Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Lebih Gawat Ketimbang SARS?

1 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRISIS flu burung memang bukan cuma meresahkan kaum unggas. Manusia sejagat juga dibuatnya ketar-ketir. Bukan mustahil wabah ini berkembang lebih serius ketimbang SARS (severe acute respiratory syndrome, sindrom pernapasan akut dan parah), yang menelan 800 korban jiwa tahun lalu.

"Ada alasan kuat yang mendasari kekhawatiran tersebut," kata Dr. Tjandra Yoga Aditama, ahli pulmonologi yang juga Direktur RS Persahabatan, Jakarta. Sejatinya, virus flu burung yang asli—yang belum berubah sifat atau bermutasi—H5N1 hanya efektif menularkan flu di antara sesama unggas. Penularan dari unggas ke manusia hanya mungkin melalui kotoran hewan dan cairan hewan yang terinfeksi.

Persoalannya, sejauh ini telah tercatat belasan nyawa manusia melayang gara-gara flu burung. Ini berarti, virus H5N1 boleh jadi telah bermutasi menjadi virus baru. Mutasi yang sangat mungkin karena pada dasarnya virus burung amat gampang bertukar materi genetik (RNA, rybosome nucleic acid) dengan virus lain.

Kita ambil contoh si Fulan yang sudah seminggu sakit flu biasa (disebabkan virus H3N2) yang sebenarnya tidak mematikan kendati gampang menular ke orang lain. Kemudian, Fulan yang masih bocah ini bermain di halaman dan tangannya belepotan kotoran ayam yang flu. Maka, di dalam tubuh Fulan kini terdapat dua macam virus, yakni H5N1 dan H3N2, yang bertukar RNA. Hasil percampuran RNA inilah yang sangat potensial menghasilkan virus baru yang superkuat.

Virus unggas yang murni, Tjandra menjelaskan, berdampak amat fatal. Hal ini terbukti dari ribuan ayam dan burung yang tewas karenanya. Namun secara alami kawanan virus ini tidak bisa menular ke manusia. Masalah baru muncul jika RNA virus H5N1 dan H3N2 telah bercampur. Sangat mungkin terjadi perpaduan dua unsur keburukan dari kedua macam virus. "Dia ganas, berdampak fatal, dan juga menyebar cepat," kata Tjandra.

Jika benar telah tercipta virus super, dunia memang layak khawatir. Pada titik ini, seperti peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), flu burung bakal jauh lebih menakutkan ketimbang SARS.

Sindrom SARS, dengan tingkat kejadian fatal 10 persen, yang dipicu virus keluarga Corona, hanya menyebar melalui hubungan dekat (close contact) dengan penderita. Tapi, pada virus flu burung super, jika benar spesies ini telah tercipta, penularan antarmanusia bisa segampang flu yang biasa kita alami sehari-hari. Dampak fatal mematikan pun bisa seseram wabah flu Hong Kong, 1968. Ketika itu flu menyebar dari Hong Kong ke lima benua hanya dalam tempo lima bulan dan menewaskan 45 ribu warga dunia.

Adakah pencegahan yang efektif? Pencegahan pada diri kita tak bisa dengan mengandalkan vaksin, yang selain mahal juga belum tentu tepat sasaran. Lebih baik kita mencegah dengan memagari diri dengan membangun stamina dengan gizi, istirahat cukup, dan olahraga cukup. Kita juga mutlak memotong rantai awal penularan dengan membantai unggas yang sakit dengan prosedur yang benar. Selain itu, sebisa mungkin hindari kontak fisik dengan unggas hidup dan kotorannya. Menyantap telur ayam mentah untuk jamu sebaiknya juga dihindari.

Terakhir, seperti anjuran Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, Anda tak perlu takut menyantap masakan daging ayam. "Asal dagingnya dimasak sampai matang, karena virus tak tahan suhu tinggi," kata Tjandra.

Mardiyah Chamim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus