul pendapat tentang perlu adanya dispensasi. Senin, dua pekan lalu, dispensasi itu dikeluarkan. Komite rekayasa genetik National Institutes of Health (NIH) di Amerika Serikat mengizinkan pernerapan terapi genetik untuk dua jenis penyakit. Yaitu penyakit keturunan yang sangat jarang seperti adenosine deaminase deficiency (ADD) dan sejenis kanker kulit yang ganas. ADD adalah kelainan yang mengakibatkan penderitanya tidak memiliki daya tahan tubuh sama sekali. Kontak engan kuman apa pun akan mengakibatkan kematian. Pada 1983 penyakit keturunan ini sempat menghebohkan dunia, setelah pers memberitakan kisah seorang penderita yang populer dijuluki "David The Bubble Boy". Anak yang nama keluarganya dirahasiakan itu tinggal di Texas, AS. Pada tahun itu ia meninggal setelah hidup 13 tahun dalam balon plastik. Dokter gagal menolongnya melalui transplantasi sumsum tulang. Rusaknya kekebalan pada ADD terjadi akibat sel-sel darah tidak mampu memproduksi enzim adenosine deaminase (AD) yang diperlukan untuk membangun daya tahan tubuh. Sejak kematian David, dokter mencoba menolong penderita dengan menyuntikkan AD secara tetap. Sayang, sesungguhnya terapi ini sulit berhasil karena kekebalan tubuh yang dibangkitkan melalui suntikan AD itu tidak sempurna. Dalam terapi genetik yang dicoba September mendatang, sel-sel darah direkayasa agar mampu memproduksi AD secara alamiah. Tiap bulan sel-sel darah penderita diambil. Kemudian, dalam sel-sel ini ditanamkan gen (karena memang tak ada pada penderita sejak lahir) yang membawa kode produksi AD. Sel-sel darah dimasukkan kembali. Percobaan laboratorium menunjukkan sel-sel itu bisa memproduksi AD. Sedangkan metode terapi genetik untuk mengatasi kanker kulit kurang lebih juga sama. Dr. Steven Rosenberg, ahli rekayasa genetik NIH, Mei tahun lalu mengukuhkan metode ini. Awalnya, ia menemukan gen antikanker yang disebut TIL, tumor infiltrating Iymphocytes. Gen inilah yang diselipkan ke sel-sel darah putih. Terungkap dalam percobaan bahwa sel-sel darah yang mengandung TIL mengeluarkan enzim pemusnah sel-sel kanker. Dalam terapi genetik yang bakal dicoba September nanti, Rosenberg mengganti TIL dengan TNF (tumor necrosis factor) yang lebih ampuh. TNF ini diselipkan ke sel-sel darah putih yang dikeluarkan dari tubuh penderita. Seterusnya sel-sel darah hasil rekayasa genetik ini dimasukkan kembali ke dalam tubuh penderita. Enzim yang diproduksi sel-sel ini mencari sendiri sel-sel kanker, dan memusnahkannya. Seandainya percobaan terapi genetik melawan kanker kulit ini berhasil, terbukalah peluang besar menaklukkan kanker secara menyeluruh. Hingga kini sebagian besar penyakit kanker belum bisa disembuhkan. Maka, percobaan terapi genetik itu dianggap sangat penting. Industri rekayasa genetik untuk menunjang penaklukan kanker itu sudah siap. Teknologinya yang piawai mampu memisahkan gen -- bagian sangat kecil di dalam inti sel -- dari rantai gen lainnya. Gen ini kemudian dibiakkan. Industri rekayasa genetik telah menemukan subtansi untuk "peternakan " gen. Zat untuk gen antikanker yang juga ditemukan oleh Rosenberg adalah Interlukin-2. Dalam terapi genetik terdapat beberapa cara menanamkan gen. Untuk mengatasi ADD, gen pembawa kode produksi AD langsung diselipkan ke rantai gen sel-sel darah. Pada pengobatan kanker kulit, TNF ditanamkan dulu ke retrovirus. Virus yang membawa gen antikanker inilah yang kemudian diselipkan ke inti sel-sel darah putih. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini