Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tujuh tahun usiaku," begitu bunyi status yang dipasang Siti Nur Jazilah di BlackBerry Messenger miliknya pada 28 Maret lalu. Lisa tak sedang membicarakan usia biologisnya yang sudah 29 tahun. Ia sedang membicarakan umur wajah barunya.
Wajah Lisa yang aslinya cantik tiba-tiba hancur setelah disiram air keras oleh suaminya, Mulyono, pada akhir Desember 2002. Sang suami tidak ingin Lisa beraktivitas di luar rumah. Wajah dan leher Lisa menjadi penuh jaringan parut, kelopak mata menurun, bibir menebal, dan hidung tak berbentuk. Empat tahun kemudian kasus ini baru dipublikasikan dan menggegerkan publik.
Tujuh tahun lalu, tepatnya pada 28 Maret 2006, wajah Siti yang hancur mulai dibentuk kembali oleh tim dokter Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya, melalui 17 operasi. Paling akhir, operasi terhadap Lisa dilakukan pada akhir Februari lalu. Menjadi pasien ganti wajah yang pertama di Indonesia, Lisa—begitu biasanya Siti Nur Jazilah dipanggil—lebih tenar dengan sebutan Lisa face/off.
"Saya cukup puas dengan wajah yang sekarang," kata Lisa saat kami temui di Ruang Anggrek RS dr Soetomo, Kamis dua pekan lalu. Meski masih tercatat sebagai warga Kecamatan Wajak, Malang, Jawa Timur, selama tujuh tahun terakhir dia tinggal di Ruang Anggrek. Ini sudah seperti rumah baginya. Fasilitas ruangan seluas kira-kira 20 meter persegi itu lumayan lengkap. Selain ada televisi, lemari, dan kamar mandi di dalam, ruangan dilengkapi mesin penyejuk udara sehingga bisa meredam panasnya Surabaya. Dua tempat tidur tersedia: satu buat Lisa, satu lagi buat sejumlah boneka yang didapat dari pembesuk dan keluarga dokter yang menanganinya.
Lisa pantas bersyukur dengan hasil "kreasi" tim dokter RS dr Soetomo, yang dipimpin dokter spesialis bedah plastik, Profesor Sjaifuddin Noer. Wajah Lisa sekarang sudah 70-75 persen normal. Tim dokter sadar mereka tak bisa membuat wajah pasiennya itu seperti semula.
"Bagaimanapun enggak bisa normal lagi," kata Sjaifuddin. Jadi, lupakan gambaran bahwa Lisa akan memiliki wajah baru yang sempurna seperti operasi ganti wajah yang dijalani John Travolta sehingga berganti wajah menjadi Nicolas Cage dalam film Face/Off. Dalam dunia nyata, operasi face/off jauh lebih pelik dan rumit.
Salah satu yang belum ada di wajah barunya adalah alis. Itu sebabnya, saat hendak tampil di muka umum, ia butuh waktu sekitar dua jam untuk membuat alis dan menyamakan bentuknya antara kanan dan kiri. Seperti layaknya orang yang sedang merias wajah, mau tak mau Lisa harus becermin—kebiasaan yang dulu sangat ditakuti karena wajahnya yang aneh. Sjaifuddin akan mendiskusikan penanaman alis dengan timnya. Jika dilakukan, itu adalah proses terakhir yang akan dijalani Lisa.
Terlepas dari adanya kekurangan, kondisi wajah yang sudah lumayan terbentuk itu mampu mendongkrak kepercayaan diri Lisa untuk bertemu dan bersosialisasi. Itu artinya tak lama lagi dia harus segera meninggalkan Ruang Anggrek. "Suatu hari memang harus keluar dari rumah sakit, enggak mungkin di sini terus," ujar Lisa, "Saya sudah siap berbaur di tengah masyarakat." Tim dokter juga setuju, tapi ia tak boleh tinggal terlalu jauh dari rumah sakit karena tetap harus berhubungan dengan dokter.
Kesiapannya itu tak lepas dari terapi nonfisik yang diberikan psikiater Nalini Muhdi, seperti terapi perilaku. Hasil terapi itu nyata terlihat. Lisa yang dulu tertutup dan pemalu kini sudah berani tampil di depan umum. "Dia sudah pergi, berbelanja, ketemu dengan orang lain," kata Nalini.
Terapi lain yang juga ikut membuat Lisa siap keluar dari rumah sakit adalah okupasi alias terapi kerja. "Jika sembuh, saya ingin mengikuti berbagai kursus. Saya ingin buka usaha sendiri, jualan bakso atau batagor. Kalau boleh, saya ingin jualan di rumah sakit ini." Keinginan itu disampaikan Lisa saat mendapat kunjungan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta pada Juni 2008.
Tahun berganti, dan Lisa memang sempat mengikuti sejumlah pelatihan atau kursus. Namun bukan jualan bakso atau batagor (bakso tahu goreng) yang kini ditekuni. Ia mengaku tak bisa membuat bakso. Lisa kecantol membuat berbagai aksesori berbahan manik-manik, seperti gelang, kalung, dan bros.
Sudah banyak aksesori yang dibuat sejak 2009. Lisa sudah lupa jumlahnya. Yang jelas, pesanan manik-manik Lisa Collection terus mengalir, baik dari dokter dan keluarganya maupun dari pihak lain. Konsumennya kian luas karena beberapa kali ia ikut pameran di Surabaya dan Jakarta. Ia juga menawarkan produknya melalui grup BlackBerry Messenger. Harga sebuah aksesori Rp 20-500 ribu, tergantung model dan bahannya. Produk dibanderol dengan harga mahal jika bahannya menggunakan batu dan kristal swarovski.
Selama di Ruang Anggrek, Lisa lebih suka membuat manik-manik itu pada malam hari, saat rumah sakit sedang sepi dan suasana hati alias mood sedang baik. "Biasalah, perempuan, suka moody," ujarnya.
Dwi Wiyana, Agita S. Listyanti
17 Langkah Membentuk Wajah
Mengoperasi wajah pasien hingga 17 kali jelas proyek besar. Bagi Profesor Sjaifuddin Noer, proses operasi pertama pada 28 Maret 2006 yang paling sulit. Kala itu, tim dokter harus melakukan transplantasi dan tandur kulit, dari kulit punggung ke wajah Lisa. Operasi melibatkan sekitar 40 dokter lintas spesialisasi dari Rumah Sakit dr Soetomo dan rumah sakit lain, seperti RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS Hasan Sadikin Bandung.
"Proses operasi ini tidak boleh terburu-buru," kata Sjaifuddin. Sebab, ada enam pembuluh darah dari kedua kulit yang harus cocok. Kecocokan ditandai dengan munculnya darah setelah operasi pada sambungan pembuluh darah. Operasi yang memakan waktu hingga 15 jam itu tak sia-sia. "Lega sekali waktu itu," ujar putra mantan Gubernur Jawa Timur almarhum M. Noer ini.
1. 28 Maret 2006
Membuat lubang napas, membuang jaringan parut di seluruh muka, melakukan transplantasi dan tandur kulit, sekaligus menyambung pembuluh darah dari dua kulit yang berbeda.
2. 27 April 2006
Menyempurnakan kulit wajah yang masih tebal, memperbaiki bentuk mulut dan di sekitar hidung, serta menghilangkan kerutan di leher.
3. 30 Agustus 2006
Memperbaiki hidung, mulut, dan sekitar mata.
4. 10 Oktober 2006
Menipiskan bagian sudut mata, bibir, dan dagu. Tim juga mulai membentuk lubang hidung.
5. 22 Maret 2007
Tandur kulit dari paha, menghilangkan keterbatasan gerak bagian kulit leher.
6-9. Juni-November 2007
Pembenahan dan mengganti jaringan yang rusak.
10. 21 Januari 2008
Mengambil tulang iga untuk dipasang di hidung dan memperbaiki kelopak mata agar bisa menutup.
11. 16 April 2008
Perbaikan jaringan parut di sudut mulut kanan dan kiri, leher, serta kelopak mata.
12. 12 Agustus 2008
Perbaikan fokus pada kelopak mata untuk menghilangkan parut.
13. 7 Januari 2009
Memperbaiki jaringan parut di leher dan menipiskan pipi kanan.
14-16. 22 Oktober 2009-28 Juli 2011
Perbaikan jaringan parut, bibir, hidung, dan pipi kanan.
17. 27 Februari 2013
Perbaikan kelopak mata, bibir atas, bibir bawah, sudut pipi, dan dagu.
DW, ASL
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo